Prolog: Suara Dari Kedalaman
Di bawah permukaan laut yang luas, sebuah kerajaan tersembunyi jauh di kedalaman, di mana air yang jernih menyelimuti kehidupan yang penuh rahasia. Tempat itu tidak hanya dihuni oleh makhluk laut yang biasa dilihat, seperti ikan dan ubur-ubur, tetapi juga oleh makhluk-makhluk luar biasa yang tidak pernah dilihat oleh manusia—para duyung yang memiliki kekuatan dan keajaiban yang hanya diketahui oleh segelintir orang.
Adela adalah salah satu dari mereka, seorang duyung muda yang memiliki rambut biru kehijauan dan mata yang bersinar dengan cahaya laut yang dalam. Ia lahir di kerajaan bawah laut yang damai, tempat para duyung hidup selaras dengan alam dan menjaga keseimbangan lautan. Meskipun hidup dalam kedamaian, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang menunggu dirinya, sesuatu yang jauh di luar jangkauan dunia bawah laut yang ia kenal.
Setiap kali Adela menyelam ke kedalaman yang lebih dalam, ia bisa merasakan sesuatu yang menggerakkan lautan dengan cara yang tidak dapat dijelaskan. Ada kekuatan yang mengalir melalui setiap arus, sebuah energi yang tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Sesuatu yang mengancam kedamaian kerajaan dan kehidupan mereka.
Namun, Adela tidak tahu bahwa suara yang selama ini ia dengar di malam hari—suara yang memanggilnya, suara yang datang dari jauh di kedalaman—adalah tanda dari sesuatu yang jauh lebih besar. Suara itu selalu hadir, seperti bisikan yang tidak bisa diabaikan, dan meskipun tidak tahu apa artinya, Adela merasa seolah-olah ia dipanggil untuk sesuatu yang penting.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang di atas lautan, Adela berdiri di puncak karang, memandang ke arah samudra yang luas. Gelombang tenang yang menyapu pasir pantai mengingatkannya pada betapa kecilnya ia di tengah segala sesuatu yang besar dan tidak diketahui. Tetapi entah kenapa, malam itu ia merasa berbeda—seperti ada kekuatan yang mengundangnya untuk menyelam lebih dalam.
Tiba-tiba, suara itu kembali. Kali ini lebih jelas, lebih mendesak. Sebuah panggilan yang datang dari dasar laut yang paling dalam, suara yang terdengar seperti lagu yang merdu, namun sekaligus penuh dengan kecemasan. “Adela… kau harus datang. Waktunya sudah tiba.”
Tubuh Adela bergetar. Suara itu bukan hanya sekadar bisikan lagi. Itu adalah panggilan yang tidak bisa ditangguhkan. Tanpa berpikir panjang, ia melompat ke dalam lautan, membiarkan tubuhnya dibawa oleh arus laut yang gelap. Ia tahu, malam ini adalah malam yang berbeda. Sesuatu yang besar akan terjadi.
Ketika ia menyelam lebih dalam, ia merasa dunia di sekitarnya semakin gelap. Cahaya bulan yang biasanya menembus air kini hanya menyisakan sedikit cahaya di permukaan. Lautan yang luas tiba-tiba terasa sempit dan penuh dengan ancaman yang tidak tampak. Ia mendengar desiran angin yang membawa bisikan dari jauh, dan saat ia menoleh ke bawah, ia melihat sesuatu yang bergerak di kedalaman yang jauh lebih dalam dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah bayangan besar yang bergerak perlahan, tetapi jelas menyimpan kekuatan yang luar biasa.
Adela mempercepat gerakannya, semakin dalam menyelam. Rasanya semakin berat untuk melawan arus yang tiba-tiba menjadi sangat kuat. Gelombang gelap yang tidak bisa dijelaskan mulai menyelimuti dirinya, tetapi ia tidak gentar. Panggilan itu semakin kuat, semakin mendalam, dan ia tahu bahwa ia harus mengikuti suara itu, tidak peduli apa yang ada di depan.
Tak lama setelah itu, Adela tiba di suatu tempat yang tidak pernah ia kenal. Tempat itu tampak seperti sebuah gua besar yang tersembunyi di bawah dasar laut. Dinding-dinding gua itu dipenuhi dengan batuan kuno yang berkilau, seakan-akan menahan sesuatu yang sangat kuat di dalamnya. Di tengah gua, ada sebuah pusaran air yang tampak seperti mata yang terbuka, berputar perlahan dengan kekuatan yang tak terlihat.
Dan di sana, di tengah pusaran itu, Adela melihat sesuatu yang sangat mengejutkan—sebuah makhluk yang sangat besar, terbungkus dalam kegelapan. Makhluk itu tampak seperti seorang raksasa yang terbuat dari air dan bayangan, dan meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas, Adela bisa merasakan kekuatan yang luar biasa emanasi dari tubuh makhluk itu. Suara yang memanggilnya datang lagi, kali ini lebih jelas dan lebih menuntut. “Adela… kau adalah kunci. Tanpa kau, keseimbangan ini akan runtuh.”
