• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
JEJAK WAKTU SEJARAH

JEJAK WAKTU SEJARAH

January 26, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
JEJAK WAKTU SEJARAH

Oplus_131072

JEJAK WAKTU SEJARAH

Panggilan Dari Masa Lalu sebuah Artefak Kuno membuka Portal Masa Lalu

by FASA KEDJA
January 26, 2025
in Fiksi Ilmiah
Reading Time: 32 mins read

 

Bab 1: Awal Perjalanan

Pada tahun 2057, dunia telah mengalami revolusi besar dalam bidang teknologi. Perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan memungkinkan umat manusia untuk mencapai puncak-puncak pencapaian baru, dan salah satu temuan terbesar adalah penemuan mesin waktu. Namun, meskipun dunia telah mempelajari cara untuk melintasi dimensi waktu, konsekuensi dari manipulasi tersebut masih belum sepenuhnya dipahami. Itu adalah penemuan yang penuh risiko dan potensi, dan hanya sedikit yang bisa mengendalikan kekuatan tersebut.

Di dalam sebuah laboratorium bawah tanah yang terletak di pinggiran kota, Dr. Alina Siregar, seorang ilmuwan muda dan ambisius, memandangi layar monitor dengan seksama. Di depan matanya, diagram rumit berisi teori perjalanan waktu yang telah disusun selama bertahun-tahun. Proyek ini, yang dikenal sebagai Chrono-Explorer, adalah salah satu pencapaian terbesar umat manusia—sebuah mesin yang memungkinkan seseorang untuk melintasi waktu, baik itu ke masa lalu ataupun masa depan.

Namun, meskipun teknologi ini menjanjikan keajaiban, ada banyak ketidakpastian tentang dampak jangka panjangnya. Alina, yang telah lama terpesona oleh konsep perjalanan waktu, merasa terombang-ambing antara ketakutan dan rasa ingin tahu yang mendalam. Ia tahu bahwa mereka berada di ujung jurang yang dalam; setiap pilihan yang diambil bisa mengubah jalannya sejarah.

“Alina, kamu siap?” Suara keras dari pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Alina. Itu adalah suara Daniel, salah satu anggota timnya yang juga seorang fisikawan dan ahli mekanika kuantum. Dengan postur tubuh tinggi dan wajah yang serius, Daniel adalah sosok yang selalu mengedepankan logika dan perhitungan. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya. Mungkin kekhawatiran, atau mungkin rasa takut yang tidak bisa ia sembunyikan.

Alina menoleh dengan ragu. “Aku tidak tahu, Daniel. Rasanya terlalu besar. Kita benar-benar siap untuk ini? Untuk melakukan perjalanan waktu? Ada begitu banyak hal yang bisa salah. Jika kita salah—sejarah bisa hancur.”

Daniel mendekat, melihat diagram di layar yang menampilkan koordinat waktu. “Kita sudah mempersiapkan ini bertahun-tahun, Alina. Kita harus melakukannya sekarang. Jika tidak, kesempatan ini akan hilang begitu saja. Bayangkan, kita bisa mengubah sejarah. Kita bisa memperbaiki kesalahan masa lalu.”

Alina menatap layar, merenungkan kata-kata Daniel. Mereka telah mempersiapkan misi ini dengan hati-hati, namun setiap langkah membawa risiko yang besar. Sebuah keputusan kecil bisa menghancurkan masa depan yang mereka kenal. Di situlah letak bahaya terbesar dari perjalanan waktu: walaupun kita tahu apa yang ingin kita ubah, kita tidak tahu apa yang akan kita timbulkan sebagai akibatnya.

Pada akhirnya, Alina tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. Jika tidak mereka, siapa lagi? Jika mereka tidak mencoba memperbaiki kesalahan sejarah yang telah merusak jalannya peradaban, mungkin tidak ada lagi kesempatan lain. Rasa takut itu, meskipun besar, harus mereka hadapi.

