• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
KACA  BAYANGAN

KACA BAYANGAN

March 16, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
KACA  BAYANGAN

KACA BAYANGAN

by SAME KADE
March 16, 2025
in Misteri & Thriller
Reading Time: 18 mins read

Bab 1: Kaca yang Terkubur

Angin malam berhembus kencang, menderu-deru di sela-sela daun pohon yang telah menguning. Di sebuah desa kecil yang terlupakan, jauh dari keramaian kota, berdirilah sebuah rumah tua yang terabaikan. Rumah itu, yang dulunya milik keluarga Ardani, kini hanya tinggal kenangan. Bangunannya yang rapuh, dengan cat yang mulai mengelupas dan jendela-jendela yang berdebu, menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.

Sarah, seorang jurnalis muda yang penuh semangat, berdiri di depan gerbang besi rumah itu. Ia memandangi rumah yang nyaris tidak terlihat jelas di balik semak belukar yang tumbuh liar. Matanya yang penuh rasa ingin tahu memandangi setiap detail rumah tersebut, meskipun ia tahu, rumah ini telah lama ditinggalkan.

Semuanya bermula dengan sebuah surat misterius yang diterimanya dua minggu yang lalu. Surat itu datang tanpa pengirim, hanya sebuah petunjuk singkat yang berbunyi, “Kaca itu tersembunyi, temukan sebelum terlambat.” Tidak ada kata-kata lain, hanya itu. Rasa penasaran menggerakkan Sarah untuk mencari tahu lebih lanjut. Surat itu tampaknya berhubungan dengan rumah Ardani, yang dalam arsipnya pernah disebut-sebut sebagai tempat keluarga Ardani yang hilang beberapa dekade lalu.

“Apa yang tersembunyi di sini?” gumamnya pada dirinya sendiri, membayangkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

Saat ia melangkah memasuki halaman yang ditumbuhi rerumputan tinggi, ia merasa seperti memasuki dunia lain. Setiap langkah yang diambilnya diiringi oleh suara ranting-ranting yang patah di bawah sepatu botnya. Dengan hati-hati, Sarah mendekati pintu utama yang sudah hampir runtuh. Dia tahu, ini bukan tempat yang bisa dia masuki sembarangan. Namun, dorongan untuk mencari tahu lebih besar daripada rasa takut yang mulai merayapi dirinya.

Ia menarik gagang pintu yang usang itu, dan pintu itu terbuka dengan suara berderit pelan. Begitu masuk, udara lembab dan berbau apek langsung menyapanya. Ruangan depan rumah itu gelap, hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui jendela-jendela yang kotor. Sarah meraba dinding untuk mencari saklar lampu, tetapi tidak ada satu pun yang menyala. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, lalu mulai melangkah lebih jauh ke dalam rumah.

Ruangan utama rumah Ardani penuh dengan barang-barang tua yang terlupakan: meja kayu besar yang sudah lapuk, kursi-kursi dengan kain pelapis yang robek, serta rak-rak buku yang hampir runtuh. Di sudut ruangan, sebuah lemari besar menonjol dengan pintu yang sedikit terbuka. Penasaran, Sarah berjalan mendekat, lalu membuka pintu lemari itu. Di dalamnya terdapat tumpukan-tumpukan buku usang dan beberapa benda lain yang sudah tertutup debu. Namun, di bawah tumpukan buku-buku itu, ada sesuatu yang menarik perhatian Sarah. Sebuah kotak kayu kecil, terkunci rapat dengan ukiran-ukiran aneh di permukaannya.

Sarah mengambil kotak itu dengan hati-hati. Ia merasa seolah-olah kotak tersebut menyimpan sesuatu yang penting, sesuatu yang mungkin berhubungan dengan surat yang ia terima. Tanpa pikir panjang, ia merogoh tasnya dan mengambil sebuah alat kecil untuk membuka kunci kotak itu. Begitu kunci terlepas, Sarah membuka tutup kotak tersebut dengan perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah kaca bulat yang tampak sederhana, namun memiliki kilau yang aneh. Kaca itu tidak tampak seperti benda biasa. Permukaannya mulus, namun ada cahaya samar yang memancar dari dalamnya, seakan-akan ada sesuatu yang tersembunyi di dalam kaca tersebut.

Sarah terdiam sejenak, menatap kaca itu dengan hati-hati. Rasanya aneh, seolah-olah ada daya tarik yang tidak bisa ia hindari. Ketika ia menyentuhnya, permukaan kaca itu terasa dingin sekali, namun anehnya, ia merasakan kehangatan yang meresap perlahan ke dalam tubuhnya. Ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan, seolah-olah kaca itu menyatu dengan dirinya, memberikan semacam ikatan yang tak terlihat.

“Apa ini?” pikirnya, kebingungan. Kaca itu begitu biasa, namun entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang sangat tidak biasa tentang benda itu. Sarah mencoba untuk meneliti lebih jauh, namun bayangan kabur mulai muncul di permukaan kaca, membentuk sosok yang tidak bisa ia kenali. Sosok itu hanya terlihat samar pada awalnya, namun lama-kelamaan, bayangan tersebut semakin jelas. Seorang pria berdiri di depan kaca, mengenakan jas hitam yang tampak lusuh, dengan wajah yang tertutup bayangan gelap.

