Bab 1: Dunia yang Terlupakan
Raden berdiri di atas bukit kecil di desa tempat ia dibesarkan. Pandangannya menyapu seluruh hamparan desa yang subur, dengan sawah hijau yang terhampar luas, rumah-rumah sederhana yang terbuat dari bambu, dan jalanan kecil yang berkelok di antara rumah-rumah penduduk. Meski desa ini tampak damai, ada sesuatu dalam diri Raden yang merasa ada kekosongan. Sejak kecil, ia selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya, seolah-olah ada bagian dari dirinya yang hilang, bagian yang tidak dapat ia pahami.
Desa ini terletak jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Desa Srikandi, begitu nama tempat itu, selalu tenang, jauh dari peperangan dan konflik besar yang terjadi di dunia luar. Orang-orang yang tinggal di sini lebih mengutamakan kehidupan yang sederhana dan damai, jauh dari kekacauan. Namun, di balik kedamaian itu, ada sesuatu yang disembunyikan oleh desa ini—sesuatu yang hanya sedikit orang yang tahu. Raden, sebagai seorang pemuda yang selalu penasaran, merasa ada misteri yang harus ia pecahkan. Mungkin itulah yang membuatnya merasa berbeda, tidak seperti teman-teman sebayanya yang menikmati hidup mereka tanpa bertanya-tanya tentang dunia luar.
Raden mengambil langkah kecil menuruni bukit dan berjalan menuju rumah tuanya. Rumah itu tampak sederhana, dengan atap rumbia dan dinding dari anyaman bambu. Ia memasuki rumah yang sunyi itu, di mana angin berhembus lembut melalui celah-celah dinding. Meja kayu yang sudah mulai lapuk itu masih tampak bersih, seperti biasa. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Sebuah buku tua tergeletak di atas meja, seakan menunggu untuk ditemukan.
Raden mendekati meja dengan hati-hati. Buku itu tampak sangat tua, dengan sampul kulit yang sudah usang, dihiasi dengan ukiran yang hampir tidak terbaca lagi. Ia memutar buku itu perlahan-lahan, melihat setiap detail yang ada di sampulnya. Nama yang tercetak di sampul itu terlihat hampir terhapus oleh waktu, tetapi Raden bisa membaca tulisan itu dengan jelas: “Dunia yang Terlupakan.”
Tanpa berpikir panjang, Raden membuka halaman pertama buku itu. Kata-kata yang tertulis di dalamnya terasa asing, namun anehnya, ia merasa sudah pernah melihatnya sebelumnya. Tulisan itu tidak hanya menceritakan sejarah dunia ini, tetapi juga mengungkapkan sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang selama ini tersembunyi. Dunia yang disebutkan dalam buku ini adalah dunia yang terpisah, dunia yang tersembunyi dari pandangan manusia biasa. Sebuah dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk asing, kekuatan yang luar biasa, dan takdir yang akan mengubah segalanya.
Raden tidak bisa berhenti membaca. Setiap halaman yang ia baca semakin membuatnya tergila-gila. Buku ini seakan memberikan petunjuk, mengarahkan dirinya pada sesuatu yang lebih besar dari sekadar hidup di desa yang damai ini. Dunia terlarang, yang disebut dalam buku itu, adalah tempat yang sangat berbeda dari dunia manusia. Dunia itu penuh dengan sihir, makhluk magis, dan legenda yang sudah lama terlupakan. Buku itu juga menyebutkan tentang kekuatan kuno yang tersembunyi, kekuatan yang dapat mengubah takdir seseorang. Raden merasa bahwa dia memiliki hubungan dengan dunia ini, meskipun ia belum mengetahui apa itu.
“Dunia yang Terlupakan,” gumamnya perlahan, seakan kata-kata itu menggetarkan hatinya. Dia merasa seolah dunia yang disebutkan dalam buku itu bukan sekadar cerita, tetapi sesuatu yang nyata, yang harus ia temui.
Di malam hari, saat desa mulai terlelap dalam ketenangan, Raden terjaga. Sebuah rasa gelisah mulai merasukinya, seolah ada sesuatu yang memanggilnya untuk pergi. Ia berdiri dari tempat tidurnya, menatap buku tua itu yang masih terbuka di meja. Tanpa bisa menjelaskan mengapa, ia tahu bahwa takdirnya tidak ada di sini. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih penting, yang menantinya di luar sana. Sesuatu yang tersembunyi di dunia yang disebut “terlarang.”
Keesokan harinya, Raden pergi ke pasar desa seperti biasa. Namun, pikirannya tak pernah lepas dari buku itu. Ia berusaha menahan rasa penasaran yang terus menggerogoti hatinya. Ketika ia berjalan melewati deretan toko-toko kecil yang menjual barang-barang tradisional, ia mendengar bisikan dari seorang pria tua yang duduk di sudut pasar.
“Anak muda,” kata pria itu dengan suara serak. “Kau sedang mencari sesuatu, bukan?”
Raden berhenti dan menatap pria itu dengan bingung. Wajah pria itu penuh kerut, dan matanya yang tajam seperti bisa melihat lebih dalam daripada yang terlihat. Raden merasa ada sesuatu yang aneh pada pria itu, seolah ia tahu lebih banyak dari yang seharusnya.
“Apa yang kau maksud, kakek?” tanya Raden dengan hati-hati.
Pria tua itu tersenyum, tapi senyumnya terasa seperti senyuman seorang yang tahu sesuatu yang sangat penting. “Kau mencari kebenaran, bukan? Tentang dunia yang terlupakan.”
Raden terkejut. Tidak ada yang tahu tentang buku itu, kecuali dirinya sendiri. Bagaimana pria tua ini bisa mengetahui apa yang ia cari? Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, pria itu berkata dengan suara pelan, “Jangan hanya membaca, anak muda. Terlalu banyak yang telah terungkap. Ada bahaya yang mengintai. Dunia terlarang bukan tempat untuk sembarangan berjalan.”
Pria itu kemudian berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Raden dalam kebingungannya. Kata-kata pria itu menggema dalam pikirannya. Dunia terlarang… apakah itu benar-benar ada? Apa yang dimaksud dengan bahaya yang mengintai? Apakah ini hanya sekadar mitos, ataukah ada kebenaran yang lebih dalam dari semua cerita ini?
Hari itu, Raden merasa tidak tenang. Pikirannya terus dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tanpa jawaban. Ia memutuskan untuk pergi ke hutan yang terletak di luar desa, tempat yang jarang dikunjungi orang karena kabar yang menyebutkan adanya makhluk-makhluk aneh yang tinggal di sana. Hutan itu memiliki aura yang misterius, dan sejak kecil, Raden selalu merasa tertarik untuk menjelajahinya.
Saat Raden berjalan masuk ke dalam hutan, suasana menjadi semakin gelap. Pohon-pohon besar dengan akar yang menjalar menutupi cahaya matahari, menciptakan bayangan panjang yang menakutkan. Setiap langkahnya terasa berat, seakan ada sesuatu yang mengawasinya. Tapi, ia terus melangkah, tak peduli dengan rasa takut yang mulai menyelimuti hatinya.
Di tengah perjalanan, Raden menemukan sebuah batu besar yang tampaknya telah lama terabaikan. Di atas batu itu, terdapat ukiran yang terlihat sangat kuno, ukiran yang menyerupai simbol-simbol yang ada dalam buku tua yang ia temukan. Hatinya berdebar. Ia merasa telah menemukan sesuatu yang sangat penting.
Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar di belakangnya. Raden menoleh dengan cepat, namun tidak ada apa-apa. Hanya angin yang berdesir lembut. Namun, ia merasa ada yang berbeda. Sesuatu yang tidak terlihat mengintai dari kegelapan hutan. Sesuatu yang sangat terkait dengan dunia terlarang.
Raden tahu, perjalanannya baru saja dimulai. Dunia yang terlupakan, penuh dengan rahasia dan bahaya, menunggunya untuk diungkap.*
Bab 2: Perjalanan Menuju Dunia Terlarang
Raden berdiri di ambang hutan, memandangi jalur sempit yang melingkar melalui pepohonan raksasa dan semak belukar yang tak terjamah. Dalam hatinya, rasa penasaran semakin menggugah, seiring dengan ketegangan yang memuncak. Ia telah membaca setiap halaman buku tua itu berulang kali, dan setiap kata yang tertulis semakin meyakinkannya bahwa dunia yang disebut “terlarang” bukan sekadar mitos. Dunia itu nyata, dan Raden tahu bahwa takdirnya terhubung dengannya. Namun, rasa takut yang terpendam juga mulai merayapi jiwanya.
