• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
PETUALANGAN DI DUNIA TERTULIS

PETUALANGAN DI DUNIA TERTULIS

January 27, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
PETUALANGAN DI DUNIA TERTULIS

PETUALANGAN DI DUNIA TERTULIS

Masuki dunia di balik setiap halaman, di mana imajinasi bertemu kenyataan, dan setiap keputusan bisa mengubah nasib dunia yang tersembunyi dalam cerita.

by FASA KEDJA
January 27, 2025
in Fantasi
Reading Time: 18 mins read

Prolog

Sejak kecil, Elara selalu merasa bahwa dunianya tidak cukup. Hidup di sebuah desa yang sederhana, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk kehidupan kota, ia sering kali berkhayal tentang tempat-tempat yang jauh, dunia-dunia lain yang penuh dengan keajaiban dan petualangan. Dunia tempat para pahlawan berjuang, tempat di mana keajaiban hidup berdampingan dengan kenyataan. Namun, tidak ada yang lebih membuatnya terpesona selain buku-buku yang selalu ia temukan di perpustakaan tua yang tersembunyi di sudut desa.

Buku-buku itu adalah jendela menuju dunia lain. Setiap halaman menyajikan cerita yang lebih hidup daripada kenyataan yang ia jalani. Dari dongeng tentang para penyihir yang berperang dengan naga raksasa, hingga kisah tentang kerajaan yang jatuh karena pengkhianatan, semuanya seolah-olah berbisik padanya untuk berani bermimpi lebih besar. Tapi itu hanya khayalan, bukan? Hanya cerita yang tertulis dengan tinta dan kertas. Dunia nyata tetap berada di luar jangkauan imajinasinya.

Namun, suatu hari, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ketika Elara sedang membaca sebuah novel lama yang ditemukan di sudut perpustakaan, ia menyadari ada sesuatu yang aneh. Buku itu, yang awalnya hanya tampak seperti cerita biasa, tiba-tiba bergetar di tangannya. Halaman-halaman mulai bergerak, dan teksnya mulai berubah, seakan-akan mengikuti irama detak jantungnya. Sebelum ia bisa mengerti apa yang sedang terjadi, sebuah cahaya terang menyelimuti dirinya, dan dalam sekejap, dunia yang ia kenal berubah.

Ia tidak lagi berada di perpustakaan itu. Tidak ada bau buku tua, tidak ada debu, tidak ada lantai kayu yang berderit di bawah kaki. Sebaliknya, Elara menemukan dirinya berada di sebuah hutan lebat yang diselimuti kabut, di bawah langit yang penuh dengan bintang-bintang asing. Pohon-pohon yang menjulang tinggi di sekitarnya tampak hidup, bergerak sedikit seolah-olah menyambut kedatangannya. Udara yang segar membawa aroma bunga yang tidak pernah ia cium sebelumnya.

“Halo?”

Suara Elara terdengar kecil di hutan yang luas ini, namun hanya hening yang menjawabnya. Ia melangkah maju dengan hati yang penuh rasa takut dan bingung. Apa yang sedang terjadi? Bagaimana ia bisa sampai di sini? Seharusnya ia masih di perpustakaan—membaca buku yang sama seperti sebelumnya. Tapi ini bukan lagi dunia yang ia kenal.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat sebuah cahaya lembut di kejauhan. Penasaran, ia berjalan menuju cahaya itu, berharap menemukan petunjuk tentang apa yang terjadi. Ketika ia semakin dekat, cahaya itu ternyata berasal dari seorang wanita yang berdiri di depan sebuah gerbang besar yang tampak terbuat dari batu-batu kuno. Gerbang itu memancarkan cahaya yang sama, seakan menyimpan rahasia yang sangat tua di dalamnya.

Wanita itu menoleh, dan Elara merasakan sebuah aura misterius yang mengelilinginya. Wanita itu mengenakan pakaian panjang yang indah, dengan rambut panjang berkilau yang tergerai di punggungnya. Matanya memancarkan kebijaksanaan yang tak terhitung jumlahnya, seolah-olah ia telah melihat dan mengetahui lebih banyak tentang dunia ini daripada siapa pun.

“Selamat datang, Elara,” wanita itu berkata, suaranya lembut namun penuh kekuatan. “Kau akhirnya datang.”

Elara terkejut mendengar namanya dipanggil oleh wanita itu, tetapi sebelum ia sempat bertanya, wanita itu melanjutkan.

“Dunia yang kau baca di dalam buku-buku itu, dunia yang kau anggap hanya khayalan, bukanlah hanya fiksi. Semua itu nyata, dan kini kau berada di dalamnya. Kau telah masuk ke dalam dimensi yang berbeda, ke dalam dunia yang terhubung dengan imajinasi para penulis dan pembaca. Dunia ini dibentuk oleh cerita-cerita yang mereka buat, dan sekarang giliranmu untuk memainkan peranmu dalam cerita ini.”

Elara merasa jantungnya berdegup kencang. Dunia yang selama ini hanya ada dalam buku—apa maksudnya ini? Bagaimana bisa ia berada di dalamnya? Dan mengapa ia? Wanita itu melihat kebingungannya dan tersenyum bijak.