“Baiklah,” kata Alina akhirnya. “Kita mulai perjalanan ini. Tapi kita harus memastikan bahwa kita tidak mengubah terlalu banyak. Setiap langkah kita harus sangat hati-hati.”

Daniel mengangguk, dan bersama-sama mereka melangkah menuju ruangan utama, tempat mesin Chrono-Explorer menunggu. Mesin itu tampak seperti sebuah kapsul besar, berwarna metalik, dengan garis-garis cahaya biru yang bergerak di sepanjang permukaannya, seolah-olah menunjukkan detak jantungnya yang berirama. Mesin ini bukan sekadar alat, melainkan pintu gerbang yang akan membawa mereka menembus batas waktu yang tak terjamah oleh kebanyakan manusia.

Di sekitar kapsul itu, ada beberapa anggota tim lainnya—Lia, seorang ahli sejarah, dan Agus, teknisi yang bertanggung jawab mengawasi sistem mesin. Mereka semua mengenakan pakaian pelindung khusus yang dirancang untuk menjaga tubuh mereka dari gangguan luar selama perjalanan lintas waktu.

“Kita siap?” tanya Alina, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.

Lia, yang terlihat lebih tenang daripada sebelumnya, mengangguk. “Kami sudah memverifikasi semuanya, Dr. Siregar. Sistem ini berfungsi dengan baik. Namun, kita masih belum tahu apa yang akan kita temui di sana. Waktu adalah sesuatu yang sangat rumit. Bahkan, dalam beberapa kasus, sejarah bisa berubah tanpa kita sadari.”

Agus menekan beberapa tombol di panel kontrol dan layar di sekitar kapsul menyala dengan intensitas yang semakin meningkat. “Semua sistem berfungsi dengan baik. Mesin ini siap digunakan. Tapi ingat, kita hanya punya satu kesempatan. Pastikan kalian mengikuti instruksi dengan seksama.”

Alina menghela napas dan melangkah maju. “Waktu bukan sesuatu yang bisa kita kendalikan, tetapi kita akan melakukannya sebaik mungkin. Ingat, tujuan kita adalah mengidentifikasi perubahan dalam sejarah dan memperbaikinya tanpa merusak seluruh alur waktu. Kita tidak bisa melakukan hal yang lebih besar dari itu.”

Daniel memandangnya dengan serius. “Kita juga harus hati-hati dengan siapa pun yang berusaha menghalangi kita. Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengawasi perjalanan ini.”

Setelah semua persiapan selesai, mereka memasuki kapsul waktu. Alina duduk di kursi kontrol di samping Daniel, sementara Lia dan Agus berada di panel pengawasan. Sebuah suara yang lembut tapi tegas terdengar dari sistem: “Perjalanan dimulai dalam 3… 2… 1.”

Kapsul itu bergetar pelan, dan Alina merasakan tubuhnya seolah terangkat. Sesaat, seluruh ruangan itu dipenuhi dengan cahaya terang yang menyilaukan. Tiba-tiba, semua suara terdiam, dan dunia yang mereka kenal seolah-olah menghilang. Mereka kini berada di tengah-tengah perjalanan waktu—sebuah perjalanan yang tak bisa diubah.

Semuanya terasa hening, namun beban yang mereka rasakan tak pernah seberat ini. Misi yang dimulai dengan optimisme tinggi kini berubah menjadi tanggung jawab besar yang mereka bawa. Mengubah sejarah mungkin menjadi tujuan mereka, tetapi apa yang akan terjadi setelah mereka mencapainya, tak ada seorang pun yang tahu.