Di balik semak, muncul sosok seorang pria tua yang tampak seperti berasal dari zaman yang jauh lebih kuno. Wajahnya dipenuhi garis-garis kerutan yang dalam, dan rambut putihnya yang panjang tergerai hingga ke pundaknya. Ia mengenakan jubah hitam yang tampak usang, dan ada aura misterius yang mengelilinginya. Matanya yang tajam dan berwarna abu-abu terlihat penuh pengetahuan, seakan-akan pria itu telah melihat segala macam hal yang tidak bisa dimengerti oleh orang biasa.
Raden terkejut. Ia tidak tahu dari mana pria itu datang, dan untuk sesaat ia merasa cemas. Namun, ada sesuatu yang meyakinkan di dalam dirinya, bahwa sosok ini mungkin bukan musuh, melainkan teman yang dapat membantunya.
“Anak muda,” suara pria tua itu serak, namun dalam. “Kau telah datang jauh. Apa yang kau cari di sini?”
Raden terdiam sejenak. Kata-kata pria itu terasa seperti petunjuk yang sudah lama ia cari, dan hatinya dipenuhi dengan keyakinan bahwa ini bukan kebetulan. “Aku… Aku mencari dunia terlarang,” jawab Raden dengan suara yang penuh tekad.
Pria itu mengangguk pelan, wajahnya tetap tenang. “Aku tahu. Dunia itu memang tersembunyi di balik tabir. Hanya sedikit yang bisa menembus batasnya. Dan tidak semua yang melangkah ke sana bisa kembali.” Ia berhenti sejenak, menatap Raden dengan tajam. “Kau tahu apa yang kau cari? Apa yang akan kau temui di sana?”
Raden menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu. Tetapi aku merasa dunia itu adalah bagian dari takdirku. Ada sesuatu yang hilang dalam hidupku, dan aku merasa itu ada di dunia terlarang.”
Pria tua itu tersenyum tipis. “Kau berbicara tentang takdir, anak muda. Takdir itu sering kali tak bisa dipahami. Dunia terlarang bukanlah tempat yang bisa dimasuki dengan mudah. Itu adalah dunia yang penuh dengan kekuatan yang tidak bisa dikuasai dengan sembarangan. Aku adalah Eldrin, seorang pengembara yang telah lama melintasi batas-batas dunia ini. Aku bisa membantumu, tetapi kau harus siap.”
Raden merasa seolah-olah bebannya sedikit terangkat. Eldrin, pria yang misterius ini, tampaknya tahu banyak hal yang tidak diketahui orang lain. Raden merasa bahwa perjalanan ini akan jauh lebih sulit daripada yang ia bayangkan, tetapi dengan bantuan Eldrin, ia mungkin bisa menavigasi dunia terlarang dengan aman.
Tanpa kata, Eldrin melangkah maju dan Raden mengikuti di belakangnya. Mereka berjalan menyusuri jalan sempit yang semakin lama semakin gelap, dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi, seakan menutupi langit. Suasana semakin tegang, dan meskipun Raden merasa ada aura magis di sekitar mereka, ia tetap melangkah dengan hati yang mantap.
Mereka tiba di sebuah sungai kecil yang mengalir jernih di bawah sinar bulan. Di sinilah perjalanan mereka dimulai—bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual. Eldrin berhenti sejenak dan mengangkat tangan, memberikan isyarat kepada Raden untuk berhenti.
“Kau harus melewati sungai ini, tetapi hati-hati,” ujar Eldrin dengan suara rendah. “Sungai ini adalah gerbang menuju dunia terlarang. Begitu kau menyeberangi, tidak ada jalan kembali. Hanya mereka yang siap untuk menghadapi kegelapan yang ada di dalamnya yang dapat melaluinya.”
Raden menelan ludah, merasakan berat kata-kata Eldrin. Namun, tekadnya lebih kuat dari rasa takut yang muncul. Ia tidak tahu mengapa, tetapi perasaan ini seperti sesuatu yang telah lama ia nantikan. Dengan langkah mantap, ia melangkah ke sungai dan mulai menyeberangi batu-batu besar yang tersebar di aliran sungai. Setiap langkahnya terasa berat, tetapi ada kekuatan yang mendorongnya untuk terus maju.
Ketika kakinya akhirnya menginjakkan diri di sisi sungai yang lain, ia merasa perubahan yang nyata. Suasana di sekelilingnya terasa berbeda—lebih pekat, lebih sunyi. Angin berbisik melalui pepohonan yang lebih besar dan lebih tua, seakan mengingatkan Raden bahwa ia telah memasuki wilayah yang tidak dikenal.
Eldrin mengikutinya dan tersenyum tipis. “Kau telah melangkah ke dunia terlarang. Jangan terkejut jika apa yang kau lihat nanti tidak sesuai dengan yang kau bayangkan. Dunia ini penuh dengan hal-hal yang melampaui pemahaman manusia.”
Raden mengangguk, mencoba menenangkan diri. Di depan mereka, jalan setapak terbentang dengan cahaya rembulan yang temaram. Di sepanjang jalan, ia melihat berbagai makhluk yang tidak pernah ia temui sebelumnya—makhluk-makhluk dengan mata bercahaya, sayap besar yang bersinar, dan suara-suara aneh yang memanggil dari jauh. Raden merasa seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda.
Mereka terus berjalan, melewati lembah-lembah gelap dan hutan-hutan lebat, sampai akhirnya tiba di sebuah reruntuhan kota kuno. Dinding-dinding yang sudah lapuk dan kolom-kolom yang runtuh memberi kesan bahwa tempat ini pernah menjadi pusat peradaban yang hebat—sebelum sesuatu yang mengerikan menghancurkannya.
“Ini adalah Kota Zayath,” kata Eldrin, memecah kesunyian. “Dulu, tempat ini adalah pusat kekuatan dunia terlarang. Namun, peradaban ini runtuh karena keserakahan dan ambisi. Sekarang, hanya tinggal kenangan dan reruntuhan.”
Raden mengamati kota itu dengan seksama. Meski reruntuhan itu tampak sepi, ia merasakan kekuatan magis yang sangat kuat di sini, seakan tempat ini menyimpan rahasia yang tidak terungkapkan. Sesuatu yang penting—sesuatu yang mungkin berkaitan dengan takdirnya.
Eldrin menuntunnya lebih jauh ke dalam kota, menuju sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah. Ruangan itu dipenuhi dengan tulisan-tulisan kuno dan simbol-simbol yang tidak bisa Raden pahami. Di tengah ruangan, ada sebuah batu besar yang tampak sangat tua, terukir dengan pola-pola yang berkilau samar di bawah cahaya rembulan.
“Ini adalah Batu Kehidupan,” Eldrin menjelaskan. “Batu ini adalah kunci untuk mengakses kekuatan dunia terlarang. Namun, kekuatan ini tidak bisa diberikan kepada siapa saja. Hanya mereka yang dipilih oleh dunia ini yang dapat memanfaatkannya.”
Raden merasakan getaran dari batu itu, seolah batu itu mengenalinya. Ia merasa seolah-olah dunia ini mengundangnya untuk lebih mendalam lagi. Tanpa berkata apa-apa, ia mendekati batu itu, mengulurkan tangannya, dan menyentuh permukaan batu yang dingin.
Pada saat itu, sebuah ledakan cahaya terang menyelimuti ruangan, dan Raden merasa dirinya terhisap ke dalam kekosongan. Dunia terlarang ini, dengan segala misterinya, baru saja membuka pintunya padanya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Raden tidak tahu, tetapi ia siap menghadapinya.*
Bab 3: Pengungkapan Kekuatan Terlarang
Raden terbangun di sebuah tempat yang asing. Saat matanya terbuka, ia mendapati dirinya berada di tengah hutan yang lebih gelap daripada yang pernah ia lihat sebelumnya. Pepohonan raksasa yang menjulang tinggi menutupi langit, menciptakan bayang-bayang gelap yang hampir menyelimuti seluruh dunia. Rasa berat menjalari tubuhnya, dan kepalanya terasa pusing, seakan-akan baru saja mengalami perjalanan panjang yang penuh dengan kekuatan yang tidak dapat dijelaskan. Ia berusaha bangkit, namun seluruh tubuhnya terasa lemas. Namun, meski tubuhnya terasa lemah, ada rasa lain yang membakar di dalam dirinya—sesuatu yang memanggilnya, sesuatu yang merasa sangat dekat.
“Akhirnya…” suara Eldrin terdengar dari belakangnya, membuat Raden menoleh. Pria tua itu berdiri di balik pohon besar, wajahnya tampak lebih serius daripada sebelumnya. Matanya yang abu-abu berkilau seperti melihat ke dalam jiwa Raden. “Kekuatan itu telah terbangun di dalam dirimu.”
Raden menggigil mendengar kata-kata itu. “Kekuatan apa?”
Eldrin mendekat, wajahnya terlihat lebih khawatir daripada sebelumnya. “Kekuatan yang telah tertidur dalam diri setiap individu yang terpilih untuk memasuki dunia terlarang. Kekuatan yang tak terbayangkan. Dunia ini tidak hanya menyimpan rahasia, tetapi juga kekuatan yang dapat menghancurkan segala sesuatu. Dan kini, kekuatan itu terbangun dalam dirimu.”