“Tenanglah,” wanita itu berkata. “Namaku Rhea, dan aku adalah penjaga gerbang antara dunia ini dan dunia yang kau kenal. Dunia ini, yang penuh dengan cerita, terhubung dengan setiap imajinasi yang diciptakan oleh pikiran manusia. Setiap cerita memiliki dunia sendiri, dengan aturan dan nasibnya sendiri. Namun, ada satu hal yang penting—semua cerita ini, termasuk dunia ini, berada dalam bahaya. Sebuah ancaman besar mengintai, yang dapat mengubah keseimbangan dunia ini selamanya.”

Elara mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Rhea. Dunia ini… terhubung dengan imajinasi manusia? Bagaimana bisa? Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang aneh.

“Ancaman apa yang kau maksud?” tanya Elara, meskipun suara kebingungannya masih terdengar jelas.

Rhea menghela napas panjang, kemudian melangkah lebih dekat ke gerbang besar itu, menyentuhnya dengan ujung jarinya. Gerbang itu bergetar pelan, seakan merespons sentuhan Rhea.

“Ada seseorang—atau lebih tepatnya, sesuatu—yang telah memanipulasi alur cerita di dunia ini. Mereka berusaha merusak keseimbangan yang telah ada selama ini. Dunia ini, seperti yang kau lihat, tidak terbuat hanya dari tulisan dan kata-kata. Ia juga terbuat dari keputusan dan tindakan, dari pilihan yang diambil oleh para tokoh yang ada di dalamnya. Namun, jika ada yang salah dalam cerita ini—jika alur cerita itu dibengkokkan—seluruh dunia akan runtuh.”

Elara merasa ada sesuatu yang berat di hatinya, sesuatu yang mulai ia pahami lebih dalam. Dunia yang penuh imajinasi dan kata-kata itu tidak hanya terikat oleh cerita—dunia ini memiliki jiwa, memiliki keberadaan yang hidup dan saling terkait.

“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Elara, suara penuh tekad. “Jika dunia ini dalam bahaya, bagaimana aku bisa membantu?”

Rhea menatap Elara dengan sorot mata yang penuh harapan. “Kau adalah kunci. Kau memiliki kemampuan untuk melihat dunia ini bukan hanya sebagai pembaca, tetapi sebagai bagian dari cerita itu sendiri. Kau akan menemukan cara untuk mengembalikan keseimbangan yang telah hilang. Namun, untuk itu, kau harus melewati berbagai lapisan cerita—lapisan dunia yang terhubung dengan berbagai kisah yang ada. Setiap lapisan memiliki ujian yang harus kau hadapi, dan setiap langkah yang kau ambil akan menentukan jalan cerita ini.”

Elara mengerutkan kening, merenungkan kata-kata Rhea. Ia tahu bahwa ini bukanlah perjalanan biasa. Ini adalah perjalanan yang akan menguji dirinya, yang akan mengubah hidupnya selamanya. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak bisa mundur. Dunia ini—dunia yang selama ini hanya ada dalam imajinasi—sekarang berada di dalam tangannya, dan ia harus melangkah maju.

“Baiklah,” Elara akhirnya berkata, suara penuh tekad. “Aku akan melakukannya. Aku akan memperbaiki keseimbangan dunia ini.”

Dengan satu keputusan itu, Elara melangkah menuju gerbang besar, siap untuk memulai perjalanannya ke dunia yang baru. Dunia ini bukanlah dunia yang ia kenal, tetapi kini dunia ini adalah rumahnya—dan ia akan berjuang untuk melindunginya.*

Bab 1: Pintu ke Dunia Lain

Elara duduk di meja belajarnya, dikelilingi oleh tumpukan buku tebal yang hampir tidak pernah disentuh oleh orang lain selain dirinya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan tua di dekat rumahnya, tempat di mana setiap buku seolah memiliki kisah dan rahasia yang ingin ia ungkap. Perpustakaan itu jauh dari keramaian kota, terletak di pinggir hutan dengan suasana yang selalu terasa sunyi dan tenang. Bagi Elara, itu adalah tempat pelariannya—tempat di mana dunia nyata bisa terlupakan sejenak.

 

Hujan turun dengan lebat di luar, dan petir sesekali menggelegar di langit gelap. Elara menyandarkan tubuhnya pada kursi, matanya tertuju pada barisan rak buku yang teratur, penuh dengan kisah-kisah lama dan penuh petualangan. Dari semua buku yang ada di sana, Elara merasa ada sesuatu yang berbeda pada sebuah buku yang terletak di sudut paling jauh rak, seakan disembunyikan dari pandangan orang lain. Buku itu tidak memiliki judul atau gambar apapun di sampulnya—hanya kulit berwarna hitam legam yang sudah mulai mengelupas. Sampulnya terlihat kusam, seperti sebuah benda yang sudah dilupakan waktu.

 

Penasaran, Elara menarik buku itu dari rak dan merasakannya dengan telapak tangannya. Buku itu terasa aneh, berat dan dingin, seperti ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya. Ia membuka halaman pertama, dan matanya langsung tertuju pada tulisan yang tidak ia kenali. Kata-kata itu tampak seperti tulisan yang hidup, seakan-akan bergetar di hadapannya.

 

“Elara…” sebuah suara lembut tetapi penuh kekuatan terdengar, dan Elara hampir terkejut. Suara itu berasal dari dalam buku. Namun, ia merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar kata-kata di halaman itu. Ia membaca lebih lanjut, dan setiap kalimat seolah mengajak dirinya untuk terjun lebih dalam ke dalam cerita.