Adela menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. Apa yang dimaksud dengan ‘keseimbangan’? Apa yang harus dilakukannya? Ia tidak tahu, tetapi saat itu ia merasa terhubung dengan makhluk besar itu, seolah ada hubungan yang mengikat mereka berdua—sesuatu yang jauh lebih tua dan lebih kuat daripada yang bisa ia bayangkan.
Dengan perasaan yang campur aduk antara takut dan penasaran, Adela melangkah maju ke tengah pusaran air itu, merasakan kekuatan yang mengalir melalui dirinya. Saat ia semakin dekat, ia merasakan gemuruh yang datang dari dalam gua, seperti bumi yang hendak berguncang. Dan tiba-tiba, sebuah suara bergema, lebih keras dari sebelumnya, menggema di seluruh tubuh Adela.
“Bangkitlah… kembalikan kekuatan yang terpendam…”
Seketika, tubuh Adela terasa lemah. Ia merasa seperti ada sesuatu yang berusaha menariknya ke dalam pusaran air itu. Tapi sebelum ia sepenuhnya tenggelam, sebuah suara lain muncul—suara yang dikenal Adela dengan sangat baik. Suara ibunya, Isara.
“Adela! Jangan biarkan dirimu terperangkap dalam pusaran itu!” teriak suara ibunya, mengisi udara dengan peringatan.
Dengan sekuat tenaga, Adela menarik diri dari pusaran itu, kembali ke permukaan. Namun, kekuatan yang ia rasakan sebelumnya tetap ada, mengalir melalui tubuhnya. Suara panggilan itu tetap terdengar, kini lebih lemah, tetapi tidak hilang.
Sambil berenang kembali ke kerajaan duyung, Adela mulai memahami bahwa perjalanan yang akan ia tempuh tidak hanya berkaitan dengan dirinya, tetapi juga dengan nasib seluruh kerajaan bawah laut. Kekuatan yang terpendam itu bukan hanya tentang ancaman dari dalam lautan, tetapi juga tentang rahasia yang telah lama tersembunyi di balik kehidupan mereka.
Adela menyadari bahwa ia tidak hanya harus menghadapi ancaman besar yang mengintai, tetapi juga menggali lebih dalam tentang dirinya, tentang takdir yang lebih besar yang telah menunggunya. Keputusan yang ia buat akan menentukan masa depan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi lautan dan semua makhluk yang hidup di dalamnya.
Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Adela tahu bahwa perjalanan panjang dan berbahaya baru saja dimulai.*
Bab 1: Panggilan Ombak
Di kedalaman lautan yang tenang, dunia yang penuh misteri dan keindahan tersembunyi dari pandangan manusia. Lautan yang luas ini bukan hanya rumah bagi ikan-ikan dan terumbu karang, tetapi juga bagi makhluk yang hidup jauh di bawah permukaan, jauh dari mata dunia. Salah satunya adalah kerajaan duyung yang tersembunyi di antara gua-gua batu karang yang dalam dan terumbu yang berkilauan. Duyung hidup damai di dunia mereka yang terbentang luas, terlindung dari dunia manusia dan segala kebisingan yang ada di permukaan.
Di kerajaan ini, ada seorang duyung muda bernama Adela. Sebagai seorang duyung yang lahir di kerajaan bawah laut yang penuh dengan misteri, Adela selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia bukanlah duyung yang biasa. Meskipun ia memiliki ekor berkilauan yang indah dan suara yang merdu seperti kebanyakan duyung lainnya, Adela selalu merasakan adanya panggilan yang aneh. Panggilan itu datang dari permukaan laut, suara yang tak pernah bisa ia pahami, tetapi selalu ada, seperti sebuah bisikan yang menghantuinya.
Suatu malam, saat bulan purnama mulai terbit di atas permukaan laut, Adela duduk di tepian karang, merenung. Cahaya bulan yang terang memantul di permukaan laut, menciptakan pola-pola indah yang menari-nari di bawah permukaan. Sementara itu, suara riak-riak ombak mengalun dengan lembut, membawa serta aroma garam laut yang khas. Tetapi, di balik ketenangan malam itu, Adela merasakan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.
Suara itu datang lagi. Kali ini lebih jelas, lebih dekat.
“Adela,” suara itu berbisik di dalam pikirannya, “Ikutlah, ikuti aku. Dunia yang lebih besar menunggumu di luar sana. Dunia yang penuh dengan petualangan. Dunia yang membutuhkanmu.”
Adela menutup matanya, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar suara tersebut. Sejak kecil, ia sering merasakannya—sebuah dorongan untuk menjelajah, untuk mencari sesuatu yang lebih dari apa yang ia ketahui. Namun, tidak ada seorang pun yang pernah berbicara tentang dunia luar yang dijanjikan suara itu. Semua yang ia tahu adalah lautan, kerajaan duyung, dan kehidupan yang telah ditentukan untuknya. Tidak ada yang pernah berbicara tentang dunia manusia, atau apa yang ada di permukaan.
“Adela, dunia ini lebih dari yang kamu tahu,” suara itu berlanjut, seperti mencoba meyakinkan dirinya. “Dunia manusia menunggumu. Kamu tidak bisa mengabaikan panggilan ini.”