Raden merasa seperti seluruh dunia berputar di sekelilingnya. Kekuatan apa yang dimaksud oleh Eldrin? Bagaimana bisa ia, seorang pemuda biasa dari desa yang jauh, memiliki kekuatan yang begitu besar? Raden mencoba untuk mengendalikan pikirannya, namun gelombang rasa takut dan kebingungan menguasainya. Ia merasa seolah-olah tak lagi mengenali dirinya sendiri.
“Eldrin…” suara Raden terdengar terputus-putus. “Apa maksudmu dengan kekuatan itu? Aku… Aku tidak mengerti.”
Eldrin menarik napas panjang, dan lalu duduk di atas batu besar di dekat mereka. “Dunia terlarang bukanlah tempat yang hanya dipenuhi dengan makhluk asing dan sihir yang membingungkan. Ada sesuatu yang lebih dalam yang menghubungkannya dengan dunia manusia. Kekuatan yang dimaksud adalah energi yang berasal dari inti dunia ini, yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki hubungan khusus dengan dunia ini. Dan kau, Raden, adalah keturunan dari para penjaga dunia ini.”
Raden terdiam mendengar penjelasan Eldrin. “Penjaga dunia ini? Maksudmu… aku berasal dari dunia terlarang?”
Eldrin mengangguk pelan. “Tidak secara langsung. Namun, nenek moyangmu adalah salah satu dari penjaga yang pernah memelihara keseimbangan antara dunia manusia dan dunia terlarang. Kekuatan itu diturunkan kepada mereka yang terpilih, dan kini, kekuatan itu ada di dalam dirimu.”
Raden merasa seperti mendengar sesuatu yang tak masuk akal. Ia selalu berpikir dirinya hanyalah seorang pemuda biasa, namun kini ia tahu bahwa takdirnya jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan. Ia adalah bagian dari suatu warisan yang terhubung dengan kekuatan kuno dan dunia yang terlupakan. Tapi, ada satu pertanyaan besar yang mengganggu pikirannya.
“Kenapa aku?” tanya Raden dengan suara yang hampir berbisik. “Kenapa aku yang terpilih untuk menerima kekuatan ini?”
Eldrin menatapnya dengan tatapan yang penuh makna. “Itulah yang belum sepenuhnya jelas, Raden. Kekuatan ini tidak pernah diberikan begitu saja. Dunia terlarang memilih mereka yang dianggap memiliki potensi untuk melindungi keseimbangan dunia ini. Namun, seperti yang telah kuperingatkan, kekuatan ini juga membawa bahaya yang besar. Banyak yang gagal mengendalikannya dan mengubah dunia menjadi kacau.”
Raden merasa gelisah. Mengendalikan kekuatan sebesar itu—apakah ia siap? Apakah seseorang seperti dirinya, yang bahkan belum pernah berperang atau menghadapi ancaman besar sebelumnya, benar-benar bisa mengendalikan sesuatu yang begitu besar? Raden merasa bimbang, namun ada satu hal yang ia yakini: dunia ini, dunia terlarang, memanggilnya untuk suatu alasan.
“Aku tidak tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatan ini,” kata Raden, menggertakkan giginya. “Tapi aku tidak bisa mundur sekarang. Aku harus tahu lebih banyak. Aku harus mengerti bagaimana kekuatan ini bisa membantu dunia.”
Eldrin menatapnya dengan hormat. “Keputusanmu tepat, Raden. Namun, ketahuilah, perjalananmu baru saja dimulai. Kekuatan ini memerlukan pengorbanan yang besar, dan mungkin akan menguji batas-batas dirimu. Ada banyak hal yang akan kau temui di dunia ini yang akan mengubah pandanganmu tentang apa yang benar dan salah.”
Raden mengangguk dengan tekad yang semakin kuat. “Aku siap.”
Eldrin mengangkat tangan kanannya, dan tiba-tiba, suasana di sekitar mereka berubah. Angin berhembus lebih kencang, dan pohon-pohon mulai bergoyang seakan ada kekuatan tak terlihat yang menggerakkannya. Di depan mereka, tanah mulai terbelah, dan sebuah lubang besar muncul di tanah, mengarah ke kedalaman yang gelap.
“Ini adalah tempat yang kau butuhkan,” kata Eldrin, “Tempat di mana kau bisa mulai memahami kekuatan yang ada di dalam dirimu. Namun, ini bukan tempat yang aman. Dunia terlarang penuh dengan makhluk yang tak terbayangkan, dan kau harus siap menghadapi mereka.”
Raden melihat lubang itu, dan meskipun ketakutan mulai merayap dalam dirinya, ia merasa tak bisa mundur. Dengan langkah yang mantap, ia melangkah ke dalam lubang itu, diikuti oleh Eldrin. Mereka turun semakin dalam, menyusuri terowongan yang dipenuhi dengan akar dan batu-batu besar. Di sepanjang jalan, Raden merasakan getaran yang semakin kuat dalam dirinya, seolah kekuatan yang ada di dalam dirinya semakin terbangun. Ia merasa ada sesuatu yang menyatu dengan alam semesta di sekitar mereka, energi yang mengalir dalam setiap inci tanah, udara, dan batu.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruang yang sangat luas, dipenuhi dengan cahaya biru yang datang dari batu-batu besar yang menyinari ruangan. Di tengah ruang itu, ada sebuah altar kuno, yang tampaknya sudah lama tidak terjamah oleh tangan manusia. Di atas altar itu, ada sebuah batu besar yang bercahaya, dan di sekelilingnya terdapat simbol-simbol kuno yang mengelilinginya.
Eldrin melangkah maju dan berhenti di depan altar. “Ini adalah pusat kekuatan dunia terlarang,” katanya. “Batu ini menghubungkan dunia ini dengan dunia manusia. Dan di sinilah kekuatan itu tersimpan.”
Raden mendekat, merasa panggilan yang kuat dari batu itu. Ia bisa merasakannya, kekuatan itu—energi yang sangat besar, yang ingin ia kendalikan. Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh batu itu.
Begitu jarinya menyentuh permukaan batu, seketika itu juga, gelombang energi yang sangat kuat menyebar ke seluruh tubuhnya. Raden merasakan dirinya terbenam dalam cahaya yang terang, dan seolah-olah dirinya menghilang dalam pusaran energi yang luar biasa.
Di dalam kegelapan yang pekat, gambar-gambar muncul di hadapannya—gambar-gambar masa lalu, masa depan, dan semua kemungkinan yang ada. Raden melihat nenek moyangnya, para penjaga dunia terlarang, berjuang melawan kekuatan kegelapan yang berusaha menguasai dunia ini. Ia melihat bagaimana dunia terlarang dulu pernah dipenuhi dengan kemegahan, sebelum akhirnya runtuh akibat keserakahan dan kekuasaan yang tak terkendali.
Di tengah-tengah pengalaman itu, Raden menyadari satu hal yang sangat penting: kekuatan yang ada di dalam dirinya adalah kunci untuk memulihkan dunia ini—atau untuk menghancurkannya selamanya.
Tiba-tiba, semuanya berhenti. Raden terjatuh ke lantai, napasnya tersengal-sengal. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Kekuatan itu kini ada di dalam dirinya, dan meskipun ia belum sepenuhnya memahami bagaimana cara mengendalikannya, ia tahu bahwa dunia terlarang telah mengubahnya selamanya.
Eldrin menatapnya dengan penuh perhatian. “Kau telah melewati tahap pertama, Raden. Namun, jalan yang kau pilih tidak mudah. Banyak yang akan mencoba untuk menghentikanmu. Tetapi ingatlah, kekuatan ini ada di dalam dirimu, dan hanya kau yang dapat memutuskan bagaimana menggunakannya.”
Raden berdiri dengan hati yang lebih tegas, meskipun masih ada banyak hal yang harus ia pelajari. Tetapi kini, ia tahu satu hal pasti—keberadaannya di dunia terlarang bukanlah kebetulan. Ia adalah kunci, dan dunia ini memanggilnya untuk melindunginya.*
Bab 4: Musuh yang Bangkit
Matahari terbenam perlahan, menciptakan langit yang dipenuhi warna oranye dan merah yang dramatis. Namun, keindahan itu tak mampu menenangkan hati Raden. Ia berdiri di atas sebuah bukit, memandang jauh ke bawah, ke arah hutan lebat yang membentang tak terhingga. Sejak ia terbangun dari pengalaman yang luar biasa di altar batu, dunia terasa semakin berat. Kekuatan yang ada di dalam dirinya mengalir dengan deras, namun ia merasa seolah itu adalah pedang bermata dua, yang bisa menghancurkan apa saja jika ia tak berhati-hati.