Sarah melangkah mundur dengan cepat, jantungnya berdebar kencang. Apa yang baru saja ia lihat? Bayangan itu… pria itu… apakah dia hidup atau hanya ilusi? Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tiba-tiba menjadi nyata.

“Kaca ini… ada sesuatu yang aneh di dalamnya,” Sarah bergumam pelan pada dirinya sendiri. Ia merasa cemas, namun rasa penasarannya jauh lebih besar daripada rasa takut yang menyelimuti dirinya.

Bayangan pria itu mulai menghilang, namun Sarah tetap menatap kaca tersebut dengan rasa was-was. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, ia memutuskan untuk membawa kaca itu pulang. Ia merasa ada sesuatu yang harus dipecahkan, dan kaca ini adalah petunjuk pertama yang harus dia selidiki lebih lanjut.

Di luar rumah tua itu, langit malam semakin gelap, dengan awan yang mulai menutupi bulan. Sarah menatap kaca itu sekali lagi, lalu dengan hati-hati, ia memasukkannya ke dalam tas. Ia bergegas meninggalkan rumah Ardani, namun perasaan aneh itu terus mengikutinya, seperti ada sesuatu yang memantau setiap langkahnya.

Setibanya di apartemennya, Sarah langsung menuju meja kerjanya dan membuka tas. Ia meletakkan kaca itu di atas meja, menatapnya dengan seksama. Kaca itu berkilau samar, dan ada getaran aneh yang mulai terasa. Seolah-olah, kaca itu ingin mengatakan sesuatu padanya.

“Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kaca ini?” pikir Sarah, memandangi benda itu dengan penuh rasa ingin tahu. Ia tahu, ini baru permulaan. Petunjuk dari surat itu mungkin hanya awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Sarah bertekad, malam ini juga ia akan mencari tahu lebih banyak tentang kaca itu. Tetapi entah mengapa, semakin lama ia menatap kaca tersebut, semakin kuat perasaan bahwa sesuatu yang sangat penting sedang menunggunya—sesuatu yang bahkan ia sendiri belum siap untuk menghadapinya.**

Bab 2: Bayangan yang Mengikuti

Sarah terjaga dari tidurnya dengan keringat dingin yang membasahi dahi dan pelipisnya. Matanya terbuka perlahan, dan dalam kegelapan malam yang pekat, ia mendengar suara detak jantungnya yang cepat. Kejadian dalam tidurnya masih terngiang jelas di benaknya, seperti baru saja terjadi beberapa detik lalu. Bayangan itu—sosok pria yang ia lihat di dalam kaca—masih terbayang dengan jelas di matanya. Begitu nyata, begitu dekat, seolah-olah ia bisa merasakan kehadirannya di ruang tidurnya.

Malam itu, ia tidur di samping kaca misterius yang ia temukan di rumah Ardani. Kaca itu terletak di meja samping tempat tidurnya, kilau samar dari permukaan kaca itu masih terlihat meski ruangan sudah gelap. Seperti ada daya tarik yang mengikatnya pada benda itu, memaksanya untuk tidak bisa berpaling. Setiap kali ia menatapnya, ada perasaan yang datang—sesuatu yang sangat dalam, namun juga sangat menakutkan.

Dalam mimpinya, bayangan pria itu kembali muncul. Kali ini, ia tampak lebih jelas. Sosok pria itu mengenakan jas hitam dengan kancing yang sudah usang, dan wajahnya tertutup oleh bayangan gelap. Namun, ada sesuatu yang lebih aneh—bayangan itu tampaknya bergerak, seolah hidup. Sosok itu mendekat, dan meskipun wajahnya tertutup, Sarah bisa merasakan mata pria itu menatapnya tajam, penuh harapan.

“Aku terjebak di sini,” suara itu terdengar serak dan dalam, seolah berasal dari jauh. “Bantu aku keluar.”

Sarah terkejut dan terbangun dengan napas terengah-engah. Ia mendapati dirinya kembali berada di tempat tidur, dikelilingi oleh kegelapan malam yang tenang. Suara detak jantungnya pelan-pelan mereda, namun rasa takut yang baru saja ia alami masih menghantuinya. Perlahan, ia melirik ke meja samping tempat tidur, di mana kaca itu masih berada, berkilau dalam gelap, seolah menunggu sesuatu.

“Mungkin hanya mimpi,” katanya pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan diri. Tapi dalam hati, ia tahu bahwa mimpi itu lebih dari sekadar sebuah khayalan. Itu adalah pesan—pesan dari bayangan pria dalam kaca itu.

Keinginan untuk mengungkap lebih banyak tentang kaca misterius itu semakin kuat. Mungkin, di balik benda ini ada sebuah cerita yang belum tuntas. Mungkin, pria dalam bayangan itu adalah kunci dari misteri yang tersembunyi. Sarah tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia harus mencari tahu lebih dalam.

Pagi hari itu, setelah beberapa jam terjaga dan berpikir, Sarah memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota. Ia merasa perlu mencari lebih banyak informasi, apalagi setelah pengalaman aneh yang ia alami. Ada sesuatu dalam kaca itu yang lebih dari sekadar benda mati—sesuatu yang bisa menghubungkan dunia nyata dengan dunia yang lebih gelap dan misterius.