Adela terdiam, bingung. Ia tahu bahwa sebagai duyung, ia dilarang untuk meninggalkan kerajaan mereka dan naik ke permukaan. Orang tuanya selalu memperingatkannya bahwa dunia di atas adalah tempat yang berbahaya, tempat yang penuh dengan perangkap dan ancaman bagi makhluk seperti mereka. Duyung hanya boleh sesekali muncul ke permukaan untuk berinteraksi dengan manusia dalam keadaan darurat, atau ketika dipanggil oleh para penyihir laut untuk tujuan yang sangat penting. Namun, ini adalah larangan yang sangat jarang dilanggar.
“Kenapa aku?” Adela berpikir, kebingungannya semakin mendalam. “Kenapa aku yang dipilih? Aku hanya seorang duyung biasa.”
Namun, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi, satu hal jelas: suara itu semakin menguat, semakin memanggilnya dengan cara yang tidak bisa ia abaikan. Panggilan itu bukan hanya tentang rasa ingin tahu—ia bisa merasakannya di dalam hatinya, di dalam jiwa dan tubuhnya. Ada sesuatu yang besar, sesuatu yang penting, yang sedang menantinya di luar sana. Suara itu berulang kali membisikkan kata-kata yang tidak bisa ia abaikan.
Dengan perasaan cemas namun penuh tekad, Adela memutuskan untuk mengikuti dorongan hatinya. Ia tidak bisa terus mengabaikan suara itu. Dengan hati yang penuh rasa ingin tahu dan keberanian yang baru ditemukan, ia berenang perlahan menuju permukaan laut. Setiap gerakan ekornya membawa Adela lebih dekat ke apa yang selama ini hanya ada dalam mimpinya.
Saat ia semakin mendekat, kedalaman laut mulai menyusut. Kegelapan yang biasanya menyelimuti dunia bawah laut perlahan memudar, digantikan oleh cahaya bulan yang mulai memancar dengan lebih terang. Permukaan laut semakin dekat, dan Adela bisa merasakan angin yang lembut berhembus di permukaan, membawa aroma yang tidak pernah ia kenal sebelumnya—bau tanah, udara segar, dan sesuatu yang baru dan menantang.
Akhirnya, dengan satu dorongan kuat, Adela muncul ke permukaan laut. Air laut jatuh dari tubuhnya, membasahi rambutnya yang panjang dan berkilau. Ia merasakan angin malam yang dingin menyentuh kulitnya. Dalam cahaya bulan yang cerah, ia melihat dunia yang sangat berbeda—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan. Daratan yang luas membentang, gelap dan misterius, namun penuh dengan kehidupan yang berbeda dari dunia laut yang ia kenal.
Di kejauhan, sebuah kapal berlayar perlahan, menyapu permukaan laut dengan anggun. Adela bisa melihat sosok-sosok manusia bergerak di atas kapal itu, tertawa dan berbicara satu sama lain, tidak menyadari bahwa mereka sedang diamati oleh makhluk yang sangat berbeda—seorang duyung yang sedang mencari jawaban.
“Ini… dunia manusia?” gumam Adela dengan suara pelan. Ia merasa sangat kecil di tengah dunia yang begitu besar. Dunia yang penuh dengan suara-suara yang tidak ia pahami, dan pemandangan yang begitu asing bagi dirinya.
Namun, meskipun ia merasa terpesona oleh apa yang dilihatnya, sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa ia belum menemukan apa yang ia cari. Panggilan yang ia dengar, suara yang memanggilnya, masih ada di dalam pikirannya. Adela tahu bahwa ini bukan tujuan akhirnya, ini hanya awal dari pencarian panjang yang akan mengungkap rahasia yang lebih besar.
Tiba-tiba, suara keras datang dari kapal tersebut, memecah keheningan malam.
“Ada sesuatu di laut! Waspadalah!” seseorang berteriak dengan cemas.
Adela terkejut, dan dengan cepat ia menyelam kembali ke dalam laut, merasa ketakutan untuk pertama kalinya. Apa yang baru saja terjadi? Apa yang mereka lihat? Adakah manusia yang mengetahui kehadirannya?
Saat ia kembali ke kedalaman laut, hatinya berdebar kencang. Meski ia telah kembali ke tempat yang aman, perasaan ketidakpastian masih menghinggapinya. Ada banyak hal yang tidak ia mengerti. Dunia manusia, yang selama ini hanya ada dalam cerita dan legenda, kini terasa begitu nyata dan mengerikan.
Namun, di dalam hati Adela, suara itu tidak berhenti. Panggilan itu semakin jelas. “Kamu belum selesai, Adela. Petualanganmu baru saja dimulai.”
Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Adela tahu bahwa jalan yang harus ia tempuh masih panjang. Dunia luar, dunia yang lebih besar dan penuh dengan misteri, menunggu untuk dijelajahi. Ia harus melanjutkan pencariannya, meskipun ia tidak tahu apa yang akan ia hadapi. Panggilan itu tidak bisa diabaikan. Panggilan itu adalah takdir yang telah menantinya sejak lama.
Adela memutuskan bahwa suatu hari, ia akan kembali ke permukaan dan menemukan apa yang ada di luar sana. Apa yang menanti di dunia manusia—dan mengapa dunia itu begitu penting bagi takdirnya.