“Eldrin,” kata Raden, suaranya penuh dengan ketegasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini? Mengapa ada begitu banyak ancaman yang mengintai kita?”
Eldrin berdiri di sampingnya, menatap dengan tajam ke arah yang sama. Wajahnya yang penuh kerut itu tetap tenang, meskipun ada sesuatu di dalam dirinya yang tampak bergejolak. “Dunia terlarang memiliki banyak lapisan, Raden. Ada yang tertutup, ada yang tersembunyi, dan ada yang tak pernah terlihat oleh siapapun. Kekuatan yang telah terbangun dalam dirimu bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Kau sekarang menjadi bagian dari pertempuran besar yang telah berlangsung berabad-abad.”
Raden menoleh ke Eldrin, matanya penuh dengan pertanyaan. “Pertempuran besar? Dengan siapa?”
Eldrin menatapnya, seolah memilih kata-kata dengan hati-hati. “Dengan mereka yang telah lama terkurung di dunia terlarang. Makhluk-makhluk yang dulunya adalah penjaga keseimbangan, namun kini telah berpaling dari takdir mereka. Mereka yang ingin menguasai dunia ini dengan kekuatan yang tidak seharusnya mereka miliki.”
Raden terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja dikatakan oleh Eldrin. “Maksudmu, ada makhluk yang lebih kuat dari kita? Yang lebih kuat dari dunia terlarang sendiri?”
Eldrin mengangguk, dan ekspresi wajahnya berubah serius. “Sebuah ancaman besar telah bangkit, Raden. Mereka yang dulunya dikenal sebagai ‘Pendosa Terlarang’—sebuah kelompok yang dulunya adalah penjaga dunia terlarang. Mereka kini dipimpin oleh seorang yang disebut sebagai ‘Sang Penguasa Kegelapan.’ Mereka telah mencari cara untuk memanfaatkan kekuatan dunia terlarang untuk tujuan yang jauh lebih gelap, dan mereka tidak akan berhenti sebelum dunia ini berada di bawah cengkeraman mereka.”
Raden merasakan getaran dalam dirinya, seolah dunia di sekitarnya mulai bergetar. “Sang Penguasa Kegelapan… siapa dia? Apa yang dia inginkan?”
“Dia adalah sosok yang legendaris,” jawab Eldrin, “Seorang penjaga dunia terlarang yang telah memilih jalan yang salah. Kekuatan yang dimilikinya bahkan lebih besar daripada kebanyakan makhluk di dunia ini. Namun, keinginan untuk memperoleh lebih banyak kekuatan telah mengubahnya menjadi sesuatu yang tak bisa dikendalikan. Dan sekarang, dia berusaha membangkitkan pasukan yang kuat, yang tak akan berhenti sebelum dunia manusia dan dunia terlarang berada di bawah kekuasaannya.”
Raden merasakan ketegangan yang semakin menekan dadanya. “Jadi, dia adalah musuh kita?”
Eldrin mengangguk. “Ya. Dan lebih dari itu, dia adalah musuh bagi semua kehidupan yang ada. Jika dia berhasil menguasai dunia ini, maka tak ada lagi tempat yang aman. Dia akan membuka gerbang yang lebih besar ke dunia yang lebih gelap, dan makhluk-makhluk yang lebih jahat akan mengikutinya.”
Raden merasa beban yang luar biasa menimpa dirinya. Ia, yang baru saja mulai belajar mengendalikan kekuatan yang ada dalam dirinya, kini harus berhadapan dengan ancaman yang jauh lebih besar. Tetapi, meskipun rasa takut menguasainya, ada sesuatu dalam dirinya yang bangkit—sebuah dorongan untuk melindungi dunia ini, untuk menghadapi bahaya yang tak terbayangkan.
“Apakah kita bisa mengalahkannya?” tanya Raden, suara penuh tekad.
Eldrin menghela napas panjang. “Itulah yang akan kita pelajari, anak muda. Tapi satu hal yang perlu kau ingat—Sang Penguasa Kegelapan tidak berperang sendirian. Dia memiliki pasukan yang sangat kuat, para Pendosa Terlarang yang telah lama terkurung. Mereka adalah makhluk yang memiliki kekuatan yang tidak seharusnya dimiliki oleh siapapun. Mereka bisa mengendalikan elemen, sihir gelap, dan bahkan memanipulasi pikiran orang lain.”
Bab 5 pembelajaran dan pertarungan
Raden menggigit bibirnya. Ia merasa tidak siap untuk menghadapi musuh yang begitu kuat. Tetapi sesuatu dalam dirinya menuntunnya untuk tidak mundur. “Jika aku harus menghadapinya, aku akan melakukannya. Aku tidak bisa membiarkan dunia ini jatuh ke tangan mereka.”
Eldrin tersenyum tipis, meskipun ada kecemasan yang tersirat di matanya. “Keberanianmu luar biasa, Raden. Tetapi ingatlah, kau tidak akan bisa melakukannya sendirian. Dunia ini penuh dengan jebakan dan tipu daya. Jika kita ingin menghentikan Sang Penguasa Kegelapan, kita harus bekerja sama.”
Pada saat itu, sebuah suara gemuruh terdengar dari kejauhan, mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Raden dan Eldrin berbalik, dan di kejauhan, mereka bisa melihat sebuah pasukan besar yang bergerak menuju mereka. Pasukan itu terdiri dari makhluk-makhluk yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata—beberapa tampak seperti manusia, tetapi dengan kekuatan yang luar biasa. Ada yang memiliki sayap besar yang mengkilap, ada yang memiliki tubuh yang terbuat dari api, dan ada yang tampaknya bisa mengendalikan kegelapan itu sendiri.
“Ini dia,” kata Eldrin dengan suara penuh kewaspadaan. “Pasukan Sang Penguasa Kegelapan. Mereka sudah menemukan kita.”
Raden merasakan detak jantungnya semakin cepat. Pasukan itu semakin mendekat, dan ia tahu bahwa mereka tak punya banyak waktu. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Raden, memandang Eldrin dengan cemas.
Eldrin menarik napas panjang, seolah menyiapkan diri untuk pertarungan besar yang tak terhindarkan. “Kita bertahan di sini, Raden. Kita tidak bisa melawan mereka sendirian. Aku akan membuka jalan untuk kita agar bisa melarikan diri, tetapi kau harus siap. Kekuatan yang ada dalam dirimu akan menjadi kunci untuk bertahan hidup.”
Raden merasa kekuatan itu mengalir dalam dirinya, lebih kuat dari sebelumnya. Namun, ia tahu bahwa ini bukan saatnya untuk meragukan diri sendiri. Saat ini, yang terpenting adalah bertahan hidup dan mencari cara untuk menghentikan pasukan gelap ini.
Eldrin mulai mengeluarkan mantra kuno, dan seketika itu juga, sebuah perisai magis terbentuk di sekitar mereka. Pasukan musuh tiba-tiba berhenti beberapa langkah di depan mereka, tampak bingung dan cemas. Di depan mereka, seorang pemimpin pasukan, seorang makhluk dengan tubuh yang tertutup api, melangkah maju.
“Jangan sia-siakan waktu kalian, Eldrin,” kata pemimpin itu dengan suara yang menggelegar. “Sang Penguasa Kegelapan sudah menunggu. Kekuatan kalian takkan bisa melawan kami. Dunia ini akan jatuh, dan tak ada yang bisa menghentikan kami.”
Eldrin tetap teguh, matanya tajam menatap pemimpin itu. “Kami akan melawan sekuat tenaga. Kalian mungkin kuat, tapi tidak lebih kuat daripada tekad kami untuk melindungi dunia ini.”
Raden berdiri di samping Eldrin, merasakan getaran kekuatan dalam dirinya. Ia tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan. Musuh mereka telah bangkit, dan dunia terlarang kini berada di ambang kehancuran. Namun, satu hal yang pasti—Raden tak akan membiarkan kegelapan merajalela. Ia akan bertarung hingga titik darah penghabisan, meskipun ia tahu perjalanan ini akan mengubahnya selamanya.
“Jangan khawatir,” kata Raden dengan suara yang penuh tekad. “Aku tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke tangan mereka.”
Dengan kata-kata itu, pertempuran yang menentukan pun dimulai. Dunia terlarang, yang selama ini tersembunyi, kini mengungkapkan kekuatan gelap yang tak terbayangkan. Raden tahu, pertarungan ini baru saja dimulai, dan ia harus siap menghadapi segala kemungkinan.*
Bab 5: Pembelajaran dan Pertarungan
Raden merasakan detak jantungnya semakin cepat, darahnya berdesir di setiap langkah. Ketegangan yang melingkupi tubuhnya hampir membuatnya terengah-engah, namun ada sesuatu yang lebih kuat daripada rasa takut yang menguasainya. Itu adalah keyakinan—keyakinan bahwa ia berada di jalan yang benar. Setelah pertemuan dengan pasukan gelap yang dipimpin oleh makhluk berbadan api, mereka memutuskan untuk mundur sejenak, mencari tempat yang lebih aman untuk merencanakan langkah berikutnya.