Sesampainya di perpustakaan, Sarah langsung menuju rak-rak yang menyimpan buku-buku sejarah dan legenda. Ia mulai memeriksa setiap buku dengan cermat, mencari petunjuk mengenai benda seperti kaca yang ia temukan. Buku-buku yang ia baca tidak banyak memberikan jawaban, tetapi semuanya mengarah pada satu hal: kaca itu bisa menjadi kunci untuk membuka gerbang antara dunia nyata dan dunia lain—dunia yang dipenuhi oleh bayangan, makhluk-makhluk misterius, dan rahasia yang terlupakan.

Dalam salah satu buku yang agak usang, Sarah menemukan cerita yang menarik perhatiannya. Buku itu berbicara tentang sebuah keluarga bernama Ardani, yang pernah tinggal di rumah yang sama dengan tempat ia menemukan kaca tersebut. Keluarga Ardani, menurut cerita itu, memiliki sejarah yang kelam. Mereka dikenal sebagai keluarga yang memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang tidak biasa—ilmu hitam, alkimia, dan kemampuan untuk berhubungan dengan dunia lain.

Diceritakan bahwa salah satu anggota keluarga Ardani, seorang pria bernama Adrian Ardani, mencoba untuk menguasai ilmu yang lebih gelap. Dalam usahanya untuk mencari kekuatan abadi, Adrian ditemukan oleh keluarganya sedang bereksperimen dengan benda-benda yang dapat membuka gerbang ke dunia lain. Ia menciptakan kaca yang bisa menahan bayangan dari dunia lain, namun eksperimen itu gagal. Adrian akhirnya terperangkap dalam dunia bayangan yang ia ciptakan, dan keluarganya tidak pernah berhasil menemukannya kembali.

Cerita itu membuat Sarah terkejut. Apakah mungkin pria dalam kaca yang ia temui adalah sosok yang sama dengan Adrian Ardani? Apakah dia benar-benar terjebak dalam dunia bayangan, menunggu seseorang untuk membebaskannya?

Sarah merasa ada hubungan yang kuat antara apa yang ia temui di rumah Ardani dan cerita yang baru saja ia baca. Ia merasa seolah-olah ia tidak hanya menemukan kaca biasa, tetapi juga membuka jalan menuju sebuah misteri yang lebih dalam dan lebih gelap. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya—siapa yang mengirim surat kepadanya? Dan mengapa ia merasa kaca itu tertuju padanya?

Dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya, Sarah memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Ia merasa semakin terikat dengan kaca itu, dan rasa takut yang sebelumnya ia rasakan kini mulai bergeser menjadi rasa penasaran yang lebih besar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kaca tersebut, dan bagaimana hal itu bisa mengubah hidupnya.

Sesampainya di apartemennya, Sarah duduk di meja kerjanya, memandangi kaca yang terletak di depan matanya. Cahaya samar dari kaca itu mengundangnya untuk melihat lebih dekat, seolah-olah benda itu menginginkan perhatian penuh darinya. Dengan ragu, Sarah meraih kaca itu lagi, merasakan dinginnya permukaan yang halus, dan merasakan perasaan aneh yang muncul dalam dirinya.

Tak lama setelah ia memegang kaca, bayangan pria itu muncul kembali, kali ini lebih jelas dan lebih nyata. Sosok pria itu menatapnya dari dalam kaca, wajahnya tersembunyi di balik bayangan gelap. Namun, Sarah bisa merasakan emosi yang kuat dalam tatapan mata pria itu—rasa kesepian, rasa sakit, dan sebuah permohonan yang tak terucapkan. “Bantu aku keluar,” suara itu terdengar lagi, lebih jelas dan lebih mendesak.

Sarah merasa terkejut, namun juga terdorong untuk melakukan sesuatu. Ia tahu bahwa apa yang ia alami ini lebih dari sekadar mimpi atau khayalan. Kaca ini bukan hanya benda mati—ia adalah sebuah pintu, sebuah jembatan menuju dunia lain. Dan entah mengapa, Sarah merasa bahwa ia adalah orang yang ditakdirkan untuk membuka pintu itu.

Namun, ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Jika benar pria itu terjebak di dalam dunia bayangan, bagaimana ia bisa membebaskannya? Apa yang harus dia lakukan? Sarah merasakan beban yang berat di hatinya. Dia tahu bahwa hidupnya telah berubah selamanya, dan bahwa dia kini terperangkap dalam sebuah misteri yang lebih besar daripada yang bisa ia bayangkan.

Dengan tekad yang semakin kuat, Sarah memutuskan untuk terus menyelidiki. Kaca ini—dan apa yang tersembunyi di dalamnya—akan menjadi kunci untuk membuka sebuah pintu yang tak terbayangkan sebelumnya. Tapi, ia juga tahu, jalan yang ia pilih ini mungkin akan membawa risiko yang besar.**

Bab 3: Pencarian Dimulai

Hari-hari berlalu, dan meskipun Sarah berusaha untuk menjalani rutinitasnya seperti biasa, pikirannya selalu kembali pada kaca misterius itu. Setiap kali ia menatap benda tersebut, perasaan yang sama kembali muncul—sebuah perasaan yang sulit dijelaskan, campuran antara ketakutan dan rasa ingin tahu yang mendalam. Sosok pria dalam kaca itu, yang mulai tampak semakin nyata di matanya, seolah menjadi bagian dari hidupnya yang tak terhindarkan. Semakin ia mencari tahu, semakin ia merasa terhubung dengan entitas yang ada di dalamnya, meskipun ia tidak mengerti sepenuhnya apa yang sebenarnya terjadi.