Pikiran Alina berputar cepat. Dia tidak tahu di mana mereka akan muncul selanjutnya, atau apa yang akan mereka hadapi di sana. Namun, satu hal yang pasti—mereka telah melangkah jauh melampaui batas yang sebelumnya tidak mungkin mereka jangkau. Keputusan ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah dunia selamanya.*

Bab 2: Kejanggalan Sejarah

Waktu berlalu begitu cepat saat kapsul waktu yang mereka tumpangi meluncur menembus tirai dimensi ruang-waktu. Detak jantung Alina terasa semakin cepat seiring kapsul yang bergetar lebih keras, seolah dunia di sekelilingnya tengah berusaha menahan laju perjalanan mereka. Keheningan yang menghantui perjalanan waktu itu, seolah mengingatkan mereka bahwa tidak ada yang bisa dijamin—bahwa perjalanan ini bukan tanpa risiko.

Layar di hadapan mereka menampilkan koordinat waktu yang telah mereka tentukan: 1945. Hari-hari terakhir Perang Dunia II, sebuah titik sejarah yang menjadi penentu nasib banyak negara. Namun, meskipun tujuan mereka tampaknya jelas, Alina bisa merasakan ada sesuatu yang tak beres. Ada perasaan tak nyaman yang tumbuh di dalam hatinya. Kejanggalan ini semakin menguat ketika kapsul itu tiba di titik yang telah mereka pilih.

“Kita sudah tiba,” suara Agus terdengar melalui komunikasi internal, memecah keheningan yang tegang. “Memeriksa keadaan sekitar.”

Alina menatap layar dengan seksama. Mereka mendarat di sebuah kota yang kelihatannya tidak jauh berbeda dengan yang seharusnya mereka temui. Namun, ada sesuatu yang ganjil. Ada bangunan yang tidak sesuai dengan catatan sejarah. Sebuah menara besar yang tak pernah ada dalam catatan perang, namun tampak menyala dengan cahaya terang di pusat kota, seperti simbol kemenangan yang belum pernah dicapai.

“Tunggu, ini tidak sesuai dengan catatan sejarah yang kita punya,” ujar Lia, sejarahwan tim, dengan suara cemas. “Di sini seharusnya tidak ada menara ini. Perang Dunia II telah berakhir dengan cara yang berbeda.”

Alina segera memerintahkan untuk memeriksa lebih lanjut. Mereka menurunkan perangkat pengintai dari kapsul yang terhubung dengan jaringan pengamatan dan menampilkan gambaran kota dari atas. Pemandangan yang terungkap menunjukkan kota yang tampaknya masih hidup, jauh lebih maju daripada yang seharusnya terjadi di tahun 1945. Tidak ada jejak kehancuran perang, tidak ada reruntuhan atau kerusakan besar seperti yang tercatat dalam sejarah.

“Tidak mungkin,” kata Daniel, fisikawan tim. “Seharusnya kota ini hancur oleh serangan udara. Tapi ini, ini bukan dunia yang kita kenal.”

Alina memerintahkan tim untuk segera turun ke permukaan dan memulai investigasi. Mereka mendarat di pusat kota, dan saat melangkah keluar dari kapsul waktu, udara terasa aneh—terlalu bersih, dan tidak ada jejak peperangan yang menggelegar. Mereka melewati jalan-jalan yang tampak terawat, lampu-lampu jalan yang bersinar terang di bawah langit malam yang jernih. Tidak ada jejak pembakaran, tidak ada asap, hanya ketenangan yang aneh.

Alina dan tim bergegas menuju ke menara yang mencurigakan itu, berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut. Sebuah papan informasi di depan menara memberi mereka sedikit informasi: “Kota Kemerdekaan – Didirikan setelah penandatanganan Perjanjian Frankfurt.” Alina mencatat dengan cepat. Mereka tidak pernah mendengar tentang Perjanjian Frankfurt ini, sesuatu yang tidak tercatat dalam sejarah mereka. Apa yang telah terjadi di dunia ini?

“Apakah ini hasil dari perubahan dalam waktu?” tanya Daniel, tampaknya semakin tertekan. “Apakah kita telah menciptakan alternatif sejarah?”