Dengan tekad baru yang membara, Adela berenang kembali ke dalam kerajaan duyung, siap untuk memulai perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.*
Bab 2: Gelombang Kegelapan
Kehidupan di bawah laut kembali terasa tenang, meskipun perasaan cemas Adela masih menyelimuti hatinya. Sejak malam itu, saat pertama kali ia menyelam ke permukaan laut dan mendengar panggilan yang begitu kuat, ia merasa seperti berada di persimpangan jalan yang tak terelakkan. Ada sesuatu yang besar, sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, sedang menunggunya—dan Adela tahu bahwa ia harus melangkah maju, meskipun ketidakpastian membayangi setiap langkahnya.
Pagi itu, Adela terjaga lebih awal dari biasanya. Lautan yang luas terbentang dengan ketenangan yang penuh dengan misteri. Ia bisa merasakan bisikan angin di atas permukaan yang mengingatkannya pada dunia manusia yang ia lihat dari kejauhan. Namun, meski hatinya berdebar dengan keinginan untuk menjelajahi lebih jauh, ia tahu bahwa ada lebih banyak hal yang harus ia ketahui sebelum benar-benar melangkah keluar dari dunia yang sudah dikenal.
“Adela, kau terlihat gelisah,” suara lembut Ibunya, Isara, terdengar saat ia mendekati putrinya yang sedang duduk di antara terumbu karang yang berwarna-warni.
Adela menoleh, melihat wajah Ibunya yang penuh perhatian. Isara adalah seorang penjaga laut yang sangat dihormati di kerajaan mereka. Sebagai seorang duyung yang sudah berpengalaman, Isara tahu betul bagaimana dunia laut bekerja dan bagaimana segala sesuatu di bawah permukaan laut saling terhubung. Namun, di balik kedamaian yang tercipta dalam kehidupan mereka, Isara selalu mengingatkan putrinya akan pentingnya menjaga jarak dengan dunia luar—terutama dunia manusia.
“Panggilan itu datang lagi, Ibu,” jawab Adela dengan suara pelan, matanya penuh dengan kebingungannya. “Aku merasa seperti ada sesuatu yang menungguku di luar sana. Sesuatu yang lebih besar dari apa yang kita ketahui.”
Isara mendekat, meletakkan tangan di bahu putrinya. “Adela, dunia luar memang menarik, tetapi juga penuh bahaya. Duyung hanya diperbolehkan muncul ke permukaan dalam keadaan tertentu, ketika ada sesuatu yang sangat penting. Tidak ada yang boleh keluar sembarangan, bahkan untuk petualangan sekalipun.”
Adela tahu betul bahwa ibunya sedang mencoba melindunginya. Namun, rasa ingin tahunya lebih kuat dari peringatan itu. “Aku merasa ada sesuatu yang menghubungkanku dengan dunia luar, Ibu. Aku harus tahu apa itu.”
Isara terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. “Ada rahasia besar yang terpendam di dunia ini, Adela. Dan bukan hanya dunia manusia yang perlu kauwaspadai, tetapi ada hal yang jauh lebih gelap di bawah lautan. Kekuatan yang bisa menghancurkan segala sesuatu jika tidak dijaga.”
Pernyataan ibunya membuat Adela terdiam. Ia menatap wajah ibunya dengan rasa khawatir. “Apa yang kau maksud, Ibu? Apa yang sedang terjadi?”
“Di dasar laut yang terdalam, jauh di bawah tempat kita tinggal, ada kekuatan yang telah lama terkubur. Kekuatan itu sudah lama tidak aktif, tetapi kami merasa ada sesuatu yang sedang membangkitkannya. Sesuatu yang sangat kuat dan sangat berbahaya,” jawab Isara dengan suara yang penuh keseriusan. “Kami, para penjaga laut, sudah lama menjaga agar kekuatan ini tetap terkubur. Tapi, jika ada yang mencoba membangkitkannya kembali…”
“Apa yang bisa kita lakukan?” tanya Adela, hatinya berdebar semakin cepat. “Apakah itu yang menyebabkan suara-suara itu?”
Isara mengangguk perlahan. “Itulah yang kutakutkan, Adela. Mungkin suara-suara yang kau dengar berasal dari kekuatan itu yang sedang terbangun. Jika itu benar, kita harus segera melakukan sesuatu. Kita tidak bisa membiarkannya bangkit.”
Perasaan cemas Adela semakin mendalam. Dunia yang selama ini ia kenal ternyata menyimpan lebih banyak misteri daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, di balik rasa takut yang menyelimuti hatinya, ada satu hal yang ia yakini: ia harus mengetahui lebih banyak. Ia harus menemukan apa yang sedang terjadi dan mengapa ia merasa begitu terhubung dengan semua ini.
“Adela,” suara Ibunya memecah keheningan, “ada seorang penjaga yang bisa membantumu. Eldor. Ia adalah makhluk yang lebih tua dari siapa pun di kerajaan ini. Ia telah hidup selama ribuan tahun dan mengetahui lebih banyak tentang kekuatan kuno yang ada di lautan.”
“Eldor?” Adela mengerutkan kening. “Dimana aku bisa menemukannya?”