“Raden, kau harus mengendalikan kekuatan itu,” kata Eldrin, suara pria tua itu bergetar dengan serius. Mereka kini berada di sebuah gua yang dalam, jauh dari jejak pasukan musuh. Pintu masuk gua itu tersembunyi di balik semak-semak lebat, cukup terlindung untuk memberi mereka waktu untuk berpikir.
Raden duduk di atas batu besar, matanya yang lelah menatap kosong ke depan. Ia merasakan getaran kekuatan yang luar biasa di dalam dirinya, namun ia tak tahu bagaimana cara mengendalikannya. Setiap kali ia merasa seolah bisa menyentuh kekuatan itu, gelombang energi mengalir deras melalui tubuhnya, seakan hendak merobek dirinya dari dalam.
“Aku tidak tahu harus mulai dari mana,” kata Raden, suaranya terdengar putus asa. “Bagaimana aku bisa mengendalikan ini semua? Rasanya kekuatan ini begitu besar, dan aku merasa tak bisa menghadapinya.”
Eldrin duduk di sampingnya, mengalihkan pandangannya ke arah Raden. “Kekuatan ini memang luar biasa, Raden. Tetapi, itu bukan hanya tentang kekuatan fisik atau sihir yang besar. Ini adalah tentang pengendalian diri, tentang memahami apa yang ada di dalam dirimu. Kekuatan ini bukan hanya milikmu, tetapi juga milik dunia ini. Kau harus belajar untuk menyeimbangkan keduanya.”
Raden mendengus pelan. “Menyeimbangkan keduanya? Dunia ini? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang pemuda yang tak tahu apa-apa tentang dunia terlarang.”
Eldrin tersenyum tipis. “Kau tidak memilih untuk terlahir dengan kekuatan ini, tapi kau memilih untuk menghadapinya. Itu sudah cukup menunjukkan siapa dirimu. Sekarang, yang perlu kau lakukan adalah belajar. Dunia ini akan mengajarkanmu cara mengendalikan kekuatan itu, dan aku akan membantumu.”
Tanpa memberi kesempatan bagi Raden untuk merespons, Eldrin berdiri dan mulai berjalan ke tengah gua, mengisyaratkan Raden untuk mengikuti. “Kekuatan yang kau miliki berasal dari inti dunia terlarang. Ini adalah energi yang mengalir melalui segala sesuatu—dari makhluk hidup hingga tanah, udara, dan api. Kau harus bisa menyatu dengan energi ini, agar bisa mengendalikan dan mengarahkan kekuatan itu. Tanpa pemahaman yang mendalam, kekuatan itu bisa menjadi sangat berbahaya.”
Raden mengangguk, meskipun masih merasa ragu. Ia merasa seperti orang asing di dunia ini, dan bahkan lebih asing dengan kekuatan yang kini ada di dalam tubuhnya. Namun, ia tahu bahwa tak ada pilihan lain selain belajar.
Eldrin berhenti di tengah gua dan mulai duduk dengan tenang, matanya tertutup, seperti sedang memusatkan perhatian. “Cobalah untuk merasakan aliran energi di sekitar kita. Fokus pada napasmu. Tarik napas dalam-dalam, dan rasakan bagaimana udara mengalir ke dalam tubuhmu. Rasakan getaran di dalam tanah, suara angin yang bergerak, bahkan cahaya yang jatuh di atas batu ini.”
Raden mengikuti instruksi Eldrin, meskipun hatinya masih penuh dengan keraguan. Ia menarik napas dalam-dalam, menutup matanya, dan mencoba merasakan dunia di sekelilingnya. Pada awalnya, yang ia rasakan hanyalah keheningan—suasana yang aneh dan asing baginya. Namun, setelah beberapa saat, ia mulai merasakan sesuatu yang halus. Getaran kecil yang berasal dari dalam tanah, yang kemudian menyebar ke tubuhnya. Angin sepoi-sepoi yang bergerak perlahan melalui celah-celah gua. Cahaya yang lembut memantul dari dinding-dinding gua.
Lambat laun, ia mulai merasakan kekuatan itu—energi yang besar, yang menyatu dengan tubuhnya. Seperti sebuah sungai yang mengalir deras, ia bisa merasakannya berputar di dalam tubuhnya, bergerak melalui setiap urat nadi, mengalir tanpa henti.
“Tahan,” kata Eldrin dengan lembut, “Rasakan energi itu, tetapi jangan biarkan ia menguasaimu. Jangan biarkan kekuatan itu mengambil alih kendali. Kau adalah pemimpin dari energi ini, bukan sebaliknya.”
Raden berusaha keras menahan gelombang energi yang mulai berputar dengan cepat di dalam dirinya. Ia bisa merasakan bagaimana energi itu mempengaruhi tubuhnya, seolah-olah ia bisa meledak kapan saja. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang, berusaha menjaga ketenangan dan tidak membiarkan dirinya terperangkap dalam kegelisahan.
“Bagus,” Eldrin berkata, matanya terbuka dan menatap Raden dengan penuh perhatian. “Sekarang, fokuskan energi itu ke dalam telapak tanganmu. Cobalah untuk mengendalikannya, mengarahkannya seperti aliran air yang mengalir ke arah yang kau inginkan.”
Raden memusatkan perhatian pada telapak tangannya, mencoba merasakan kekuatan itu mengalir ke sana. Perlahan, ia merasa sesuatu yang aneh mulai muncul. Sebuah cahaya lembut mulai bersinar dari telapak tangannya. Tidak sebesar yang ia harapkan, namun itu adalah langkah pertama. Raden membuka matanya dan melihat cahaya itu, yang kini bersinar terang di tangan kirinya. Ia bisa merasakan energi itu mengalir ke sana, meskipun ia belum sepenuhnya bisa mengendalikannya.
“Baik,” kata Eldrin, suara penuh persetujuan. “Kau sudah mulai mengerti. Sekarang, fokuskan kembali pada pikiranmu. Jangan biarkan keraguan menguasaimu. Gunakan kekuatan itu untuk melindungi, untuk melawan kegelapan.”
Raden mengangguk, mencoba untuk tetap fokus. Dalam sekejap, ia merasakan perubahan dalam dirinya. Kini, ia tidak hanya merasa sebagai penerima kekuatan, tetapi juga sebagai pengendali. Ia bisa merasakan energi itu mengalir melalui tubuhnya, lebih terkendali dan terarah. Ia memusatkan perhatian pada telapak tangan kirinya, dan cahaya itu semakin terang, membentuk bola kecil yang bercahaya di sana.
“Bagus, Raden. Sekarang, cobalah untuk melepaskan energi itu,” kata Eldrin, matanya penuh harapan.
Dengan hati-hati, Raden mengarahkan tangan kirinya ke depan, dan dalam sekejap, bola cahaya itu terlepas, meluncur ke dinding gua dan meledak dengan ledakan kecil yang menghasilkan cahaya yang luar biasa terang. Gua itu seketika terang benderang, dan Raden merasa tubuhnya sedikit terhuyung karena dampak ledakan itu.
“Tenang, Raden,” Eldrin berkata, suaranya tegas namun penuh pengertian. “Kekuatan itu harus dipergunakan dengan bijaksana. Jangan tergesa-gesa melepaskan kekuatanmu. Kekuatan yang besar membutuhkan kendali yang besar. Jangan pernah melupakan itu.”
Raden menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Apa yang baru saja ia pelajari adalah langkah pertama menuju pengendalian kekuatan yang luar biasa—sebuah kekuatan yang jika dikelola dengan benar bisa melindungi dunia, tetapi jika salah arah, bisa menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.
Namun, Raden juga tahu bahwa setiap pelajaran yang ia terima tidak hanya berasal dari Eldrin atau dunia terlarang. Ia juga harus belajar dari pertempuran yang akan datang. Pasukan Sang Penguasa Kegelapan semakin mendekat, dan Raden harus siap.
Dengan keyakinan baru yang tumbuh dalam dirinya, ia berdiri, merasakan kekuatan itu mengalir dengan tenang dalam dirinya. “Aku siap,” kata Raden dengan suara yang penuh tekad.*
Bab 6: Puncak Pertarungan
Suasana dunia terlarang telah berubah. Angin yang tadinya tenang kini berhembus kencang, membawa kabut gelap yang menutupi cakrawala. Di balik gumpalan awan hitam itu, langit yang semula cerah kini dipenuhi petir yang menggelegar. Semua tanda-tanda itu menandakan bahwa sesuatu yang sangat besar akan segera terjadi. Pertempuran yang telah lama ditunggu-tunggu, pertempuran yang akan menentukan nasib dunia terlarang dan dunia manusia, kini sudah di ambang pintu.