 

Pada awalnya, Elara mengira ia hanya membayangkan semuanya. Tapi seiring membaca, ia merasakan sesuatu yang aneh—sesuatu yang menarik dirinya. Kata-kata itu bukan hanya sekadar huruf-huruf di atas kertas. Mereka seolah bergerak, seolah mengundangnya untuk masuk ke dalam dunia lain. Dalam ketegangan yang meningkat, Elara terus membaca, seolah terhipnotis oleh kalimat-kalimat yang semakin menggetarkan jiwanya.

 

Tiba-tiba, tanpa peringatan, halaman-halaman buku itu berputar dengan cepat, seolah-olah dunia di sekitar Elara mulai berputar. Hembusan angin dingin menyapu wajahnya, dan sebelum ia bisa mengerti apa yang sedang terjadi, sebuah tarikan kuat menarik tubuhnya ke dalam buku itu. Ia merasakan tubuhnya terbawa, seakan-akan seluruh ruang dan waktu runtuh di sekelilingnya.

 

Perasaan itu datang begitu cepat—seperti terperangkap dalam sebuah tornado—dan sebelum ia sempat berteriak atau melawan, gelap total menyelimutinya. Rasanya seperti jatuh bebas ke ruang yang tak terbatas.

 

Ketika Elara membuka matanya, ia mendapati dirinya tidak lagi berada di kamar tidurnya. Ia terbaring di atas tanah yang keras dan berbatu, dikelilingi oleh pepohonan raksasa dengan akar yang menjalar di tanah. Langit di atasnya tampak tidak seperti langit biasa—berwarna ungu gelap dengan bintang-bintang yang bersinar terang dan aneh, seolah berada di alam yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

 

Elara terengah-engah, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia segera duduk dan menatap sekeliling, merasa bingung dan ketakutan. Tidak ada jejak dunia yang ia kenal. Dunia ini terasa asing dan penuh misteri. Ia merasa seolah-olah dirinya berada di dalam mimpi yang aneh, namun seluruh panca inderanya merasakan setiap detail—bau tanah basah, suara gemerisik daun, dan hawa dingin yang menyentuh kulitnya.

 

“Apa yang terjadi?” Elara bergumam pada dirinya sendiri. “Ini tidak mungkin. Ini… tidak mungkin!”

 

Saat ia berusaha berdiri, sebuah suara lembut namun penuh kekuatan terdengar dari belakangnya, membuat tubuh Elara terlonjak kaget. “Selamat datang, Elara,” suara itu berkata. Ia menoleh dan melihat seorang wanita tua berdiri di hadapannya. Wanita itu mengenakan jubah biru tua yang terbuat dari kain halus, dan matanya bersinar dengan kebijaksanaan yang dalam. Di tangan wanita itu, ada sebuah buku besar yang tampaknya sangat berat, namun ia memegangnya dengan mudah.

 

“Si-Siapa kamu?” Elara bertanya, tubuhnya masih bergetar karena ketakutan dan kebingungan.

 

Wanita itu tersenyum lembut. “Nama saya Rhea, dan saya adalah penjaga dunia ini. Dunia yang sekarang kau masuki.”

 

Elara merasa matanya membelalak. “Dunia? Maksudmu ini… bukan dunia nyata?”

 

Rhea mengangguk, matanya penuh dengan ketenangan yang luar biasa. “Benar. Dunia ini terbentuk dari kata-kata, dari imajinasi. Dunia ini ada dalam buku yang kau baca.”

 

Elara terdiam. Ia menatap wanita itu dengan rasa tidak percaya. “Tapi… bagaimana aku bisa sampai ke sini? Aku hanya membaca buku itu…”

 

Rhea mengangguk lagi. “Itulah kekuatan dunia yang kau masuki, dunia yang tercipta dari kata-kata dan imajinasi. Ketika seseorang membaca dengan penuh perhatian, mereka bisa menembus batas dunia nyata dan masuk ke dalam cerita. Namun, dunia ini bukanlah tempat yang mudah dijelajahi.”

 

Elara merasa dunia ini semakin membingungkan. “Aku… aku tidak mengerti. Apa yang harus aku lakukan di sini? Bagaimana aku bisa keluar?”

 

Rhea menghela napas panjang. “Itulah pertanyaan yang sering diajukan oleh mereka yang datang ke sini. Setiap orang yang masuk ke dunia ini memiliki tujuan mereka sendiri. Tapi satu hal yang harus kau ketahui, Elara—dunia ini tidak hanya sebuah cerita. Ini adalah dunia yang hidup. Dan sekarang, takdirmu terikat dengan dunia ini.”

 

“Takdirku?” Elara bertanya bingung. “Apa maksudmu?”

 

Rhea melihat ke arah langit yang gelap. “Setiap dunia memiliki aturan dan tujuan, dan sekarang dunia ini berada dalam bahaya. Kerusakan dimensi sedang terjadi, dan hanya sedikit orang yang bisa menyelamatkannya. Kau… mungkin salah satunya.”

 

Elara merasa dirinya semakin terjebak dalam misteri yang semakin rumit. “Kerusakan dimensi? Aku… aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan!”

 

“Jangan khawatir,” Rhea menjawab dengan tenang. “Kau akan belajar. Semua yang kau butuhkan untuk memahami dunia ini ada di dalam dirimu. Buku ini akan membimbingmu.” Rhea mengulurkan buku besar itu kepada Elara.