Lia memeriksa data lebih lanjut di perangkatnya, mencoba mencari tahu apakah ada bukti lebih lanjut mengenai perubahan besar ini. “Ini tidak masuk akal,” katanya, suaranya terdengar bingung. “Perjanjian Frankfurt? Itu tidak pernah terjadi dalam garis waktu yang kita kenal. Seharusnya, pada tahun ini, Jerman telah menyerah tanpa syarat setelah pertempuran yang sangat mengerikan. Tapi… di sini, ada perdamaian. Tidak ada yang sesuai dengan yang kita pelajari.”

Perasaan gelisah mulai meliputi tim. Apa yang telah terjadi di dunia ini? Bagaimana sebuah perjanjian yang tidak mereka kenal bisa menggantikan hasil dari Perang Dunia II? Lebih penting lagi, siapa yang bisa memanipulasi sejarah dengan cara seperti ini?

“Ada yang salah,” kata Alina, dengan raut wajah yang tegang. “Kita harus mencari lebih banyak bukti. Ini bukan sekadar perbedaan kecil. Ini adalah perubahan besar dalam sejarah.”

Mereka terus bergerak melalui kota, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut tentang siapa yang mungkin bertanggung jawab atas pergeseran waktu ini. Saat mereka mendekati sebuah gedung pemerintah, mereka melihat poster-poster besar yang memuji perjanjian yang tidak mereka kenal. Salah satu poster itu menunjukkan gambar seorang pemimpin yang tidak pernah ada dalam sejarah yang mereka tahu—seorang pria dengan nama yang tak mereka kenal, namun memiliki kekuasaan luar biasa.

“Apakah ini orang yang kita cari?” tanya Lia, menunjuk pada gambar itu. “Dia seharusnya tidak ada. Tidak ada orang seperti ini dalam sejarah kita.”

Alina menyadari bahwa mereka mungkin tidak hanya berhadapan dengan perubahan kecil dalam sejarah, tetapi dengan seseorang yang telah mengendalikan jalannya peristiwa besar. Mereka tidak tahu siapa orang ini, tetapi satu hal yang pasti—ada tangan tersembunyi yang berusaha membentuk dunia sesuai dengan kehendak mereka.

Tim memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam, masuk ke dalam gedung tersebut. Di dalam, mereka menemukan ruang arsip yang penuh dengan dokumen-dokumen yang berisi detail mengenai Perjanjian Frankfurt, yang seharusnya tidak pernah terjadi. Itu adalah dokumen yang mengarah pada pengakuan sebuah negara baru yang tampaknya muncul begitu saja, mengklaim sebagian besar wilayah Eropa yang seharusnya telah dikuasai oleh sekutu setelah perang.

Namun, di saat mereka menggali lebih dalam, mereka mendengar langkah-langkah mendekat. Beberapa penjaga—atau lebih tepatnya, agen-agen yang tampaknya mengawasi gedung itu—berjalan ke arah mereka. Tanpa banyak pilihan, Alina memberi perintah kepada tim untuk mundur dan kembali ke kapsul waktu.

Namun, saat mereka keluar dari gedung, sesuatu yang lebih mengejutkan terjadi. Di tengah jalan utama, sebuah kendaraan besar dengan teknologi canggih, yang tidak seharusnya ada di tahun 1945, muncul. Kendaraan itu berhenti tepat di depan mereka. Dari dalam, seorang pria berpakaian rapi keluar dan menatap mereka dengan tatapan tajam. Matanya seolah-olah tahu lebih banyak daripada yang mereka inginkan.

“Kalian seharusnya tidak berada di sini,” kata pria itu dengan suara yang dalam dan tegas. “Terserah kalian bagaimana cara menjelaskan ketidakhadiran kalian, tapi kalian telah melihat terlalu banyak.”