Raden berdiri di depan pintu gerbang dunia terlarang, matanya terfokus pada benteng besar yang menjulang di depan mata. Di dalamnya, pasukan Sang Penguasa Kegelapan berkumpul, siap untuk menghancurkan segala yang ada di dunia ini. Suasana tegang di sekelilingnya terasa berat, seakan dunia ini bergetar, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Eldrin,” kata Raden, suaranya terdengar tenang meskipun hatinya berdebar. “Ini saatnya. Aku siap.”
Eldrin berdiri di samping Raden, matanya menyusuri benteng yang ada di depannya. “Ini adalah puncak dari segala perjalananmu, Raden. Kau telah belajar banyak, tetapi sekarang kau harus menguji semuanya. Kekuatan dalam dirimu sudah siap, tetapi yang lebih penting—keberanian dan keyakinanmu akan menjadi kunci.”
Raden mengangguk. Ia bisa merasakan energi itu mengalir di dalam tubuhnya, siap untuk dilepaskan. Selama perjalanan ini, ia telah belajar mengendalikan kekuatan dunia terlarang. Namun, meskipun ia merasa lebih siap daripada sebelumnya, ketegangan tetap menguasai dirinya. Musuh yang harus ia hadapi bukanlah makhluk sembarangan. Sang Penguasa Kegelapan adalah sosok yang sudah lama dikenal karena kekuatannya yang luar biasa, dan pasukan gelap yang mengikutinya jauh lebih kuat daripada yang bisa dibayangkan Raden.
Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam benteng, mengguncang tanah di bawah mereka. Seperti sebuah peringatan, gerbang benteng terbuka perlahan, menampakkan pasukan musuh yang sudah siap sedia. Di depan mereka, berdiri Sang Penguasa Kegelapan, sosok yang tinggi dan mengerikan, dengan kulit yang gelap seperti batu berapi dan mata yang bersinar merah menyala. Di tangan kanannya, ia memegang sebuah tongkat besar yang terbuat dari kristal hitam, yang berdenyut dengan kekuatan jahat yang tak terlukiskan.
“Jadi, kau akhirnya datang, Raden,” suara Sang Penguasa Kegelapan bergema, serak dan penuh ancaman. “Aku tahu kau akan datang. Kekuatan dalam dirimu takkan bisa menghentikanku. Dunia ini sudah berada di ujung kehancuran, dan tak ada yang bisa mencegahku.”
Raden menatap Sang Penguasa Kegelapan dengan penuh tekad. Ia tahu ini adalah saat yang menentukan, pertempuran yang akan menguji segala yang telah ia pelajari. “Aku tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke tanganmu,” jawabnya, suara tegas dan penuh keyakinan. “Aku akan melindunginya, bahkan jika itu berarti harus mengalahkanmu.”
Sang Penguasa Kegelapan tertawa, suaranya penuh kebencian dan keangkuhan. “Kau masih bocah yang naif. Kekuatan yang ada dalam dirimu adalah kutukan, bukan berkah. Kau tak tahu apa yang sebenarnya sedang kau hadapi.”
Dengan isyarat tangannya, pasukan gelap mulai bergerak maju, mendekat dengan kecepatan yang mengerikan. Raden dan Eldrin segera bersiap, posisi bertahan di tengah medan pertempuran yang semakin mencekam. Di sekitar mereka, gelombang energi gelap mulai berkumpul, menciptakan kabut hitam yang mengaburkan pandangan.
“Eldrin, apa yang harus kita lakukan?” tanya Raden, meskipun ia tahu jawabannya. Pertempuran sudah tak terhindarkan lagi.
Eldrin menarik napas dalam-dalam. “Kita bertarung, Raden. Ini adalah ujian sejati untukmu. Gunakan semua yang telah kau pelajari. Jangan ragu, karena jika kau ragu, itu akan menjadi kelemahan yang akan dimanfaatkan oleh musuh.”
Tanpa menunggu lebih lama, pasukan gelap itu mulai menyerang. Makhluk-makhluk yang memimpin pasukan itu mengendalikan elemen kegelapan dan api, menyerang dengan kecepatan luar biasa. Raden segera mengumpulkan kekuatannya, merasakan energi dunia terlarang mengalir melalui tubuhnya. Ia melepaskan sebuah ledakan energi yang memancar dari telapak tangannya, menghancurkan beberapa makhluk yang datang menyerangnya.
Namun, pasukan gelap itu tak menyerah begitu saja. Mereka terus menyerang dengan kekuatan yang semakin meningkat. Raden merasa tubuhnya mulai kelelahan, namun ia tetap bertahan, tak membiarkan dirinya terjatuh. Setiap kali ia melepaskan kekuatan, ia merasakan getaran hebat di dalam dirinya, seakan energi itu mulai menguasainya, mengancam untuk melampaui batas.
“Raden, ingatlah kata-kataku!” teriak Eldrin dari sampingnya. “Kekuatan itu harus kau kendalikan! Jika tidak, dunia ini akan hancur bersamamu!”
Raden menutup matanya sejenak, mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia bisa merasakan kekuatan itu, energi yang mengalir begitu deras, tetapi ia tahu jika ia tidak mengendalikannya, kekuatan itu akan menjadi bumerang. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya, dan akhirnya, ia merasakan ketenangan itu kembali.
Dengan penuh keyakinan, ia kembali mengarahkan energi itu ke pasukan gelap. Setiap ledakan energi yang ia lepaskan kini lebih terkontrol, lebih tepat sasaran. Beberapa makhluk gelap berhasil dihancurkan, namun semakin banyak pula yang muncul untuk menggantikan mereka. Raden merasa dirinya terpojok, namun ia tidak menyerah.
Sementara itu, di tengah medan pertempuran, Sang Penguasa Kegelapan berdiri dengan tenang, matanya menatap Raden dengan penuh kebencian. “Kau pikir kekuatan itu akan membantumu? Kau hanya menunda kehancuran yang sudah pasti.”
Tiba-tiba, Sang Penguasa Kegelapan mengangkat tongkatnya, dan dari ujung tongkat itu, muncul sebuah aliran energi gelap yang sangat besar. Energi itu meluncur dengan kecepatan luar biasa menuju Raden. Tanpa berpikir panjang, Raden mengangkat kedua tangannya, berusaha untuk menghalau serangan itu dengan kekuatan yang ia miliki.
Namun, kekuatan Sang Penguasa Kegelapan terlalu besar. Raden merasakan tubuhnya terdorong mundur, hampir kehilangan keseimbangan. Energi gelap itu semakin mendekat, dan seolah-olah tak ada jalan keluar. Dalam momen ketegangan itu, sebuah cahaya terang tiba-tiba muncul di dalam dirinya, energi yang sudah ia pelajari untuk mengendalikannya.
“Sekarang!” seru Eldrin dari jauh.
Raden mengumpulkan seluruh kekuatannya dan melepaskan ledakan besar yang memancar dari tubuhnya. Kekuatan itu bergabung dengan energi dunia terlarang, menciptakan sebuah gelombang cahaya yang sangat kuat. Cahaya itu berinteraksi dengan energi gelap Sang Penguasa Kegelapan, menciptakan ledakan hebat yang mengguncang seluruh medan pertempuran.
Ketika kabut gelap itu menghilang, Raden terjatuh ke tanah, tubuhnya lelah dan terluka. Namun, ia merasa ada kedamaian yang datang setelah pertempuran hebat itu. Eldrin berlari mendekat, membantunya bangkit.
“Raden, kau berhasil,” kata Eldrin dengan suara penuh rasa bangga.
Di kejauhan, Sang Penguasa Kegelapan berdiri, tubuhnya terbakar dengan api yang menyala dari dalam dirinya. Namun, meskipun tubuhnya hancur, matanya masih memancarkan kebencian yang mendalam. “Ini belum berakhir,” katanya dengan suara serak. “Kegelapan akan selalu ada, dan dunia ini akan jatuh dalam pelukan kegelapan.”
Namun, Raden tidak gentar. “Selama ada cahaya, selama ada harapan, kegelapan takkan bisa menang. Aku akan melindungi dunia ini dengan segala yang aku miliki.”
Dengan itu, pertempuran berakhir. Meskipun Sang Penguasa Kegelapan belum benar-benar musnah, Raden tahu bahwa ini adalah kemenangan pertama. Dunia terlarang selamat, namun pertempuran yang lebih besar masih menantinya. Namun, ia tidak takut lagi. Kini, ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Dengan keyakinan baru, ia melangkah maju, siap untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan dan ancaman yang lebih besar.
harus melanjutkan perjalanan kita. Pembelajaranmu baru saja dimulai, dan banyak lagi yang harus kau pelajari. Namun, kau sudah mulai menemukan jalannya.”