 

Elara menerima buku itu dengan tangan gemetar, merasa seolah seluruh dunia terhubung melalui buku ini. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

 

Rhea tersenyum. “Pertama, kau harus memahami dunia ini. Pelajari segala sesuatu yang ada di dalamnya. Hanya dengan itu kau bisa menemukan kunci untuk menyelamatkan dunia ini.”

 

Saat itu, Elara merasa seperti telah terlempar ke dalam petualangan yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Dunia yang tampaknya begitu nyata dan penuh dengan kemungkinan tak terbatas kini mengungkapkan rahasia yang lebih d

alam, dan ia tahu—perjalanan ini baru saja dimulai.*

 

Bab 2: Labirin Kata-Kata

Setelah berjam-jam berjalan bersama Rhea, Elara merasa seolah-olah ia mulai mengenal dunia baru ini, meskipun banyak hal yang masih membingungkannya. Mereka menempuh perjalanan melintasi hutan yang lebat, dengan pepohonan tinggi menjulang dan cahaya rembulan yang memancar di antara celah-celah daun. Keheningan malam itu terasa semakin tebal, namun juga penuh dengan keajaiban yang belum pernah Elara rasakan sebelumnya. Setiap langkah yang diambil, semakin dalam ia terbenam ke dalam dunia ini—sebuah dunia yang tercipta hanya melalui kata-kata.

 

“Dunia ini… sangat berbeda dari yang aku bayangkan,” ujar Elara, suaranya teredam oleh angin malam.

 

Rhea berjalan di sampingnya, tidak terlalu tergesa, namun jelas penuh dengan tujuan. “Ini adalah dunia imajinasi, dunia yang tak terikat oleh hukum alam yang kau kenal. Namun, meskipun terbuat dari kata-kata, dunia ini memiliki aturan yang sangat ketat. Aturan yang mengikat setiap karakter, setiap peristiwa, dan bahkan setiap perasaan yang ada di dalamnya.”

 

“Lalu, bagaimana aku bisa keluar?” Elara bertanya, suaranya penuh keraguan.

 

Rhea berhenti dan menatapnya. “Pertama, kau harus memahami bahwa dunia ini tidak hanya sebuah cerita. Dunia ini terbentuk dari berbagai lapisan genre yang berbeda—setiap lapisan adalah dunia baru, dengan aturan dan makhluk yang berbeda. Setiap lapisan itu adalah sebuah cerita yang tak terhitung banyaknya, dan lapisan-lapisan ini saling berhubungan satu sama lain.”

 

Elara mengangguk, meskipun ia merasa kebingungannya semakin bertambah. Rhea melanjutkan, “Ada satu hal yang sangat penting yang harus kau tahu. Setiap lapisan dunia ini memiliki kunci yang tersembunyi. Kunci yang bisa membawamu keluar, jika kau mampu menemukannya. Tapi hati-hati, Elara. Setiap kunci yang kau temukan tidak hanya akan membuka jalanmu ke dunia nyata, tetapi juga bisa mengubah banyak hal dalam cerita ini.”

 

“Mengubah?” Elara bertanya, memandangi Rhea dengan tatapan serius. “Bagaimana bisa?”

 

Rhea tersenyum tipis. “Setiap keputusan yang kau ambil, setiap tindakan yang kau lakukan, akan meninggalkan bekas yang dalam di dunia ini. Takdir cerita ini terikat dengan keputusan-keputusan kecil yang tampaknya tidak berarti. Jika kau salah memilih, dunia ini bisa hancur. Atau bahkan lebih buruk, dunia yang kau kenal akan hilang selamanya.”

 

Mereka melanjutkan perjalanan, dan dalam sekejap, mereka tiba di sebuah desa yang tampaknya terbuat sepenuhnya dari buku. Bangunan-bangunan tinggi yang terbuat dari tumpukan halaman raksasa membentuk jalan-jalan sempit, sementara penduduk desa tampak seperti karakter-karakter dari berbagai cerita—penyihir berpakaian gelap, ksatria dengan perisai bercahaya, dan bahkan makhluk-makhluk yang terlihat seperti tidak berasal dari dunia ini sama sekali.

 

“Apa ini?” Elara bertanya, terpesona oleh pemandangan di hadapannya.

 

“Ini adalah desa Biblion,” jawab Rhea, “Tempat di mana berbagai cerita bertemu dan saling berinteraksi. Semua jenis genre berada di sini—petualangan, romansa, misteri, bahkan horor. Setiap jenis cerita memiliki aturan dan tujuannya sendiri. Tetapi ada satu hal yang harus kau tahu—dunia ini tidak aman. Ada ancaman besar yang mengancam seluruh dunia ini, dan kau, Elara, adalah salah satu yang mungkin bisa menghentikannya.”

 

Elara terdiam. “Aku? Tapi aku hanya seorang gadis yang baru saja terjebak di sini. Bagaimana aku bisa…”

 

Rhea menatap Elara dengan tatapan penuh keyakinan. “Kau tidak sadar, Elara, bahwa dirimu memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan untuk mempengaruhi takdir cerita ini. Dunia ini, meskipun tercipta dari imajinasi, sangat nyata di sini. Begitu kau memahami peraturan dan batasannya, kau bisa mengubah apapun. Bahkan dunia ini sendiri.”