Kejanggalan sejarah ini semakin mendalam. Tim mereka baru saja melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang tidak mereka kenal—sebuah dunia yang telah diubah oleh seseorang dengan kekuatan untuk memanipulasi waktu. Mereka hanya bisa berharap, sebelum semuanya terlambat, mereka dapat menemukan siapa yang berperan dalam perubahan besar ini dan apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan garis waktu mereka.

Dengan langkah cepat, Alina dan tim melarikan diri kembali ke kapsul waktu, sadar bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan tantangan yang lebih besar menanti di depan.*

Bab 3: Perang Waktu

Ketika kapsul waktu mereka melaju kembali ke dalam dimensi waktu, Alina merasa seolah-olah waktu itu sendiri sedang melawan mereka. Apa yang baru saja mereka temui di kota yang aneh dan penuh dengan kejanggalan sejarah itu adalah bukti nyata bahwa perjalanan waktu bukanlah perkara sederhana. Sesuatu atau seseorang dengan sengaja telah mengubah jalannya sejarah, dan mereka terjebak di dalam pusaran perubahan yang tidak mereka pahami sepenuhnya.

“Ini lebih rumit dari yang kita kira,” kata Daniel dengan suara serak, mencoba mengendalikan kegelisahannya. Mereka duduk dalam kapsul yang kembali berputar dengan kecepatan tinggi menuju titik waktu yang berbeda, lebih dalam ke dalam peristiwa yang membingungkan. “Jika ada yang mengubah sejarah, kita harus mencari tahu siapa yang melakukannya.”

Alina mengangguk pelan. Perasaannya berat. Mereka telah mengidentifikasi beberapa petunjuk, tetapi satu hal yang jelas: mereka tidak hanya berhadapan dengan perubahan kecil dalam sejarah, melainkan sebuah pertempuran besar yang melibatkan perjalanan waktu itu sendiri. Dan musuh mereka bukan hanya seseorang yang ingin mengubah sejarah demi keuntungan pribadi. Mereka kini berhadapan dengan organisasi yang jauh lebih besar, lebih terorganisir, yang sudah lama bersembunyi dalam bayang-bayang: Order of the Chrono.

“Order of the Chrono?” tanya Lia, sejarahwan tim, dengan suara yang penuh ketakutan. “Itu bukan sekadar kelompok. Itu adalah legenda, Alina. Ada desas-desus tentang kelompok rahasia yang dapat memanipulasi garis waktu. Tapi mereka hanya dianggap mitos.”

Daniel menatap layar holografik yang menampilkan data mereka, menganalisis apa yang telah mereka temui. “Mitos atau kenyataan, kita sudah berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Jika mereka bisa memodifikasi peristiwa besar dalam sejarah, kita mungkin tidak tahu apa yang mereka rencanakan selanjutnya. Setiap langkah kita ke depan bisa saja lebih berbahaya.”

Alina merasakan ketegangan di dalam dirinya. Mereka harus bertindak cepat, tetapi dengan setiap keputusan, risiko semakin besar. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Perjanjian Frankfurt itu,” kata Alina, memutuskan langkah mereka selanjutnya. “Itu kunci untuk memahami siapa yang ada di balik perubahan ini.”

Mereka merencanakan untuk kembali ke masa lalu—lebih tepatnya, mereka berencana untuk pergi ke tahun yang lebih dekat dengan awal berdirinya Order of the Chrono, yang menurut penelitian mereka, dimulai pada pertengahan abad ke-20. Mereka tahu bahwa untuk mengakhiri perang yang sedang mereka hadapi—perang yang melibatkan kontrol atas waktu—mereka harus mencari inti dari organisasi ini dan menghentikan mereka sebelum terlalu banyak kerusakan terjadi.