Ia memutuskan untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk menelusuri jejak keluarga Ardani dan kisah-kisah yang berkaitan dengan kaca tersebut. Sarah merasa bahwa ada hubungan yang erat antara pria dalam kaca itu dan Adrian Ardani, anggota keluarga yang terperangkap dalam eksperimen kegelapan. Namun, ia juga tahu bahwa mencari informasi lebih lanjut bukanlah hal yang mudah—segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga Ardani tampaknya tertutup rapat, diselimuti oleh misteri yang sudah lama terkubur.

Setelah membaca lebih banyak buku dan dokumen yang ada di perpustakaan kota, Sarah merasa bahwa ia perlu mendapatkan informasi lebih lanjut dari orang-orang yang mungkin mengetahui lebih banyak tentang keluarga Ardani. Namun, ia tahu, mencari tahu lebih banyak di kota ini bisa berbahaya. Desa tempat keluarga Ardani tinggal sudah lama ditinggalkan, dan banyak orang yang takut untuk membicarakan keluarga itu. Ada sesuatu yang membuat penduduk setempat enggan berbicara tentang masa lalu mereka—sebuah ketakutan yang tersembunyi di balik dinding-dinding lama desa.

Namun, rasa penasarannya tidak bisa dibendung. Sarah tahu bahwa ia harus mengambil langkah berani untuk mengungkap kebenaran. Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa yang sudah lama terlupakan itu, berharap bisa menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Ia berharap bisa bertemu dengan seseorang yang tahu lebih banyak tentang keluarga Ardani, atau setidaknya seseorang yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut.

Pada pagi hari yang cerah, Sarah memutuskan untuk pergi. Ia membawa kaca itu bersamanya, meskipun hatinya terasa berat dengan keputusan tersebut. Ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil menuju desa itu bisa berisiko. Namun, rasa ingin tahunya jauh lebih besar daripada ketakutannya. Baginya, ini adalah satu-satunya jalan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana ia bisa melepaskan pria yang terjebak dalam kaca itu.

Perjalanan ke desa itu memakan waktu hampir sepanjang hari. Sarah mengemudi melalui jalanan berliku yang semakin jauh dari peradaban, memasuki wilayah yang seolah-olah terasing dari dunia luar. Sepanjang perjalanan, pemandangan semakin sunyi, dan semakin sedikit kendaraan yang terlihat. Lalu, saat matahari mulai meredup, ia tiba di desa yang sepi.

Desa ini tampaknya telah lama ditinggalkan, dengan rumah-rumah yang hampir runtuh dan jalanan yang penuh dengan rumput liar. Udara di sekitar desa terasa berat, seakan-akan sesuatu yang gelap masih mengendap di sini. Sarah merasa cemas, namun ia tetap melanjutkan perjalanan, mengikuti jalan sempit yang membawa dia ke pusat desa.

Ia berhenti di depan sebuah bangunan tua yang tampak lebih terawat daripada bangunan lainnya. Bangunan itu adalah sebuah rumah yang sangat berbeda dari yang lainnya—rumah yang terlihat lebih besar, dengan taman yang masih terjaga dan beberapa bunga yang tumbuh di sekitar halaman. Rumah itu, menurut informasi yang ia dapatkan, dulunya adalah tempat tinggal keluarga Ardani. Namun, rumah ini tidak terhitung sebagai rumah tinggal biasa. Ada sesuatu yang misterius tentang rumah itu—sesuatu yang bahkan membuat penduduk desa enggan mendekat.

Dengan hati yang berdebar, Sarah keluar dari mobil dan melangkah menuju pintu depan rumah. Di sana, ia mengetuk pintu, berharap ada seseorang yang bisa memberinya petunjuk lebih lanjut. Tidak lama kemudian, pintu dibuka oleh seorang wanita tua dengan wajah yang penuh kerut, namun matanya tajam dan penuh kewaspadaan.

“Siapa kamu?” wanita itu bertanya dengan suara serak. “Apa yang kamu inginkan?”

Sarah merasa sedikit terkejut dengan sambutan yang begitu dingin, namun ia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan jawaban. “Nama saya Sarah. Saya sedang mencari informasi tentang keluarga Ardani. Saya menemukan sesuatu yang berhubungan dengan mereka, dan saya perlu tahu lebih banyak.”

Wanita tua itu menatapnya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah sedang menilai niat Sarah. Setelah beberapa detik yang terasa lama, wanita itu akhirnya mengangguk pelan. “Masuklah,” katanya, membuka pintu sedikit lebih lebar. “Tapi jangan berpikir kamu akan mendapat jawaban mudah.”

Sarah mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah. Di dalam, ruangan tampak lebih rapi daripada yang ia duga, dengan perabotan lama yang terlihat masih terawat. Di dinding-dinding rumah, tergantung beberapa foto hitam putih yang menunjukkan keluarga Ardani pada masa lalu. Banyak dari mereka tampak biasa, namun ada satu foto yang menarik perhatian Sarah—sebuah foto keluarga besar di depan rumah ini, dengan seorang pria muda yang berdiri di samping seorang wanita yang tampaknya adalah istrinya. Pria itu terlihat sangat mirip dengan sosok yang muncul dalam bayangannya di kaca.