 

Mereka berjalan lebih dalam ke dalam desa, dan Elara merasakan sesuatu yang aneh di sekitarnya. Setiap langkah yang mereka ambil membuatnya merasa semakin terhubung dengan dunia ini, seakan ia bisa mendengar bisikan-bisikan dari halaman-halaman yang tertulis di sekitar mereka. Ada cerita di balik setiap batu, setiap halaman yang tertumpuk di jalan. Namun, ada sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang mengintai dari kedalaman cerita itu.

 

Tiba-tiba, suara keras terdengar dari kejauhan—suara gemuruh yang membuat tanah bergetar. Elara terkejut dan menoleh pada Rhea.

 

“Apa itu?” tanyanya, matanya penuh kecemasan.

 

Rhea mengangkat tangan dan memberi isyarat agar Elara diam. “Itu adalah gerakan kerusakan dimensi,” jawabnya, suara serak. “Dunia ini mulai hancur. Keberadaan berbagai genre yang saling bertabrakan semakin tidak terkendali. Ketika lapisan-lapisan cerita ini mulai berbenturan, bencana akan datang.”

 

Elara merasa ketakutan. “Apakah itu berarti dunia ini akan musnah?”

 

“Tidak jika kita bisa menemukan kunci yang tepat. Setiap kunci yang tersembunyi dalam setiap lapisan cerita dapat memperbaiki kerusakan ini,” jawab Rhea, tegas. “Namun, kita harus berhati-hati. Kerusakan ini disebabkan oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar cerita. Ada makhluk jahat yang berusaha menghancurkan dunia ini, dan mereka tahu tentang kekuatanmu, Elara.”

 

“Makhluk jahat?” Elara bertanya, mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu?”

 

Rhea memandangnya serius. “Ada entitas yang sudah lama terperangkap dalam cerita ini, entitas yang sangat kuat. Mereka berasal dari cerita yang terkubur, dari halaman-halaman yang terlupakan. Mereka kini terbangun, dan tujuannya adalah untuk menghancurkan dunia ini dan semua cerita di dalamnya.”

 

Elara merasa ketakutan, namun di sisi lain, ada rasa penasaran yang mulai membesar dalam dirinya. Apakah dia benar-benar memiliki kekuatan untuk mengubah takdir dunia ini?

 

Rhea menuntunnya ke sebuah bangunan besar yang terbuat dari tumpukan buku-buku raksasa. Di dalamnya, terdapat sebuah ruangan besar dengan dinding yang dipenuhi dengan peta-peta cerita. Setiap peta itu mewakili sebuah lapisan dunia—sebuah genre cerita yang memiliki kekuatan dan aturan yang berbeda.

 

“Kau harus memilih, Elara,” kata Rhea. “Setiap lapisan ini memiliki kunci yang perlu kau temukan. Dan setiap kunci akan membawa dampak besar. Jika kau mengambil kunci yang salah, dunia ini bisa runtuh lebih cepat.”

 

Elara menatap peta-peta itu dengan cemas. “Bagaimana aku tahu mana yang benar?”

 

Rhea tersenyum lembut. “Kau akan tahu saat tiba waktunya. Ikuti instingmu, Elara. Dunia ini diciptakan oleh kata-kata, dan kata-kata itu bisa mendengarmu jika kau cukup perhatian. Sekarang, pilihlah lapisan yang akan kau jelajahi pertama.”

 

Elara menatap peta dengan hati yang berdebar. Di dalam peta itu, setiap lapisan terlihat seperti jalan yang terbentang jauh di depan. Setiap pilihan adalah sebuah dunia baru, penuh dengan petualangan dan bahaya. Namun, di dalam hatinya, Elara tahu bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuh—jalan yang akan membawanya lebih dekat pada tujuan yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

 

Setelah beberapa saat, Elara menunjuk salah satu lapisan cerita yang paling mencuri perhatiannya—sebuah dunia penuh dengan pahlawan dan makhluk fantastis, sebuah dunia penuh dengan peperangan dan misteri.

 

“Ini,” kata Elara dengan suara penuh tekad. “Aku akan memulai dari sini.”

 

Rhea mengangguk dengan bangga. “Bagus. Ingat, Elara, apa yang terjadi di sini akan menentukan masa depan dunia ini. Setiap keputusanmu akan mengubah takdir. Sekarang, pergilah, dan jangan ragu. Dunia ini membutuhkanmu.”

 

Dengan satu langkah, Elara melangkah ke dalam lapisan cerita itu, dan dunia sekitarnya mulai berputar lagi. Pintu menuju petualangan yang lebih besar terbuka, dan Elara tahu bahwa ini a

dalah awal dari perjalanan yang tidak akan pernah ia lupakan.*

Bab 3: Perjalanan di Dunia Baru

Langkah Elara menyentuh tanah yang keras dan berdebu, dan ketika ia membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di sebuah medan perang yang luas dan kacau. Pemandangan ini begitu kontras dengan dunia sebelumnya yang penuh dengan hutan dan desa penuh buku. Kini, ia berdiri di tengah sebuah padang rumput yang luas, dengan langit yang penuh dengan awan gelap yang bergulung-gulung. Angin kencang membawa aroma besi dan tanah yang tercampur dengan darah yang baru saja ditumpahkan. Di kejauhan, ia bisa melihat tentara-tentara berperisai, saling berhadapan dengan pasukan besar makhluk aneh yang tampaknya terbuat dari bayangan gelap, menggeram dan siap untuk menyerang.