Raden mengikuti Eldrin keluar dari gua, siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan mereka. Ia tahu, meskipun perjalanan ini penuh dengan bahaya, ia tidak lagi berjalan sendirian. Dunia terlarang telah memilihnya, dan ia akan berjuang dengan segala yang ia miliki untuk melindungi dunia ini.*
Bab 7: Pengorbanan dan Kemenangan
Raden terjatuh ke tanah, tubuhnya terasa hancur lebur setelah pertempuran sengit melawan Sang Penguasa Kegelapan. Rasa sakit yang luar biasa melanda tubuhnya, dan darah mengalir dari luka-luka yang menggores kulitnya. Meskipun begitu, ada perasaan yang lebih besar menguasainya—kemenangan. Meskipun pasukan gelap yang dipimpin oleh Sang Penguasa Kegelapan belum sepenuhnya terkalahkan, Raden tahu bahwa dunia terlarang baru saja diselamatkan dari kehancuran yang lebih besar.
Di sekelilingnya, kabut perang mulai menghilang, dan suara gemuruh petir yang semula menggelegar mulai mereda. Namun, suasana itu tetap dipenuhi dengan ketegangan yang mencekam. Raden mencoba untuk bangkit, meskipun tubuhnya terasa lemah dan hampir tak mampu menopang tubuhnya.
Eldrin muncul di hadapannya, matanya penuh dengan keprihatinan namun juga kebanggaan. Ia berlutut di samping Raden, membantu sang pemuda untuk duduk. “Kau berhasil, Raden,” kata Eldrin, suaranya lembut. “Kekuatan dalam dirimu, dan keberanianmu, telah mengalahkan Sang Penguasa Kegelapan untuk saat ini.”
Raden menghela napas, mencoba untuk menenangkan dirinya meskipun rasa sakit yang begitu tajam menyelimuti tubuhnya. “Tapi aku masih merasa ada yang kurang, Eldrin. Kegelapan itu belum benar-benar hilang. Pasukan gelap masih ada, dan Sang Penguasa Kegelapan belum mati.”
Eldrin mengangguk pelan, menatap jauh ke depan. “Benar, Raden. Ini bukan akhir dari perjalananmu. Tetapi, kemenangan ini adalah langkah pertama yang sangat besar. Kau telah berhasil mengendalikan kekuatan yang selama ini tak terbayangkan, dan itu adalah hal yang luar biasa. Namun, perjalanan ini tidak akan berakhir hanya dengan satu pertempuran.”
Raden menatap langit yang kini kembali gelap, meskipun ada sedikit cahaya yang menyelinap di antara awan. “Aku takut aku tidak cukup kuat untuk mengalahkan mereka semua. Aku hanya seorang pemuda biasa yang tak tahu banyak tentang dunia ini. Apa yang harus kulakukan sekarang?”
Eldrin memandang Raden dengan mata penuh kebijaksanaan. “Kekuatanmu memang luar biasa, tetapi yang lebih penting adalah hati dan niatmu. Seperti yang kau lihat, dunia terlarang ini bukan hanya tentang kekuatan fisik atau sihir. Ini tentang memilih untuk melawan kegelapan, bahkan ketika segala sesuatu tampak tak mungkin.”
Namun, sebelum mereka bisa berbicara lebih lanjut, sebuah getaran hebat mengguncang tanah di bawah mereka. Langit kembali menggelap, dan dari jauh, mereka bisa melihat bayangan besar yang bergerak mendekat—sebuah sosok yang lebih besar dan lebih menakutkan dari Sang Penguasa Kegelapan. Itu adalah makhluk yang lebih kuat, lebih gelap, dan lebih jahat daripada apa pun yang pernah mereka hadapi.
“Eldrin,” kata Raden dengan suara yang sedikit gemetar, “apa itu? Siapa dia?”
Eldrin menatap sosok besar itu dengan cemas. “Itu adalah Entitas Kegelapan, penguasa tertinggi dari dunia terlarang. Sang Penguasa Kegelapan hanyalah utusan darinya. Jika dia datang, itu berarti dunia terlarang ini berada di ambang kehancuran total.”
Raden merasa hatinya berdebar kencang. Ia tahu bahwa kekuatan yang ia miliki sekarang tidak akan cukup untuk mengalahkan Entitas Kegelapan. Meski ia telah menguasai sebagian besar kekuatan dunia terlarang, ia merasa ada kekosongan yang mendalam di dalam dirinya—sebuah kekosongan yang tidak bisa diisi hanya dengan kekuatan semata.
“Apa yang bisa kita lakukan?” tanya Raden, kebingungannya semakin dalam.
Eldrin menatap pemuda itu dengan serius. “Ada satu cara, Raden. Namun, itu bukanlah sesuatu yang mudah. Untuk mengalahkan Entitas Kegelapan, kau harus mengorbankan sebagian dari dirimu. Kekuatanmu sekarang belum cukup untuk menghadapi makhluk itu tanpa bantuan dari energi dunia terlarang yang lebih dalam—energi yang sangat kuat, namun sangat berbahaya.”
Raden menatap Eldrin, matanya penuh dengan kebingungannya. “Mengorbankan diri? Apa maksudmu?”
Eldrin menarik napas dalam-dalam, kemudian berkata pelan, “Kau harus mengorbankan bagian dari kekuatanmu sendiri untuk membuka potensi terbesarmu. Ini adalah jalan yang penuh dengan risiko. Kekuatan itu akan mengalir melalui dirimu dengan sangat cepat, mengubah tubuhmu, mungkin menghancurkannya. Namun, jika kau berhasil mengendalikannya, kau akan mendapatkan kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Entitas Kegelapan.”
Raden terdiam, mencerna kata-kata Eldrin. Ia merasakan ketakutan merayap di dalam dirinya. Pengorbanan ini bukan hanya tentang kekuatan. Itu berarti ia harus menyerahkan sebagian dari dirinya, mungkin nyawanya sendiri, demi kemenangan yang tidak pasti. Tetapi, ia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi dunia terlarang, dunia yang telah memberinya kesempatan untuk menemukan siapa dirinya.
“Aku tidak punya pilihan lain,” kata Raden akhirnya, suaranya tegas meskipun ada keraguan yang mengganjal. “Jika ini satu-satunya cara untuk mengalahkannya, aku siap.”
Eldrin menatap Raden dengan pandangan penuh rasa hormat dan kekhawatiran. “Ingatlah, Raden, pengorbanan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirimu. Dunia ini, dan semua yang ada di dalamnya, akan merasakan dampaknya. Kekuatan itu tidak bisa dihentikan hanya dengan niat baik. Kau harus siap untuk apa pun yang terjadi setelahnya.”
Raden mengangguk, matanya bersinar dengan tekad. “Aku siap. Dunia ini lebih besar dari aku. Jika aku harus mengorbankan diriku demi masa depan mereka, maka itulah yang akan kulakukan.”
Dengan kata-kata itu, Raden mulai merasakan aliran energi yang sangat kuat di dalam dirinya. Ia berdiri tegak, matanya menatap Entitas Kegelapan yang semakin mendekat. Cahaya yang ada di dalam dirinya mulai bersinar semakin terang, memancar dari tubuhnya. Namun, Raden tahu bahwa untuk mengalahkan Entitas Kegelapan, ia harus menggali lebih dalam lagi—dan itu berarti melepaskan kontrol yang ia miliki.
Raden mengangkat tangannya ke udara, dan dalam sekejap, seluruh dunia terlarang terasa bergetar. Kekuatan yang sangat besar mengalir melalui dirinya, seakan dunia ini sendiri sedang mengalir ke dalam tubuhnya. Ia merasakan tubuhnya hancur dan terbakar karena energi yang sangat kuat, namun ia tetap bertahan, memusatkan seluruh pikirannya untuk satu tujuan: mengalahkan Entitas Kegelapan.
Dengan teriakan penuh kebebasan, Raden melepaskan seluruh kekuatan itu. Energi yang tak terbayangkan meluncur ke udara, mengarah langsung pada Entitas Kegelapan yang semakin mendekat. Sebuah ledakan besar terdengar, mengguncang seluruh dunia terlarang. Entitas Kegelapan terhuyung mundur, terbungkus dalam cahaya yang tak terhingga. Namun, Raden tahu bahwa ia telah memberikan segalanya.
Ketika cahaya itu mereda, Raden jatuh ke tanah, tubuhnya tak bertenaga. Namun, ia merasa bahwa dunia terlarang telah aman. Entitas Kegelapan telah terkalahkan, meskipun tubuhnya telah hancur oleh kekuatan yang ia lepaskan.
Eldrin berlari mendekat, membantunya bangkit. “Raden, kau berhasil. Dunia terlarang diselamatkan, dan kegelapan telah terkalahkan.”