“Ini adalah keluarga Ardani,” kata wanita itu, menyadari arah pandangan Sarah. “Pria itu, Adrian Ardani, adalah salah satu anggota keluarga yang terkenal karena usahanya dalam mempelajari ilmu hitam dan alkimia. Tapi, itu sudah lama berlalu. Sejak kepergiannya, tidak ada yang berani berbicara tentangnya.”

Sarah menatap foto itu lebih lama. Adrian Ardani. Nama itu semakin terdengar familiar di telinganya. Ia tahu bahwa keluarga ini terlibat dalam eksperimen yang berbahaya, namun ia tidak menyangka bahwa sosok pria itu masih menjadi pusat dari misteri yang terus mengikutinya.

“Apakah ada yang tahu di mana dia sekarang?” tanya Sarah dengan hati-hati.

Wanita tua itu menggelengkan kepala. “Tidak ada yang tahu. Beberapa orang mengatakan dia terperangkap di dunia lain, dalam eksperimennya sendiri. Keluarga Ardani berusaha menghapus jejaknya, karena mereka takut jika orang-orang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi percayalah, apa yang mereka lakukan itu sangat berbahaya.”

Sarah merasa seluruh tubuhnya menegang. “Apakah ada cara untuk membebaskannya?”

Wanita itu terdiam sejenak, memandang Sarah dengan penuh waspada. “Jika kamu berniat untuk mencoba, kamu harus siap dengan apa yang mungkin terjadi. Kaca itu, yang kamu temukan… itu adalah kunci untuk membuka gerbang yang telah lama terkunci. Tapi ingat, kamu tidak bisa kembali begitu saja.”

Kata-kata wanita itu seperti cambuk yang membangunkan Sarah. Semakin dalam ia menggali, semakin besar ancaman yang akan ia hadapi. Kaca itu bukan sekadar benda biasa—ia adalah kunci untuk membuka dunia yang terlarang. Dunia yang penuh dengan bayangan, rahasia, dan kemungkinan yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.

Namun, Sarah tahu bahwa ia tidak bisa mundur sekarang. Sosok di dalam kaca itu—Adrian Ardani—terperangkap di sana, dan hanya dia yang bisa membebaskannya. Dengan tekad yang semakin kuat, Sarah bersiap untuk melanjutkan pencariannya. Meskipun jalan yang akan dihadapinya penuh dengan bahaya, ia tahu bahwa ia telah memasuki sebuah permainan yang tidak bisa dihentikan begitu saja.

Pencariannya baru saja dimulai.**

Bab 4: Gerbang yang Tertutup

Sarah pulang dengan perasaan campur aduk setelah percakapan dengan wanita tua di rumah keluarga Ardani. Informasi yang ia terima begitu mengerikan, dan sekaligus membingungkan. Kaca yang ia temukan ternyata bukan sekadar benda biasa, melainkan sebuah kunci yang menghubungkan dua dunia—dunia manusia dan dunia bayangan yang gelap. Pria yang ia lihat di dalam kaca itu, yang diyakininya adalah Adrian Ardani, ternyata terperangkap di dalam dunia yang terlarang, hasil dari eksperimen yang dilakukannya sendiri.

Ketika Sarah memarkirkan mobilnya di depan apartemennya, suasana hati yang berat menyelimuti dirinya. Ia merasa terikat oleh tugas yang belum selesai, namun juga ketakutan akan konsekuensi yang mungkin harus dihadapi jika ia terus menggali lebih dalam. Wanita tua itu jelas memperingatkannya bahwa membuka kembali pintu yang sudah terkunci bisa berbahaya. Meskipun demikian, Sarah tahu bahwa ia sudah terlalu jauh terjerat dalam misteri ini. Jika ada cara untuk membebaskan Adrian Ardani dari dunia bayangan itu, ia harus mencobanya.

Sesampainya di apartemennya, Sarah langsung menuju meja kerjanya, tempat kaca misterius itu tergeletak dengan tenang. Cahaya samar yang terpancar dari dalam kaca membuatnya merasa seperti benda itu hidup, menunggu saat yang tepat untuk memunculkan dirinya lebih jauh. Ia merasa seakan-akan kaca itu memiliki kekuatan yang jauh melampaui pemahaman manusia. Namun, Sarah tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa di balik semua ini ada sebuah kebenaran yang harus diungkap.

Tiba-tiba, suara ketukan dari pintu depan menyadarkan Sarah dari lamunannya. Ia terkejut, karena tidak ada yang biasa datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati pintu dan melihat melalui kaca peephole. Sosok yang berdiri di depan pintu adalah seorang pria muda yang tampaknya asing baginya.

Sarah membuka pintu sedikit, merasa cemas. “Ada apa?”

Pria itu tersenyum samar, tetapi ada ketegangan yang tergambar di wajahnya. “Saya Julian, seorang teman lama keluarga Ardani. Saya mendengar kamu sedang mencari tahu lebih banyak tentang mereka. Mungkin kita bisa berbicara.”

Sarah merasa ada sesuatu yang ganjil tentang pria ini. “Apa yang kamu tahu tentang keluarga Ardani?” tanya Sarah, memandangi Julian dengan curiga. Namun, rasa penasaran yang selalu menggerogoti dirinya membuatnya membiarkan pria itu masuk.