Isara memberi isyarat agar Adela mengikutinya. Mereka berenang lebih dalam, menuju bagian kerajaan yang jarang dijelajahi oleh para duyung muda. Di sana, di antara gua-gua batu karang yang besar dan terjal, terdapat sebuah tempat yang penuh dengan kisah-kisah kuno—sebuah tempat di mana para penjaga laut dan makhluk-makhluk tua berkumpul untuk menjaga rahasia besar lautan.
Eldor adalah seorang penjaga laut yang legendaris. Tidak banyak yang tahu tentangnya, karena ia jarang muncul di permukaan dan lebih memilih untuk menyendiri di kedalaman lautan yang jauh. Namun, kabarnya, ia memiliki pengetahuan yang tak terhitung tentang dunia laut, bahkan yang lebih dalam dan lebih tua dari yang bisa dipahami oleh para duyung lainnya.
Adela dan Ibunya berenang melalui terowongan bawah laut yang gelap, melewati tempat-tempat yang dipenuhi dengan batu karang tajam dan tanaman laut yang tumbuh lebat. Semakin dalam mereka menyelam, semakin terasa berat udara di sekitar mereka. Akhirnya, mereka sampai di sebuah gua besar yang tersembunyi di antara tebing-tebing batu yang tinggi. Di dalam gua ini, terdapat sebuah kolam air jernih yang tampak bercahaya, dan di tengah kolam itu, duduk seorang makhluk tua dengan tubuh setengah tertutup oleh lumut laut yang berwarna hijau.
Eldor. Makhluk tua yang penuh kebijaksanaan itu membuka matanya yang berkilauan ketika Adela dan Ibunya mendekat. Meskipun tubuhnya tampak rapuh dan lemah, matanya memancarkan kekuatan yang luar biasa. Ia adalah makhluk yang tidak hanya memiliki kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan batin yang tak terhitung jumlahnya.
“Isara, anakmu datang dengan penuh keresahan,” kata Eldor, suaranya dalam dan penuh makna. “Dia mendengar panggilan itu, bukan?”
Isara mengangguk, sementara Adela merasa terkejut. “Bagaimana kau tahu?”
Eldor tersenyum tipis. “Aku telah mendengar suara itu sejak lama. Suara yang memanggil semua makhluk laut untuk bertindak. Tapi tidak semua bisa mendengar panggilan itu. Hanya mereka yang memiliki takdir besar yang bisa mendengarnya. Dan kamu, Adela, adalah salah satunya.”
Adela merasa hatinya berdebar. Ia tidak tahu harus berkata apa, tetapi sesuatu dalam dirinya merasa yakin bahwa ini adalah bagian dari takdirnya. Sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sedang menunggunya, dan ia harus siap untuk menghadapinya.
“Eldor,” Isara berkata dengan khawatir, “apa yang harus kita lakukan? Apa yang sedang terjadi di bawah laut ini?”
Eldor menatap mereka dengan serius. “Kekuatan yang terpendam di dasar laut sudah mulai bangkit. Itu adalah kekuatan kuno yang bisa merusak dunia ini jika tidak dihentikan. Jika dibiarkan berkembang, kegelapan akan menyebar ke seluruh lautan, bahkan ke dunia manusia. Hanya mereka yang terhubung dengan takdir yang bisa menghentikannya. Dan Adela… dia adalah kunci untuk mengatasi semua ini.”
Adela menatap Eldor dengan penuh tanya. “Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menghentikan kekuatan itu?”
Eldor memandangnya dengan mata yang penuh kebijaksanaan. “Kekuatan itu ada di dalam dirimu, Adela. Tapi untuk mengaksesnya, kamu harus terlebih dahulu memahami hubunganmu dengan lautan dan dunia manusia. Kamu harus siap untuk menghadapi kegelapan yang tak terlihat. Hanya dengan itu, kamu bisa mengalahkannya.”
Adela merasa tekadnya semakin kuat. Jalan yang harus ditempuhnya masih penuh dengan misteri dan bahaya, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur lagi. Ia harus melangkah maju, karena dunia mereka—baik itu di lautan maupun di dunia manusia—tergantung padanya.*
Bab 3: Jejak Gelap di Permukaan
Malam itu, Adela merasa ada yang berbeda di lautan. Udara di sekelilingnya terasa lebih berat, lebih kental dengan aura gelap yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Setelah berbicara dengan Eldor, ia tahu bahwa waktu semakin mendesak. Kekuatan kuno yang terpendam di dasar laut semakin terbangun, dan meskipun ia belum sepenuhnya memahami bagaimana atau mengapa hal itu terjadi, hatinya mengatakan bahwa ia harus bergerak cepat.
Adela memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang telah dimulai. Meskipun ia tahu ada banyak bahaya yang mengintai di depan, ia tidak bisa mundur. Keinginan untuk memahami takdirnya, untuk mengungkap rahasia suara yang memanggilnya, membuatnya merasa lebih kuat daripada rasa takut yang menggerogoti setiap langkahnya.
