• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
Potong Kuku

Potong Kuku

April 26, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
Potong Kuku

Potong Kuku

Jadi Pocong

by Muhammad Alfariezie
April 26, 2025
in Fantasi, Horror, Misteri & Thriller
Reading Time: 4 mins read

Story of Day– Hujan deras serta petir mengiringi solat jamaah di dalam masjid salah satu kampung di Kota Kecil yang Sombong.

Hujan yang tidak akan berhenti semalaman dan benar, hujan masih sangat deras di kawasan rendah pesisir itu.

“Waduh kalo sampe isya enggak reda, gua terabas,” kata Adi, salah satu kepala keluarga yang terkena banjir merendam rumahnya.

“Ui malem-malem gunting kuku, di dalem masjid lagi. Jangan lupa bersihin lagi,” sambung Adi ketika melihat Zaenal memotong kuku di hadapan jam dinding klasik yang berdentang pada waktu tertentu.

“Cerewet,” jawab Zaenal.

Tak ada lanjutan dari mereka. Setelah selesai, Zaenal memungut serpihan kuku yang terpisah dari rahang dan membuangnya ke tempat sampah kemudian duduk bersila di pekarangan sambil merokok dan menyaksikan hujan bersama beberapa teman.

Di dalam masjid, Adi hampir menyelesaikan shalat sunnahnya dan di beberapa jarak di sebelahnya ada seorang musafir yang juga melaksanakan shalat sunnah tepat di dekat Zai memotong kuku.

“Astaghfirullah,” kata musafir berbisik lalu mengambil serpihan kuku yang menempel di sekitar bibir dan hidung serga kening, lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Yaelah, menghadiahkan banget si. Kena orang kan,” batin Adi ketika melihat orang itu kening hingga sekitat tawaran tertempel sisa potongan kuku Zai.

Malam terus berlanjut dan suara adzan Isya menggema di seluruh kampung dalam hujan deras. Udara tidak sampai ke halaman masjid karena ada penghalang dan berada di dataran paling tinggi kampung itu, sedangkan di rumah Adi– air sudah masuk ke ruang tamu dan sementara di rumah Zai yang letaknya lebih rendah dari rumah Adi dan letaknya berada di dataran paling rendah kampung itu– air hanya kaki sudah mengisi penuh rumahnya.

Selesai imam melafazkan salam, iman itu juga meminta seluruh jamaah untuk segera pulang ke rumah masing-masing karena hujan yang kian deras dan berpetir sebab tahu pasti akan banjir.

“Pak, ayok cepat pulang. Rumah kita banjir,” kata anak perempuan Zai membawa payung.

Dari situ bapak-bapak semua pulang ke rumah masing-masing tanpa peduli petir dan basah kuyup.

Subuh menjelang, dan warga meski belum tidur tapi sudah langsung beres-beres rumah namun tiba kabar yang tidak mengenakan perasaan Adi ketika mendengar Zai menjadi korban tewas dalam banjir kali ini.

Sambil membenahi barang-barang, Adi kepikiran musafir di masjid yang kening, hidung dan sekitar bibir tertempel kuku Zai. Dalam jeda waktu yang sangat cepat, Adi juga kepikiran tawa Zai yang berbincang dengan teman sekampung sambil melihat hujan di pekarangan masjid ketika selesai memotong kuku. Bahkan Adi sampai terngiang musafir itu membuang sisa kuku Zai ke dalam kotak sampah, dan sangat jelas ia membayangkan kotak sampah itu.

“Ui mas, ngelamun. Udah ini biar aku aja, sana ke rumah duka. Bantu-bantu,” kata istrinya.

Sampai di gerbang kecil rumah Zaenal yang hanya memuat satu motor dan di dinding kanan kirinya berkibar bendera kuning khas rukun kematian, Adi melihat seorang laki-laki yang kulitnya pucat dan basah seluruh tubuhnya meneteskan air.

Laki-laki itu duduk merunduk sendirian di dalam gelap, duduk di kursi panjang bawah jendela yang sepertinya tempat pemakaman Zaenal di makamkan.

Adi mengarahkannya untuk duduk di sana namun ketika sampai dan telah duduk dan hanya menghitung kedipan mata, Adi terkaget karena hanya duduk sendiri tanpa keberadaan laki-laki itu.

Jantungnya berdebar karena saat itu juga ia mendengar desah lenguh seseorang dari balik jendela dan seketika itu juga bulu punggung merinding sehingga ia mendorong masuk ke dalam rumah tapi saat menghadap dekat dengan pintu ia kaget dan nyaris terjatuh karena melihat pocong yang lusuh meneteskan udara dan dari arah belakang ia kembali mendengar desah lenguh seseorang.

Sekejap bersantainya melihat keanehan buyar karena bahunya ditepuk seorang tetangga.

“Ngapain di sini mas Adi, yok masuk do’akan jenazah,” kata seseorang itu.

Adi tidak bisa melakukan apapun untuk pemakamannya karena sangat takut dan gelisah ingin segera pulang.

Ketika dia mengarah ke pintu depan rumah, ia melihat sosok yang menyerupai Zaenal berdiri dan wajahnya memelas serta seluruh tubuhnya basah kuyup dan dari belakang, Adi merasa tengkuk yang berdiri serta mendengar desah lenguh seseorang.

Ia menengok ke belakang dan kembali terkejut melihat sosok pocong lalu mendekat ke tempatnya duduk.

Pingsan, Adi pingsan di rumah almarhum dan membuat geger orang-orang sampai harus dibopong ke kediamannya namun para tetangga hanya mengira Adi lelah karena mengatasi banjir semalaman.

Ketika tersadar, bukan minum atau bubur maupun anak istri yang ia tanya, melainkan yang dilamunkannya adalah musafir yang kening hingga sekitar bibir tertempel kuku Zaenal, tempat pembuangan sampah kuku Zaenal dan tawa Zaenal di pekarangan masjid pasca-memotong kuku.

Sekedip pandang, Adi berteriak ketika muncul bayangan pocong jatuh menimpanya. *

Previous Post

RITUAL TERAKHIR DI PEMAKAMAN

Next Post

LANGKAH TERAKHIR SANG PEMBURU

Next Post
LANGKAH TERAKHIR SANG PEMBURU

LANGKAH TERAKHIR SANG PEMBURU

DESA TANPA NAMA

DESA TANPA NAMA

SENJA DI UJUNG HARAPAN

SENJA DI UJUNG HARAPAN

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In