Begitu Julian masuk, Sarah bisa merasakan adanya aura yang misterius di sekitar pria itu. Ia duduk di kursi yang disediakan Sarah dan mulai berbicara dengan suara rendah, hampir seperti berbisik.

“Saya tahu banyak tentang keluarga Ardani,” kata Julian, “dan saya tahu apa yang kamu temukan.”

Sarah terkejut. “Kamu tahu tentang kaca itu?”

Julian mengangguk, matanya tajam. “Ya. Saya juga tahu siapa yang terperangkap di dalamnya. Adrian Ardani. Tapi kamu harus berhati-hati, Sarah. Kaca itu bukan hanya kunci untuk membebaskan dia. Itu juga gerbang yang bisa membawamu ke tempat yang sangat gelap—tempat yang bisa mengubah segalanya.”

Sarah duduk di kursinya, menatap pria itu dengan seksama. “Apa maksudmu? Kenapa kamu tahu begitu banyak tentang kaca itu?”

Julian menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Saya adalah salah satu yang membantu keluarga Ardani menutupi jejak mereka. Saya dulu bekerja dengan mereka, mencoba untuk membatasi dampak dari eksperimen Adrian. Namun, apa yang ia lakukan terlalu berbahaya. Setelah percobaan itu, saya memutuskan untuk pergi, tapi sepertinya saya tidak bisa begitu saja melupakan semuanya. Keluarga Ardani mungkin sudah hilang, tapi apa yang mereka tinggalkan masih ada, dan kaca itu adalah salah satunya.”

Sarah mendengarkan dengan cermat. “Jadi, kamu tahu bagaimana cara mengakses dunia itu? Dunia bayangan yang dikatakan oleh wanita tua itu?”

Julian mengangguk pelan. “Ada cara, tapi itu tidak mudah. Untuk membuka gerbang, kamu membutuhkan lebih dari sekadar kaca itu. Kamu harus memiliki pemahaman tentang ritual yang mereka lakukan, tentang mantra yang digunakan oleh Adrian untuk membuka gerbang. Tanpa itu, kamu tidak akan bisa melangkah ke sana tanpa membayar harga yang sangat mahal.”

Sarah merasakan ketegangan dalam pembicaraan ini. Ia sudah tahu bahwa jalan yang ia pilih penuh dengan bahaya, tetapi Julian membuatnya merasa semakin yakin bahwa ia tidak akan bisa mundur begitu saja. Ia harus menemukan cara untuk membebaskan Adrian Ardani, dan mungkin, dalam proses itu, menemukan cara untuk menutup gerbang yang telah terbuka.

“Tapi, kenapa kamu ingin membantu saya?” tanya Sarah curiga. “Bukankah ini berbahaya?”

Julian menatapnya dalam-dalam. “Karena saya sudah terlibat sejak awal. Keluarga Ardani adalah bagian dari sejarah saya juga. Saya tidak bisa membiarkan apa yang terjadi pada mereka—dan pada Adrian—terulang lagi. Saya tahu apa yang ada di balik itu, dan saya tahu jika gerbang itu terbuka lagi, semuanya bisa hancur. Kamu mungkin bisa mengubah nasibnya, tapi hanya jika kamu tahu bagaimana cara melakukannya.”

Sarah merasa hatinya berdebar lebih cepat. “Apa yang harus saya lakukan?”

Julian diam sejenak, menimbang-nimbang kata-katanya. “Kamu harus menemukan ‘lokasi kunci’. Ada tempat tertentu yang terhubung langsung dengan dunia bayangan itu. Di situlah gerbang bisa dibuka dan di mana Adrian terperangkap. Tempat itu adalah bagian dari rumah keluarga Ardani yang hilang sejak percobaan itu gagal. Rumah itu tidak hanya ada di dunia fisik, tetapi juga di dunia lain—sebuah cermin dari dunia nyata.”

Sarah merasa terkejut. “Bagaimana saya bisa menemukan tempat itu?”

Julian mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. Buku itu tampak sangat tua, dengan sampul yang hampir rusak. Ia membuka halaman-halaman yang usang dan menunjukkan gambar sebuah rumah yang sangat mirip dengan rumah keluarga Ardani, tetapi ada perbedaan yang jelas. Di salah satu gambar, rumah itu terlihat lebih besar, dengan cahaya yang menyala dari dalam jendela, meskipun tidak ada orang di dalamnya.

“Ini adalah gambar rumah yang ada di dunia bayangan,” jelas Julian. “Kamu harus menemukannya, dan saat kamu melakukannya, gerbang akan terbuka. Hanya dengan cara itu kamu bisa mengakses dunia tempat Adrian berada.”

Sarah merasa kecemasan mencekam hatinya. Ia tahu bahwa untuk sampai ke sana, ia harus mengambil risiko besar. Namun, semakin ia mendengar penjelasan Julian, semakin ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk membebaskan Adrian. Ia tidak bisa membiarkan pria itu terperangkap selamanya.

“Bagaimana saya bisa mencapai dunia itu?” tanya Sarah dengan penuh tekad.

Julian menatapnya serius. “Kamu harus mengikuti petunjuk yang ada di buku ini. Semua ada di sana—ritual, kata-kata yang harus diucapkan, serta waktu yang tepat untuk melakukannya. Tapi ingat, sekali kamu memutuskan untuk masuk, tidak ada yang bisa menjamin kamu akan keluar dengan aman.”