Pada pagi hari berikutnya, setelah beristirahat sejenak di tempat yang aman, Adela berenang menuju permukaan laut. Ia merasa semakin yakin bahwa dunia di atas sana, dunia manusia yang selama ini ia hanya lihat sekilas, adalah kunci untuk mengatasi kekuatan gelap yang sedang bangkit. Eldor telah mengatakan bahwa ia harus memahami hubungan antara dunia manusia dan lautan, dan untuk itu, ia harus melangkah lebih jauh ke dunia manusia.
Sesampainya di permukaan, Adela terkejut melihat kapal besar yang melintas. Kapal itu lebih besar dari yang pernah ia lihat sebelumnya, dengan layar berwarna merah menyala yang tertiup angin. Beberapa orang tampak bekerja di atas kapal, mengatur tali dan layar, sementara yang lainnya terlihat sedang berbicara dengan suara keras, seakan mereka tidak memperhatikan apapun di sekeliling mereka. Dalam keramaian itu, Adela merasakan gelombang ketegangan yang tidak bisa dijelaskan. Sebuah firasat bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi.
Ia memutuskan untuk mendekat, menyembunyikan dirinya di balik gelombang ombak, agar tak terlihat oleh para manusia di kapal. Ternyata, meskipun ia merasa takut, ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk lebih dekat, untuk mengetahui lebih banyak. Dalam diam, ia menyelam mendekati kapal tersebut, berharap bisa mendengar lebih banyak.
Di atas kapal, seorang lelaki paruh baya berdiri di dek, menatap laut dengan wajah penuh kecemasan. Ia mengenakan pakaian pelaut yang sudah usang dan terlihat lelah, tetapi matanya memancarkan tekad yang kuat. Lelaki itu tampaknya merasakan sesuatu yang aneh di laut, seperti ada sesuatu yang mengancam. Ia berpaling ke seorang anak muda yang berdiri di dekatnya.
“Apakah kau merasakannya, Jack?” tanya lelaki itu dengan suara berat.
Jack, seorang anak muda yang tampaknya masih baru di kapal itu, mengangguk. “Iya, Tuan Blackwood. Ada sesuatu yang tidak beres. Laut ini tidak seperti biasanya. Aku merasa ada sesuatu yang mengintai kami.”
Tuan Blackwood, kapten kapal itu, menatap ke cakrawala. “Kita berada di perairan yang tidak biasa, Jack. Laut ini dipenuhi dengan legenda, cerita tentang makhluk-makhluk kuno dan kekuatan yang tak terlihat. Kita harus berhati-hati. Aku yakin kita tidak sendirian di sini.”
Adela, yang mendengarkan percakapan itu dengan seksama, merasa gelombang kekhawatiran menyelimutinya. Laut yang mereka maksudkan, laut yang penuh dengan legenda, adalah tempat yang sangat dekat dengan kerajaan duyungnya. Dan jika ada sesuatu yang mengancam mereka, maka itu juga mungkin akan mengancam kerajaannya.
Saat itu, sebuah ledakan keras terdengar dari bawah laut, jauh di bawah permukaan. Air laut bergetar, dan Adela merasa seolah-olah seluruh dunia di bawahnya berguncang. Ia terkejut, mencoba mengendalikan dirinya agar tidak terbawa arus, tetapi kegelisahan di dalam dirinya semakin besar. Suara itu—suara ledakan yang berasal dari kedalaman laut—merupakan tanda bahwa sesuatu yang sangat besar sedang terjadi.
“Turunkan layar! Kita harus pergi dari sini!” teriak Kapten Blackwood, dan anak buahnya segera berlari untuk mengikuti perintahnya.
Adela, yang berada di bawah permukaan, bisa merasakan getaran itu semakin kuat. Ia tahu, kekuatan yang terbangun dari kedalaman laut kini sedang mengancam permukaan. Sesuatu yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan sedang datang. Dalam kebingungannya, Adela menyelam lebih dalam, berusaha mencari tahu apa yang terjadi.
Beberapa saat kemudian, ia mencapai kedalaman yang lebih gelap dari biasanya, di mana cahaya bulan hampir tidak mencapai. Di sana, di tengah kegelapan, ia melihat sesuatu yang menakutkan—sebuah pusaran air yang berputar dengan kecepatan luar biasa, seperti sebuah mata air yang tak terlihat. Pusaran itu tampak seperti gerakan yang tidak alami, seolah-olah ada kekuatan jahat yang memutar segala sesuatu di sekitarnya.
Adela mendekat dengan hati-hati, menyelam perlahan agar tidak menarik perhatian. Ia bisa merasakan hawa dingin yang berasal dari pusaran itu, sebuah perasaan yang sangat asing bagi makhluk laut sepertinya. Di tengah pusaran itu, sesuatu yang gelap dan penuh dengan energi terpendam tampak bergerak perlahan, seolah-olah tengah membangkitkan dirinya.
Adela menahan napas, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Itu adalah sesuatu yang sangat kuat—sesuatu yang sepertinya telah lama terkubur, tetapi kini mulai bangkit kembali.
“Ini… ini adalah kekuatan yang disebutkan oleh Eldor,” pikir Adela dalam hati, tubuhnya bergetar ketakutan.