“Apa ini?” Elara bergumam, matanya terbelalak melihat pemandangan yang sangat asing dan menakutkan.

Di sampingnya, sebuah suara lembut terdengar. “Ini adalah dunia perang. Dunia ini dipenuhi oleh pertempuran abadi antara ksatria dan makhluk kegelapan. Dunia ini mengatur takdirnya melalui peperangan tanpa akhir.”

Elara menoleh dan melihat Rhea berdiri di sampingnya, wajahnya tetap tenang meskipun suasana yang kacau di sekitarnya. “Jadi ini salah satu lapisan dunia yang dimaksud?” tanya Elara, suaranya penuh kebingungan.

Rhea mengangguk. “Benar. Setiap lapisan cerita di dunia ini memiliki aturan yang berbeda, dan dunia perang ini adalah tempat di mana pertarungan antara kebaikan dan kejahatan terjadi terus-menerus. Namun, di sini juga terletak salah satu kunci untuk keluar. Kau harus mencari dan menemukannya.”

Elara memandangi medan perang yang penuh dengan darah dan kehancuran. Ada begitu banyak kehidupan yang terlibat dalam konflik ini, dan ia merasa terhimpit oleh beratnya takdir yang harus ia jalani. “Bagaimana aku bisa menemukan kunci di tengah semua ini?”

Rhea tersenyum dengan bijaksana. “Dunia ini penuh dengan petualangan dan bahaya, Elara. Tapi untuk menemukan kunci yang tepat, kau harus belajar mengenal apa yang sebenarnya penting. Dalam setiap peperangan, ada banyak hal yang bisa membingungkanmu, tapi satu hal yang pasti—setiap keputusan yang kau buat akan mengarah pada jalan yang benar.”

Elara menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk mengikuti langkah Rhea. Mereka berjalan lebih dalam ke medan perang itu, dan seiring berjalannya waktu, Elara mulai melihat lebih banyak detail. Setiap sisi peperangan tampaknya memiliki cerita tersendiri—di satu sisi, kelompok ksatria berjuang dengan gigih, menentang gelombang makhluk bayangan yang tak terhitung jumlahnya. Di sisi lain, ada pasukan yang lebih gelap, dengan mata yang bersinar merah dan senyum yang mengerikan, seakan mereka lahir untuk menguasai dunia ini.

“Apa yang harus aku lakukan di sini?” Elara bertanya, suaranya penuh kecemasan. “Aku bukan seorang prajurit. Aku tidak bisa berperang.”

Rhea berhenti sejenak dan menatap Elara. “Tidak ada yang memintamu untuk menjadi prajurit, Elara. Tugasmu bukan untuk berperang secara fisik, tetapi untuk memahami mengapa peperangan ini terjadi. Dunia ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang keseimbangan. Jika kau bisa menemukan cara untuk mengubah keseimbangan itu, kunci akan terbuka untukmu.”

Elara berpikir sejenak, mencoba mencerna kata-kata Rhea. Di tengah semua kekacauan ini, ia harus mencari keseimbangan? Itu terasa seperti tugas yang sangat besar dan tidak jelas.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Sebuah pasukan besar makhluk bayangan yang menyerupai naga hitam melayang di atas medan perang, menebarkan teror dengan setiap ayunan sayap mereka. Di tengah pasukan itu, Elara melihat sosok yang tampaknya berbeda dari yang lain—seorang pemimpin makhluk bayangan, mengenakan pelindung hitam dan membawa pedang besar yang tampak dipenuhi dengan energi kegelapan.

“Lihat itu!” Elara menunjuk ke arah sosok itu. “Siapa dia?”

Rhea memandang dengan tatapan serius. “Itu adalah Pemimpin Bayangan. Dia adalah salah satu makhluk yang berusaha menghancurkan keseimbangan dunia ini. Jika dia menguasai medan perang ini, dunia ini akan berada di ambang kehancuran.”

Elara merasa ketegangan di dalam dirinya semakin meningkat. Ia menyadari bahwa takdir dunia ini tergantung pada kemampuannya untuk mengubah jalannya perang ini, namun ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia bukan seorang pahlawan atau seorang pejuang. Ia hanya seorang gadis yang terjebak di dunia yang asing baginya.

Namun, saat ia melihat para ksatria yang berjuang, Elara merasa seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya untuk bertindak. Di tengah semua kekacauan, ia melihat seorang ksatria muda yang terjatuh, tubuhnya terluka parah. Tanpa berpikir panjang, Elara berlari ke arahnya, meraih tubuh ksatria itu dan membantunya berdiri.

“Jangan biarkan mereka menang,” kata ksatria itu dengan suara lemah, darah mengalir dari luka-lukanya. “Kami harus bertahan… Kami harus melawan.”

Elara menatapnya dengan ragu. “Tapi aku… aku bukan pejuang! Aku tidak tahu harus berbuat apa!”

Ksatria itu tersenyum meskipun jelas terlihat rasa sakit di wajahnya. “Kadang, menjadi pahlawan bukan tentang memiliki senjata atau kekuatan. Pahlawan sejati adalah mereka yang tahu kapan harus berdiri dan berjuang untuk yang benar, meskipun mereka tidak tahu apa yang akan terjadi.”