Namun, Raden tahu bahwa kemenangan ini tidak hanya tentang mengalahkan musuh. Itu adalah tentang pengorbanan, tentang memberikan segalanya demi dunia yang lebih baik. Meski kekuatan dunia terlarang telah mengalir melalui dirinya, ia tahu bahwa pengorbanan ini adalah harga yang harus dibayar untuk membawa kedamaian.
Dan meskipun tubuhnya telah hancur, hati Raden tetap penuh dengan harapan. Dunia ini, meskipun penuh dengan kegelapan, masih memiliki cahaya yang bisa menyinari jalan mereka yang berani bertarung untuk masa depan yang lebih baik.
Raden tersenyum lemah, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya, yakin bahwa pengorbanannya tidak sia-sia.*
Epilog: Jejak yang Tertinggal
Waktu berlalu, dan dunia terlarang kembali menjadi tempat yang tenang, meski masih menyisakan luka-luka dari pertempuran besar yang terjadi beberapa bulan lalu. Raden telah pergi, meninggalkan dunia ini dengan pengorbanannya yang tidak terlupakan. Ia adalah pahlawan yang telah mengalahkan Entitas Kegelapan, namun juga membayar harga yang sangat mahal—harga yang tidak hanya merubah dirinya, tetapi juga dunia yang telah ia selamatkan.
Namun, seperti halnya setiap pertempuran, ada satu hal yang tak bisa dihentikan: perubahan. Dunia terlarang yang semula diliputi kegelapan, kini mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan baru. Tanaman-tanaman yang dulu mati mulai tumbuh kembali, tanah yang tandus mulai subur, dan langit yang gelap mulai menunjukkan secercah cahaya. Dunia ini, meskipun masih terbelah oleh kenangan dan pengorbanan, perlahan mulai pulih.
Eldrin berdiri di puncak sebuah bukit, menatap hamparan tanah yang luas di depannya. Di kejauhan, ada beberapa kelompok orang yang mulai membangun kembali tempat tinggal mereka, merintis kehidupan baru di atas tanah yang kini damai. Namun, meskipun dunia ini mulai pulih, ada satu hal yang tak bisa diubah: Raden telah tiada. Eldrin merasa ada kekosongan yang mendalam di dalam hatinya. Ia kehilangan teman, murid, dan juga seorang pejuang yang sangat berharga.
“Aku masih tidak percaya Raden sudah pergi,” bisik Eldrin pelan, suaranya penuh kesedihan.
Raden, pemuda yang dulu penuh semangat dan harapan, kini hanya tinggal kenangan. Pengorbanannya yang luar biasa, yang mengalahkan Entitas Kegelapan dengan melepaskan seluruh kekuatan dunia terlarang dalam dirinya, mengubahnya menjadi sosok yang kini dikenang oleh banyak orang. Namun, meskipun Raden telah tiada, semangatnya tetap hidup di dalam hati mereka yang selamat—dan dunia ini akan terus berjalan dengan warisan yang telah ia tinggalkan.
Di sebuah desa kecil di pinggiran dunia terlarang, para penduduk mulai membicarakan seorang pahlawan yang telah mengorbankan segalanya. Mereka mendengar cerita tentang Raden—tentang bagaimana dia datang dari dunia manusia, belajar dan bertarung dengan kekuatan dunia terlarang, dan akhirnya mengalahkan Sang Penguasa Kegelapan dan Entitas Kegelapan dengan pengorbanannya yang luar biasa. Cerita itu menyebar dari mulut ke mulut, menjadi legenda yang akan dikenang sepanjang zaman.
Di tempat yang lebih jauh, di tengah reruntuhan sebuah kota yang hancur akibat pertempuran terakhir, sekelompok pemuda berdiri di depan sebuah tugu besar yang dibangun untuk mengenang Raden. Tugu itu terbuat dari batu hitam, dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan perjuangan dan pengorbanan sang pahlawan. Mereka menatap tugu itu dengan penuh rasa hormat.
“Dia telah menyelamatkan kita,” kata seorang pemuda dengan suara lirih, matanya penuh dengan air mata. “Jika bukan karena dia, kita semua tidak akan ada di sini.”
Pemuda lainnya mengangguk, suaranya dipenuhi dengan kebanggaan. “Kita harus melanjutkan perjuangannya. Kita harus memastikan dunia ini tetap aman, agar pengorbanannya tidak sia-sia.”
Mereka berdiri di sana untuk beberapa saat, memberi penghormatan pada pahlawan yang telah memberi segalanya demi dunia yang lebih baik. Walaupun Raden telah tiada, semangat perjuangannya tetap hidup dalam diri mereka. Dunia terlarang tidak lagi dipenuhi kegelapan, tetapi dengan cahaya yang perlahan berkembang, seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang kuat.
Sementara itu, di luar dunia terlarang, di dunia manusia, kehidupan berjalan dengan cara yang berbeda. Raden tidak pernah kembali ke dunia yang ia kenal, namun pengorbanannya telah menginspirasi banyak orang. Legenda tentang pahlawan dari dunia terlarang tersebar luas, dan para penyihir serta pejuang di dunia manusia mulai mencari cara untuk belajar dari kekuatan yang digunakan oleh Raden. Mereka tidak hanya mencari kekuatan, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana cara menghadapi kegelapan dalam diri mereka sendiri.
Seorang penyihir muda, yang mendengar cerita tentang Raden, memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang dunia terlarang. Ia ingin mengetahui rahasia di balik kekuatan yang Raden gunakan, dan apa yang sebenarnya terjadi selama perjalanan yang penuh bahaya itu. Penyihir muda itu tahu bahwa ia mungkin tidak akan pernah dapat bertemu dengan Raden, tetapi ia bertekad untuk menjaga warisan dan semangat sang pahlawan.
“Dunia ini penuh dengan kegelapan, tetapi juga penuh dengan kemungkinan,” katanya pada dirinya sendiri. “Aku akan memulai perjalanan ini untuk belajar dan mengerti, dan untuk menjaga agar pengorbanan Raden tidak terlupakan.”
Di dunia terlarang, kehidupan kembali dimulai. Bangunan-bangunan yang hancur mulai diperbaiki, dan para pejuang yang selamat melanjutkan pelatihan mereka. Dunia ini mungkin sudah dipenuhi oleh kegelapan untuk waktu yang lama, tetapi kini mereka tahu bahwa harapan bisa tumbuh, bahkan di tempat yang paling gelap sekalipun. Raden telah menunjukkan kepada mereka bahwa kegelapan bukanlah akhir dari segalanya—sebaliknya, ia adalah awal dari sebuah perjalanan menuju cahaya.
Di sebuah padang rumput yang luas, di bawah langit yang cerah, sebuah bunga baru tumbuh. Bunga itu berwarna putih, berbeda dari bunga-bunga lainnya di sekitarnya yang berwarna gelap. Bunga ini adalah simbol kehidupan baru, simbol dari pengorbanan yang telah dilakukan oleh Raden. Orang-orang yang datang dari seluruh penjuru dunia terlarang berdiri di sekitar bunga itu, memperhatikan dengan rasa hormat dan kagum.
“Ini adalah tanda bahwa dunia terlarang telah berubah,” kata seorang pria tua, yang telah menjadi saksi dari seluruh peristiwa itu. “Raden telah memberi kita harapan yang baru, dan kini kita harus menjaga harapan itu.”
Tidak jauh dari sana, Eldrin berdiri, matanya terfokus pada bunga putih yang tumbuh di padang rumput. Ia tahu bahwa meskipun Raden telah tiada, pengaruh dan warisan pahlawan itu akan terus hidup di dunia ini. Eldrin merasa bangga karena ia pernah menjadi bagian dari perjalanan Raden, meskipun ia juga merasa kehilangan yang mendalam. Tetapi, meskipun Raden tidak lagi ada, dunia terlarang akan terus maju, berkat pengorbanannya.
“Aku tidak akan pernah melupakanmu, Raden,” bisik Eldrin, dengan suara penuh emosi. “Kau adalah pahlawan yang sejati, dan dunia ini akan selalu mengingat namamu.”
Bunga putih yang tumbuh di padang rumput itu kini menjadi simbol abadi dari perjuangan dan pengorbanan. Dunia terlarang mungkin akan terus menghadapi tantangan dan ancaman di masa depan, namun mereka kini tahu bahwa dengan keberanian, harapan, dan pengorbanan, mereka dapat mengalahkan kegelapan. Raden, meskipun telah pergi, tetap hidup dalam setiap langkah yang diambil oleh mereka yang meneruskan perjuangannya. Dunia terlarang kini berada di jalur yang benar, dan meskipun tantangan masih ada di depan, mereka tahu bahwa kemenangan hanya dapat diraih dengan pengorbanan—dan pengorbanan itu, yang telah diberikan oleh seorang pahlawan dari dunia yang terlupakan, akan terus menjadi cahaya yang menuntun jalan mereka.***
——– the and———