Namun, ia tidak bisa mundur. Kekuatan itu adalah ancaman bagi kerajaan duyung, bagi dunia laut, dan bahkan mungkin bagi dunia manusia. Adela tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan memahami lebih dalam apa yang sedang terjadi dan mencari cara untuk menutup kekuatan itu selamanya.
Dalam kegelisahannya, Adela mendengar suara bisikan yang datang dari dalam pusaran itu. Suara itu sama dengan suara yang sering ia dengar, suara yang memanggilnya dari permukaan laut.
“Adela… kau sudah dekat. Semuanya akan segera terungkap.”
Adela merasakan tubuhnya dipenuhi dengan energi yang membangkitkan semangatnya. Ia tahu bahwa panggilan ini bukan untuk disia-siakan. Walaupun ada bahaya yang mengintainya, ia harus melanjutkan langkahnya.
Dengan tekad yang kuat, Adela berenang kembali ke permukaan, meninggalkan pusaran itu untuk sementara waktu. Ia harus kembali ke kerajaan duyung, untuk memberi tahu Eldor dan ibunya tentang apa yang telah ia temui. Ia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan bahaya, tetapi ia tidak bisa mundur sekarang. Dunia yang lebih besar menunggunya, dan ia harus siap untuk menghadapi kegelapan yang semakin dekat.
Saat ia kembali ke permukaan, Adela bisa melihat kapal Tuan Blackwood yang kini terombang-ambing di tengah gelombang besar yang muncul secara tiba-tiba. Angin kencang berhembus, dan langit tampak menggelap, seolah-olah alam sedang merespons kekuatan yang bangkit dari kedalaman. Adela tahu, tak lama lagi, dunia mereka akan berubah selamanya.*
Bab 4: Pertempuran di Ambang Kegelapan
Gelombang yang mengamuk di permukaan laut seolah mencerminkan kekacauan yang tengah terjadi di hati Adela. Hatinya yang awalnya dipenuhi rasa cemas kini berubah menjadi tekad yang membara. Ia tahu bahwa dunia mereka berada di ambang kehancuran, dan ia adalah satu-satunya yang bisa mencegahnya. Namun, untuk melakukannya, ia harus menggali lebih dalam lagi tentang kekuatan yang terpendam dan misteri yang memanggilnya sejak pertama kali ia mendengar suara itu.
Setelah berenang kembali ke kerajaan duyung, Adela langsung menuju ke tempat pertemuan yang biasa digunakan oleh para penjaga laut. Di sana, Eldor dan ibunya, Isara, sudah menunggunya, tampak khawatir dengan kedatangannya. Mata mereka langsung menyala saat Adela menceritakan apa yang ia temui di kedalaman laut, tentang pusaran gelap yang semakin kuat dan suara yang memanggilnya.
“Eldor, itu benar-benar terjadi. Aku bisa merasakannya. Sesuatu yang sangat gelap terbangun di bawah sana,” kata Adela dengan suara penuh keteguhan. “Aku yakin, jika kita tidak bertindak segera, kekuatan itu akan menghancurkan kita semua—baik di lautan maupun di dunia manusia.”
Eldor menatap Adela dengan penuh perhatian. “Adela, kau telah melihat kekuatan yang terpendam itu. Dan suara yang kau dengar adalah tanda bahwa kekuatan itu ingin dibebaskan. Namun, ada satu hal yang harus kau pahami: kekuatan ini bukan sekadar makhluk yang bisa kita hancurkan. Itu adalah bagian dari keseimbangan yang lebih besar di laut—dan kita, sebagai makhluk laut, terikat padanya.”
Isara menambahkan dengan serius, “Apa yang kau lihat bukanlah hal yang bisa kita tangani dengan kekuatan fisik semata. Kekuatan itu bisa mengubah lautan menjadi sebuah kehancuran. Kita harus menemukan cara untuk menutupnya kembali, dan itu akan membutuhkan lebih dari sekadar keberanian.”
Adela merasa sebuah beban berat di pundaknya, tetapi ia tahu bahwa mundur bukanlah pilihan. “Jadi, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa hanya berdiri di sini sementara dunia kita semakin terancam.”
Eldor melihat ke arah kedalaman laut, matanya yang penuh kebijaksanaan seolah menembus ruang dan waktu. “Kekuatan itu terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih tua dari kita. Dulu, sebelum para duyung ada, ada makhluk-makhluk kuno yang menjaga lautan—makhluk yang lebih kuat dari segala sesuatu yang kita ketahui. Mereka adalah penjaga keseimbangan, dan kekuatan yang terbangkitkan itu berasal dari dunia mereka.”
Isara menggenggam tangan Adela. “Kita harus mencarikan kunci untuk menghentikan kebangkitan kekuatan ini, Adela. Tapi itu tidak akan mudah. Dunia ini, baik di lautan maupun di dunia manusia, sudah berubah.”
Mata Adela menyala dengan tekad. “Aku siap. Aku harus pergi ke tempat itu, ke tempat di mana semuanya dimulai.”
Eldor mengangguk perlahan. “Itulah satu-satunya cara untuk menemukan jawabannya. Tapi ingatlah, Adela, tidak hanya kekuatan yang akan kau hadapi. Dalam perjalananmu, akan ada banyak yang menguji kepercayaanmu—dan jalan yang kau pilih akan menentukan nasib dunia kita.”
