Bab 1: Kedatangan Manajer Baru
Di kantor PT Sukses Selalu, suasana kerja biasanya santai. Karyawan datang tepat waktu (hampir selalu terlambat beberapa menit), bekerja secukupnya, dan menghabiskan sebagian besar waktu untuk bergosip atau membuat lelucon di grup WhatsApp kantor.
Namun, semua berubah ketika sebuah email resmi dari HR muncul di inbox mereka:
“Besok, kantor kita kedatangan manajer baru! Mohon semua karyawan bersikap profesional dan menyambutnya dengan baik.”
Seketika, grup WhatsApp kantor meledak.
Rina: “Waduh, manajer baru? Biasanya galak, nih.”
Budi: “Gue berharap dia nggak terlalu strict. Santai aja, kayak Pak Arif.”
Doni: “Pak Arif terlalu santai. Makanya banyak kerjaan numpuk.”
Tini: “Kira-kira manajer barunya cewek atau cowok?”
Rina: “Semoga ganteng. Kalau galak tapi cakep, masih bisa dimaafkan.”
Esok paginya, semua karyawan datang lebih pagi dari biasanya. Ada yang dandan lebih rapi, ada yang tiba-tiba rajin mengetik di komputer supaya terlihat sibuk.
Lalu, pintu kantor terbuka, dan masuklah sosok yang akan mengubah hidup mereka: Pak Damar.
Seorang pria berkacamata dengan tatapan tajam, postur tegap, dan ekspresi serius. Dia berjalan melewati meja-meja karyawan dengan penuh wibawa.
Semua langsung duduk tegap.
“Saya Damar, manajer baru di sini. Saya ingin perubahan besar terjadi di kantor ini.”
Ucapan itu membuat semua orang saling pandang. Perubahan besar? Itu terdengar seperti masalah besar!
Bab 2: Aturan Baru, Pusing Baru
Pak Damar langsung membuat gebrakan. Di hari pertamanya, dia mengumumkan serangkaian aturan baru yang bikin kepala para karyawan mendidih.
1. Tidak boleh datang terlambat, walau semenit pun.
2. Dilarang main HP saat jam kerja.
3. Laporan harus selesai tepat waktu. Tidak ada alasan!
4. Semua rapat harus serius dan efektif. Tidak boleh bercanda.
Ketika pengumuman ini ditempel di dinding kantor, suasana langsung berubah seperti pemakaman.
“Pak Arif mana? Saya kangen,” keluh Budi.
“Dulu kalau telat lima belas menit, masih dianggap normal. Sekarang telat semenit aja langsung dicatat!” gerutu Rina.
Doni mencoba mencari cara untuk mengakali aturan baru. “Gimana kalau kita simpan HP di laci, terus pura-pura ke toilet buat mainan?”
Tini mendesah. “Percuma. Pak Damar kayak punya radar. Tadi dia udah negur satu orang yang pegang HP diam-diam.”
Hari pertama Pak Damar menjadi mimpi buruk. Semua karyawan terbiasa bekerja santai, tiba-tiba dipaksa disiplin. Itu sama saja seperti menyuruh kura-kura ikut lomba lari sprint.
Tapi ini baru permulaan.
Bab 3: Inspeksi Mendadak
Tiga hari setelah aturan baru diberlakukan, Pak Damar mulai melakukan inspeksi mendadak.
Dia berjalan mengelilingi kantor, memeriksa setiap meja kerja, memastikan semua orang bekerja sesuai aturan.
Ketika dia sampai di meja Doni, dia melihat selembar kertas bertuliskan “Cara Menunda Kerjaan Tanpa Ketahuan.”
Pak Damar menghela napas. “Doni, ini apa?”
Doni gugup. “E-eh, itu strategi manajemen waktu, Pak.”
Pak Damar menatap tajam. “Menarik. Coba jelaskan ke saya.”
Doni akhirnya harus memberikan presentasi dadakan tentang “strategi manajemen waktu” yang sebenarnya adalah tips untuk menghindari kerja.
Setelah selesai, Pak Damar menatapnya lama.
“Doni, mulai hari ini, kamu saya tunjuk sebagai ketua tim peningkatan produktivitas.”
Doni hampir pingsan. Strateginya untuk malas-malasan malah membuatnya mendapat tugas tambahan!
Bab 4: Rapat Paling Canggung
Pak Damar mengadakan rapat evaluasi mingguan pertamanya. Biasanya, rapat di PT Sukses Selalu adalah ajang bercanda dan curhat tidak jelas. Tapi kali ini…
Suasana mencekam.
Tidak ada yang berani bicara kecuali diminta. Setiap laporan diberikan dengan suara bergetar. Bahkan, saat Pak Damar bertanya “Ada yang mau ditambahkan?”, semua orang serempak menggeleng.
Lalu, kejadian tak terduga terjadi.
Saat rapat berlangsung, perut Budi berbunyi keras. “KROOOOKKKK.”
Semua orang menahan tawa.
Tapi Pak Damar hanya menatapnya dengan datar. “Budi, lain kali makan dulu sebelum rapat.”
Budi mengangguk malu.
Tiba-tiba, Rina tidak bisa menahan diri lagi. Dia tertawa kecil, dan seperti efek domino, seluruh ruangan ikut tertawa.
Yang mengejutkan semua orang, Pak Damar juga tersenyum.
“Baiklah. Rapat boleh sedikit santai, asal tetap fokus.”
Itu pertama kalinya mereka melihat sisi manusiawi dari Pak Damar.
Bab 5: Rencana Kudeta Kantor
Meski mulai terbiasa dengan aturan baru, beberapa karyawan masih ingin mengembalikan kantor seperti dulu.
Mereka menyusun “Rencana Kudeta Kantor.”
Tujuan: Membuat Pak Damar menyerah dan kembali membiarkan mereka bekerja santai.
Strategi:
1. Sengaja bekerja lambat agar dia frustrasi.
2. Pura-pura sakit setiap hari Senin.
3. Membanjiri dia dengan pertanyaan tidak penting.
Sayangnya, strategi ini gagal total.
Pak Damar tidak pernah menyerah. Justru, dia semakin semangat menegakkan kedisiplinan.
Rencana kudeta mereka malah membuat mereka semakin sibuk!
Bab 6: Manajer Galak, Tapi Baik
Sebulan berlalu. Perlahan, kantor mulai berubah.
Karyawan-karyawan yang awalnya malas, mulai terbiasa dengan sistem baru. Mereka datang tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, bahkan mulai menikmati ritme kerja yang lebih teratur.
Suatu hari, Pak Damar mengumpulkan mereka semua.
“Saya tahu awalnya kalian kesulitan dengan aturan baru,” katanya. “Tapi lihatlah sekarang. Kinerja kita meningkat, dan suasana kerja lebih baik.”
Semua orang saling berpandangan.
Ternyata, meskipun galak dan tegas, Pak Damar memang punya niat baik. Dia ingin mereka berkembang, bukan sekadar bermalas-malasan di kantor.
Budi mengangkat tangan. “Pak, boleh tanya satu hal?”
“Silakan.”
“Kalau begitu… kapan kita dapat bonus?”
Seluruh ruangan tertawa.
Pak Damar menghela napas, ta
pi kali ini dia ikut tersenyum. “Kalau kerja kalian terus bagus, siapa tahu?”
Dan akhirnya, PT Sukses Selalu benar-benar menjadi sukses—bukan hanya nama, tapi juga kenyataan.