Sarah menarik napas panjang. Keputusan ini terasa sangat berat, namun ia tahu tidak ada jalan mundur. Adrian Ardani terperangkap dalam dunia yang jauh lebih gelap dari yang bisa ia bayangkan, dan hanya dia yang bisa membebaskannya. “Saya siap,” jawabnya akhirnya, suara penuh tekad.

Julian menatapnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. “Baiklah, kamu siap untuk perjalanan ini. Tapi ingat, jangan pernah lengah. Dunia bayangan itu tidak seperti yang kita kenal. Apa yang kamu temui di sana bisa sangat berbeda dari yang kamu bayangkan.”

Dengan kata-kata itu, Julian menyerahkan buku itu kepada Sarah. Ketika Sarah menggenggamnya, ada perasaan aneh yang mengalir dalam dirinya. Seakan-akan, dunia yang sebelumnya ia kenal sudah mulai terdistorsi. Setiap langkah yang ia ambil kini akan membawa dirinya lebih dekat pada kebenaran yang tidak bisa ia hindari.**

Bab 5: Pembukaan Gerbang

Sarah duduk di meja kerjanya, memandangi buku tua yang kini ada di tangannya. Setiap kata yang tercetak di dalamnya seolah menuntutnya untuk melangkah lebih jauh, ke dalam dunia yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya. Julian telah pergi, meninggalkannya dengan buku yang penuh dengan petunjuk dan ancaman. Semakin lama ia menatap buku itu, semakin berat rasa cemas menyelubungi dirinya. Namun, ada juga sesuatu yang lebih kuat—keinginan yang tak bisa dibendung untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai, untuk membebaskan Adrian Ardani dan mengungkap misteri yang mengikat dirinya dengan kaca tersebut.

Buku itu penuh dengan simbol-simbol aneh dan mantra yang terdengar seperti bahasa asing. Beberapa halaman tampak terhapus oleh waktu, namun ada satu bagian yang jelas: sebuah ritual yang harus dilakukan di malam hari, ketika bulan purnama mencapai puncaknya. Waktu itu sudah dekat, hanya beberapa hari lagi. Sarah tahu bahwa ia tidak bisa menunda lagi.

Dengan hati yang berdebar, ia memutuskan untuk mempersiapkan diri. Malam itu, ia berdiri di depan kaca misterius yang masih tergeletak di meja kerjanya. Cahaya yang dipantulkan dari permukaannya tampak semakin terang, seolah menunggu sesuatu. Sesuatu yang akan mengubah segalanya. Ia mengingat pesan Julian: “Gerbang hanya akan terbuka jika kamu siap, dan saat kamu membuka gerbang itu, kamu akan menghadapi kenyataan yang jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan.”

Sarah menarik napas dalam-dalam. Meskipun perasaan takut semakin menggerogoti dirinya, ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur. Ia harus menyelesaikan perjalanan ini. Dengan hati-hati, ia membuka buku tua itu, mencari petunjuk terakhir yang diperlukan untuk memulai ritual.

Petunjuk itu mengarahkan dirinya untuk mengunjungi rumah keluarga Ardani—tempat yang dulunya menjadi pusat eksperimen gelap yang dilakukan oleh Adrian. Rumah itu, menurut buku, adalah jembatan antara dunia nyata dan dunia bayangan yang terperangkap di dalamnya. Rumah itu bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sebuah tempat sakral di mana batas antara dua dunia menjadi kabur.

Dengan tekad yang semakin bulat, Sarah memutuskan untuk pergi ke rumah itu malam ini, tepat pada saat bulan purnama memuncak. Ia mengemas perlengkapan yang diperlukan—sebuah lilin hitam, beberapa potongan kayu cedar, dan tentu saja, buku itu. Setelah memastikan semuanya sudah siap, ia menyalakan mobilnya dan melaju menuju desa Ardani.

Perjalanan malam itu terasa sunyi dan penuh ketegangan. Tidak ada suara selain deru mesin mobil dan dentingan jarum jam yang menandakan detik demi detik yang berlalu. Sarah merasa seolah-olah waktu itu berjalan begitu lambat, membawanya lebih dekat ke takdir yang sudah ditentukan. Semakin dekat ia menuju desa, semakin ia merasakan perasaan yang aneh, seolah dunia yang biasa ia kenal mulai berubah di sekitar dirinya.

Sesampainya di desa, suasana malam tampak semakin gelap dan menyeramkan. Rumah-rumah tua yang sepi hanya tampak seperti bayangan dalam kegelapan. Sarah menahan napas saat melihat rumah keluarga Ardani dari kejauhan. Bangunan itu, meskipun usang, masih terlihat megah dan penuh misteri. Ia merasakan hawa yang dingin menyelimuti dirinya, seperti ada sesuatu yang mengawasinya, menunggu dengan sabar.

Ketika Sarah memasuki halaman rumah Ardani, ia merasakan sensasi aneh yang menyelusup ke tubuhnya—seperti ada kekuatan tak terlihat yang menariknya ke dalam. Ia tidak tahu apakah itu karena ketegangan atau karena aura mistis yang menghantui rumah itu, tetapi ia merasa seperti berada di tempat yang tidak seharusnya ia masuki.