Adela merasa keteguhan hatinya semakin kuat. Ia tahu bahwa perjalanan ini adalah ujian terbesar dalam hidupnya. Dalam hati, ia merasa bahwa ia bukan hanya melawan kekuatan gelap, tetapi juga sesuatu yang lebih mendalam, lebih pribadi. Sebuah pertempuran batin yang harus ia hadapi untuk menemukan siapa dirinya sebenarnya.
Setelah mempersiapkan diri dengan segala perlengkapan yang diperlukan, Adela menyelam lagi, kali ini dengan tujuan yang jelas: menuju kedalaman laut yang lebih jauh dari yang pernah ia jelajahi sebelumnya. Ia tahu bahwa di sanalah jawabannya akan ditemukan. Ia harus menemukan cara untuk menutup pusaran gelap itu dan mencegah kehancuran yang lebih besar.
Selama perjalanan menuju kedalaman, Adela bisa merasakan getaran kuat yang datang dari dasar laut, semakin dekat dengan tujuannya. Semakin dalam ia menyelam, semakin gelap pula lautannya. Tidak ada cahaya, hanya kegelapan yang merayap perlahan. Tetapi meskipun ia merasa terintimidasi oleh ketakutan yang mendalam, Adela merasa semangatnya semakin menyala. Ia tahu bahwa ia adalah satu-satunya yang bisa melawan kegelapan ini.
Akhirnya, setelah menyelam sangat dalam, Adela tiba di sebuah tempat yang sangat berbeda dari yang ia kenal. Di sana, batu-batu karang yang besar dan patah terlihat membentuk lingkaran, dan di tengahnya, terdapat sebuah pusaran air yang lebih besar dan lebih kuat daripada yang pernah ia lihat sebelumnya. Pusaran itu memancarkan cahaya gelap yang meresap ke dalam segala sesuatu di sekitarnya, mengubahnya menjadi sebuah kehancuran.
Adela menatap pusaran itu dengan penuh rasa takut dan kagum. Di dalam pusaran itu, ia bisa melihat bayangan makhluk-makhluk raksasa yang bergerak di antara kegelapan. Mereka tampak seperti penjaga kuno yang pernah menguasai lautan, makhluk yang telah lama terkubur. Dan kini, mereka terbangkit kembali.
Namun, di balik ketakutannya, Adela merasakan panggilan itu lagi—suara yang memanggilnya, suara yang mengarahkannya untuk melakukan sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Ia merasakan bahwa ia adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar, dan inilah saat yang menentukan.
Dengan tekad yang semakin kuat, Adela berenang lebih dekat ke pusaran itu, menantang arus kuat yang mencoba menahannya. Begitu dekat, ia bisa merasakan getaran energi yang memancar dari dalam pusaran itu. Tetapi ia tahu, jika ia bisa mengendalikan energi itu, maka ia bisa menutupnya kembali.
Adela merentangkan tangannya dan membiarkan energi itu mengalir melalui dirinya. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa, sebuah energi yang bukan hanya berasal dari lautan, tetapi juga dari dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa suara yang memanggilnya selama ini bukan hanya berasal dari dunia luar, tetapi juga dari dalam dirinya—suara yang mengingatkannya akan takdirnya sebagai penjaga lautan.
Dengan penuh keyakinan, Adela mulai menyatukan energi dari dirinya dan dari lautan, membentuk kekuatan yang cukup besar untuk menahan pusaran itu. Semakin kuat ia berusaha, semakin besar pula energi yang ia rasakan. Ketegangan semakin meningkat, dan ia tahu bahwa ia berada di ambang titik kritis.
Akhirnya, setelah beberapa saat yang penuh dengan perlawanan, Adela berhasil menutup pusaran itu. Air laut yang bergelora kembali tenang, dan gelombang besar yang mengamuk pun reda. Kegelapan yang menyelimuti lautan mulai menghilang, digantikan oleh kedamaian yang kembali meresap ke dalam setiap sudut lautan.
Adela terengah-engah, tubuhnya kelelahan. Tetapi di dalam hatinya, ada perasaan yang sulit dijelaskan—perasaan bahwa ia telah melangkah melewati batas dirinya dan menemukan tujuan hidupnya yang sejati.
Saat ia kembali ke permukaan, ia melihat kapal Tuan Blackwood yang sedang berlayar dengan tenang. Lautan yang semula bergejolak kini kembali damai. Dunia mereka, baik di lautan maupun di dunia manusia, selamat—untuk saat ini
Adela tahu bahwa pertempuran ini mungkin belum berakhir sepenuhnya. Namun, ia merasa lebih kuat, lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Ia telah menemukan jati dirinya sebagai penjaga lautan, dan ia tahu bahwa ia akan terus melindungi kedamaian dunia ini, apapun yang terjadi.
Dengan senyum tipis, Adela berenang kembali ke kerajaan duyung, di mana ibunya dan Eldor menunggunya. Meskipun perjalanan ini belum selesai, ia merasa yakin bahwa dunia yang penuh dengan rahasia ini akan selalu
membutuhkan penjaganya. Dan ia siap untuk itu.***
———-THE END——