Kata-kata itu menyentuh hati Elara. Ia merasa seperti ada sesuatu yang berubah dalam dirinya—sebuah kesadaran baru akan apa yang seharusnya ia lakukan. Mungkin ia bukan seorang pejuang, namun ia bisa melakukan lebih dari sekadar berdiri dan menyaksikan.

Setelah melepaskan ksatria itu, Elara berdiri tegak, memandang ke arah pasukan Pemimpin Bayangan yang semakin mendekat. Ia tahu ia harus melakukan sesuatu, meskipun tidak tahu apa. Dalam ketidakpastian, Elara merasa dorongan kuat untuk bergerak maju—bukan hanya untuk melawan musuh, tetapi untuk mengungkap sesuatu yang lebih besar, yang lebih penting.

“Aku harus menemukan kunci itu,” bisik Elara pada dirinya sendiri. “Aku harus menemukan cara untuk mengakhiri semua ini.”

Dengan tekad yang baru, Elara menatap Rhea yang mengamatinya dengan penuh perhatian. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Elara, suara penuh harapan.

Rhea tersenyum tipis. “Kau sudah mulai memahami, Elara. Sekarang, pergilah. Temukan kunci itu. Ingat, dunia ini tidak hanya tentang pertempuran fisik. Itu juga tentang memilih sisi yang benar dalam pertarungan antara cahaya dan kegelapan. Pilihanmu akan mengubah segalanya.”

Tanpa ragu, Elara melangkah maju, menatap medan perang yang terhampar di hadapannya. Setiap langkah yang diambilnya seakan menghubungkan dirinya dengan dunia ini lebih dalam lagi. Ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan untuk pertama kalinya sejak tiba di dunia ini, ia merasa bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu—sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.*

 

Bab 4: Keputusan Akhir

Elara berdiri di tengah medan perang yang semakin kacau, di antara pasukan yang saling bertarung tanpa henti. Ia merasakan getaran dari tanah yang berguncang setiap kali pasukan bayangan bergerak, dan teriakan para ksatria yang berperang bergema di udara. Namun, di balik semua kekacauan ini, ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia ini adalah dengan menemukan kunci yang tersembunyi di dalam peperangan yang sedang berlangsung.

 

Pikirannya berputar cepat, berusaha menyusun rencana meskipun situasi yang begitu berbahaya dan penuh tekanan. Rhea telah memberitahunya bahwa dunia ini adalah dunia peperangan tanpa akhir, tetapi ia juga tahu bahwa ada hal yang lebih dalam dari sekadar konflik fisik—ada keseimbangan yang harus ditemukan. Setiap keputusan yang ia buat akan menentukan jalan yang akan diambil oleh dunia ini.

 

Sambil berjalan melintasi padang yang penuh darah dan reruntuhan, Elara melihat berbagai jenis makhluk—beberapa berperang untuk melindungi, sementara yang lain untuk menghancurkan. Tiba-tiba, ia berhenti ketika melihat sebuah sosok yang tidak asing baginya—Pemimpin Bayangan. Sosok itu berdiri di atas tumpukan reruntuhan, memandang ke arah Elara dengan mata merah yang menyala, menyiratkan kekuatan yang begitu besar dan berbahaya.

 

“Akankah kamu benar-benar bertahan, gadis kecil?” Pemimpin Bayangan berbicara dengan suara yang dalam dan mengancam. “Keseimbangan dunia ini sudah rusak, dan tidak ada yang bisa menghentikan kehancuran yang telah kutetapkan.”

 

Elara menelan ludah, namun ia tidak mundur. “Tidak ada yang bisa menghancurkan dunia ini, kecuali jika kita membiarkannya. Aku akan menemukan kunci yang tersembunyi, dan aku akan mengubah semuanya.”

 

Pemimpin Bayangan tertawa sinis. “Kunci itu tidak akan membantumu. Kau pikir dunia ini akan berubah dengan sebuah kata-kata? Dunia ini sudah hancur, dan tidak ada yang bisa memperbaikinya, terutama bukan seseorang sepertimu.”

 

“Jangan terlalu cepat menghakimi,” jawab Elara dengan suara yang lebih tegas dari sebelumnya. “Aku tahu ada cara untuk memperbaiki keseimbangan ini. Dan itu ada di dalam tangan kita—seluruh dunia ini terikat oleh kata-kata, dan hanya dengan memahaminya, kita bisa menghentikan kehancuran yang kau bawa.”

 

Pemimpin Bayangan menyeringai. “Kau tidak tahu apa yang sedang kau hadapi. Kekuatan ini lebih dari sekadar kata-kata. Ini adalah kekuatan yang sudah ada sejak awal cerita, kekuatan yang tidak bisa dihentikan.”

 

Elara merasa jantungnya berdebar kencang, namun dia tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan. Kekuatan yang dimiliki oleh Pemimpin Bayangan memang luar biasa, namun bukan berarti itu tak terkalahkan. Elara mengingat semua yang telah dipelajari dari Rhea—bahwa dunia ini tidak hanya terbuat dari fisik, tetapi juga dari kata-kata, keputusan, dan pilihan yang dibuat oleh mereka yang berani berjuang.

 

“Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu,” kata Elara, lebih kepada dirinya sendiri daripada Pemimpin Bayangan.