Dengan hati yang berdebar, ia berjalan menuju pintu depan dan mengetuknya. Pintu itu terbuka dengan sendirinya, meskipun tidak ada seorang pun yang terlihat. Dengan langkah ragu, Sarah memasuki rumah yang gelap itu. Begitu kaki melangkah masuk, udara di dalam terasa lebih berat, dan suara langkahnya seperti teredam oleh ruang kosong di sekitarnya.

Di dalam rumah, segalanya tampak sangat berbeda. Meskipun rumah itu tampaknya sudah lama tidak dihuni, ada rasa seperti ada kehidupan di dalamnya—sesuatu yang tidak bisa ia lihat, tapi bisa ia rasakan. Sarah mengeluarkan lilin hitam dan menyalakannya. Cahaya redup lilin itu menari di dinding, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak seakan-akan rumah ini memiliki nyawa sendiri.

Ia mulai mengikuti petunjuk yang ada dalam buku. Hal pertama yang ia lakukan adalah menandai titik-titik tertentu di lantai dengan potongan kayu cedar, membentuk sebuah simbol yang terlihat seperti lingkaran yang terhubung dengan garis-garis silang. Sarah tahu bahwa ini adalah langkah pertama dari ritual yang harus ia lakukan.

Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari sudut ruangan. Sarah menoleh, namun tidak melihat apa pun. Suara itu terdengar semakin dekat, dan Sarah merasakan keringat dingin mulai mengalir di sepanjang punggungnya. Ada sesuatu di dalam rumah ini, dan ia mulai merasa semakin tidak aman. Namun, ia tidak bisa berhenti sekarang. Ia harus menyelesaikan ritual ini.

Setelah membentuk simbol yang diminta, Sarah melanjutkan ke langkah berikutnya—membaca mantra yang terdapat dalam buku. Suaranya terhenti di udara, menggema di seluruh ruangan. Setiap kata yang ia ucapkan terasa semakin membebani dirinya, seperti ada kekuatan yang bangkit seiring dengan setiap suku kata yang meluncur dari bibirnya. Ketika ia mengucapkan kata terakhir, tiba-tiba seluruh ruangan menjadi sunyi. Tidak ada suara. Tidak ada gerakan. Hanya keheningan yang mencekam.

Seketika itu, cahaya lilin yang tadi menyala padam dengan sendirinya, meninggalkan Sarah dalam kegelapan total. Ia merasakan sesuatu yang besar dan berat menggantung di udara—sesuatu yang tak kasat mata. Dan tiba-tiba, sebuah suara terdengar di telinganya, sangat dekat, seolah berasal dari dalam kegelapan itu.

“Aku terperangkap di sini.”

Suara itu begitu familiar. Itu adalah suara pria yang selalu ia dengar dalam mimpinya—Adrian Ardani. Sarah merasakan perasaan yang campur aduk. Ketakutan dan rasa lega bercampur dalam hatinya. Ia telah berhasil, namun apa yang terjadi selanjutnya?

Lalu, di tengah kegelapan, sebuah cahaya mulai muncul perlahan. Cahaya itu berasal dari kaca yang Sarah bawa—kaca yang selama ini menjadi misteri. Kaca itu kini bersinar terang, memantulkan bayangan sosok yang perlahan muncul di depannya. Sosok itu semakin jelas, dan akhirnya, Adrian Ardani berdiri di hadapannya. Wajahnya tampak lebih tua dari yang ia bayangkan, namun matanya yang penuh penderitaan memandangnya dengan penuh harapan.

“Sarah,” kata Adrian dengan suara parau. “Kamu akhirnya datang.”

Sarah menelan ludah, matanya tidak percaya. Ia berhasil. Ia telah membebaskan Adrian dari dunia bayangan. Namun, saat ia menatapnya, ada sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang tidak terlihat sebelumnya. Adrian bukanlah pria yang sama seperti dalam kisah-kisah yang ia dengar. Ada sesuatu yang lebih gelap di dalam matanya.

Sebelum Sarah bisa berbicara, suara lain terdengar—suara wanita tua yang memberi peringatan pada Sarah sebelumnya. “Jangan percaya padanya,” suara itu terdengar seperti teriakan dari jauh. “Kamu tidak tahu apa yang telah terjadi di balik gerbang itu. Kamu telah membebaskan sesuatu yang lebih besar dari yang kamu bayangkan.”

Dengan langkah ragu, Sarah melangkah mundur. Apa yang sebenarnya telah ia bebaskan.****

—————-THE END—————-

Source: AGUSTINA RAMADHANI
Tags: #Misteri #Thriller #Fantasi #EksperimenGelap #DuniaBayangan #KehidupanKeluarga #RahasiaTerkubur #KacaMisterius #KehidupanSetelahMati #Petualangan #RitualGelap
Previous Post

SMA RIMBARAYA PINTU DIMENSI LAIN

Next Post

Ibu Bertaruh Nyawa Saat Melahirkan, Fans Manchester United Pilih Makan Tahi Daripada Kasih Sayang Orang Tua

Next Post
Bayang Kelam Fans Manchester United Nazar Makan Tahi Kucing Basah

Ibu Bertaruh Nyawa Saat Melahirkan, Fans Manchester United Pilih Makan Tahi Daripada Kasih Sayang Orang Tua

SUMUR TUA DI HUTAN LARANGAN

SUMUR TUA DI HUTAN LARANGAN

RATU MISTERI KEGELAPAN CAKRAWALA

RATU MISTERI KEGELAPAN CAKRAWALA

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In