 

Dengan tekad yang baru, Elara melangkah maju. Setiap langkahnya semakin mantap, dan seakan dunia di sekitarnya ikut bergerak. Ketika ia melangkah ke medan perang, sebuah cahaya lembut mulai menyelimuti dirinya. Tidak terlihat oleh siapa pun selain dirinya, cahaya itu memancar dari dalam dirinya—dari keberanian dan keyakinannya untuk membuat perubahan. Dunia ini, yang terbuat dari kata-kata, mendengarnya, dan dunia itu mulai berbalik.

 

Pemimpin Bayangan memandang Elara dengan rasa kagum yang tersembunyi dalam tatapan sinisnya. “Apa yang kamu lakukan?” dia bertanya dengan suara yang sedikit bergetar.

 

“Aku memutuskan untuk memilih jalan yang benar. Aku tidak akan membiarkan dunia ini hancur,” jawab Elara dengan tegas. “Aku tahu sekarang—kunci itu bukan hanya tentang menemukan sesuatu secara fisik. Kunci itu adalah tentang memulihkan keseimbangan yang telah hilang.”

 

Pemimpin Bayangan menggeram. “Kau pikir keseimbangan itu bisa diperbaiki hanya dengan kata-kata? Itu akan menghancurkanmu!”

 

Tetapi Elara, dengan percaya diri yang kini mengalir dalam dirinya, berdiri tegak di hadapannya. Dalam hatinya, dia menyadari bahwa kata-kata itu—mungkin memang begitu sederhana, namun bisa sangat kuat. Kata-kata yang dipilih, keputusan yang dibuat, bisa menjadi alat yang lebih kuat dari apa pun. Dunia ini, meskipun terbuat dari tulisan dan imajinasi, memiliki jiwa. Dan jiwanya adalah milik mereka yang berani memilih, mereka yang berani bertindak dengan hati.

 

“Dunia ini bukan milikmu untuk dihancurkan,” Elara berkata dengan penuh keyakinan. “Dunia ini adalah milik mereka yang masih berjuang untuknya. Dan aku akan melawanmu.”

 

Tiba-tiba, dari dalam dirinya, Elara merasa sebuah kekuatan besar mengalir. Sebuah suara terdengar di dalam pikirannya, suara yang jelas dan penuh kekuatan. “Kau telah menemukannya, Elara. Kunci itu ada di dalammu. Ini adalah keputusanmu. Pilihanmu. Dunia ini terikat oleh kata-kata yang kau pilih untuk percaya.”

 

Elara merasakan energi itu membara dalam dirinya, dan tanpa bisa dijelaskan, ia tahu bahwa ia telah menemukan kunci itu—kunci untuk memulihkan keseimbangan dunia ini. Dengan kekuatan yang baru ditemukan, Elara menatap Pemimpin Bayangan, yang kini terdiam, terkejut oleh perubahan yang terjadi.

 

“Sekarang, kembalilah ke tempatmu,” kata Elara dengan suara penuh wibawa. “Dunia ini bukan untukmu ambil alih. Ini adalah cerita yang tak akan pernah berakhir, karena dunia ini terus berkembang, terus berubah. Dan aku akan menjaga keseimbangannya.”

 

Pemimpin Bayangan mendengus dan mundur, hilang dalam kabut bayangan yang mengelilinginya. Elara berdiri di sana, merasakan beban dunia yang ada di tangannya. Ia tahu bahwa perjalanannya masih jauh, namun ia telah membuat langkah pertama yang besar—langkah untuk memperbaiki keseimbangan yang telah terdistorsi.

 

Rhea muncul di sampingnya, melihat dengan tatapan bangga. “Kau telah menemukannya, Elara. Kau telah mengubah takdir dunia ini. Kunci itu bukan hanya sebuah objek, tetapi sebuah pemahaman. Dunia ini—dan dunia kita—tergantung pada kata-kata yang kita pilih dan keputusan yang kita buat. Kau telah memilih yang benar.”

 

Elara menatap langit yang mulai cerah, langit yang sebelumnya penuh dengan awan gelap kini perlahan berubah menjadi biru yang tenang. Sepertinya dunia itu, akhirnya, mulai menemukan kedamaian.

 

“Aku tidak akan berhenti di sini,” kata Elara dengan tekad. “Masih ada banyak yang harus kulakukan. Masih ada banyak cerita yang harus ditemukan, banyak kunci yang harus dipulihkan. Dunia ini terus berkembang, dan aku akan terus berjuang untuknya.”

 

Dengan langkah yang penuh keyakinan, Elara berjalan ke depan. Dunia baru telah terbuka di hadapannya, dan ia tahu, perjalanan panjang baru saja dimulai. Namun, satu hal yang pasti—dia akan selalu memilih jalan yang benar, dan dunia ini akan terus bergerak maju, terikat oleh kata-kata dan keputusan yang dibuat oleh mereka yang berani berjuang.***

———-THE END——-

 

 

 

Source: Jasmine Malika
Tags: #PetualanganDimensi #DuniaBerganti #ImaginasiMenjadiNyata #GerbangCerita #PahlawanPenulis
Previous Post

SUARA DARI KEDALAMAN

Next Post

KOTA TANPA NAMA

Next Post
KOTA TANPA NAMA

KOTA TANPA NAMA

AKADEMI AETHERIA

AKADEMI AETHERIA

MAHKOTA AJAIB

MAHKOTA AJAIB

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In