Setelah perhitungan yang cermat, mereka memutuskan untuk kembali ke tahun 1965, saat titik-titik kunci dalam perkembangan teknologi dan politik global membentuk awal dari sebuah era yang tidak tercatat dalam sejarah mereka. Sejarah baru yang dibuat oleh tangan yang tak terlihat, tangan yang mampu mengendalikan seluruh pergerakan waktu itu sendiri.

Ketika mereka mendarat di tahun 1965, dunia tampak lebih familiar, namun sesuatu dalam udara itu terasa salah. Kota di sekitarnya tampak damai, seperti dunia yang jauh lebih tenang daripada yang mereka harapkan. Namun, saat mereka berjalan lebih dalam ke pusat kota, mereka segera menyadari bahwa pergerakan mereka telah diawasi.

Seorang pria berpakaian gelap berdiri di sudut jalan. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, penuh perhitungan. Tidak ada ekspresi pada wajahnya, hanya tatapan yang mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendirian dalam pencarian ini.

“Mereka sudah tahu kita datang,” kata Daniel pelan, merasakan aura bahaya yang mengelilingi mereka.

Lia mengangguk. “Order of the Chrono. Mereka ada di sini.”

Dengan cepat, mereka bersembunyi di balik sebuah bangunan tua. Alina memimpin timnya dengan hati-hati, memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih dalam untuk mengungkap siapa yang ada di balik jaringan ini. Mereka tahu bahwa mereka berada di jalur yang benar, tetapi setiap langkah mereka semakin menegangkan.

Tiba-tiba, sebuah suara muncul di earpiece mereka. “Kalian terlalu lambat.”

Semua mata tertuju pada Alina, yang tampak terkejut mendengar suara itu. Mereka memeriksa sumber suara, dan dalam sekejap, mereka dikelilingi oleh sekelompok orang yang mengenakan pakaian gelap, dengan teknologi canggih yang sangat jauh melampaui teknologi yang mereka kenal. Orang-orang ini tidak tampak seperti tentara biasa. Mereka adalah agen waktu yang bertugas menjaga agar garis waktu tetap terkendali.

“Mereka tahu kita dari masa depan,” kata Agus, teknisi tim, yang terlihat cemas. “Dan kita jelas bukan tamu yang diinginkan.”

Alina mengambil napas panjang, mencoba mengendalikan ketegangan yang semakin menguasai tim. Mereka tidak bisa mundur sekarang. Mereka sudah terlalu jauh. “Siapapun kalian, kami tidak akan berhenti di sini.”

Seorang pria yang tampak lebih tua dari yang lainnya maju ke depan. Wajahnya dingin dan tegas. “Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan,” katanya dengan suara penuh kekuasaan. “Kami adalah penjaga sejarah. Kami yang menentukan nasib dunia, bukan kalian. Setiap upaya kalian untuk mengubah jalannya waktu akan membawa bencana yang jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan.”

Alina menatap pria itu dengan tajam. **”Kita tahu lebih dari yang kalian kira. Kita tahu siapa kalian. Order of the Chrono,” katanya dengan tegas, meskipun ada sedikit ketakutan yang menggerogoti hatinya. “Kami tidak akan membiarkan kalian bermain dengan nasib umat manusia.”

Perang waktu dimulai.

Tiba-tiba, sekelompok agen menyerang mereka dengan kecepatan yang luar biasa, menggunakan perangkat yang memungkinkan mereka untuk berpindah tempat dalam sekejap mata. Mereka tampaknya mampu mengendalikan waktu dengan cara yang tidak bisa dipahami oleh Alina dan tim. Setiap gerakan yang mereka buat terasa terlambat, seolah-olah musuh mereka selalu berada satu langkah di depan.

Lia dan Agus dengan sigap mengaktifkan alat pelindung mereka, mencoba mempertahankan posisi. Daniel berlari di samping Alina, yang berusaha tetap tenang meski tahu bahwa mereka berada dalam situasi yang sangat berbahaya.

“Kita harus keluar dari sini!” teriak Daniel. “Jika kita tertangkap, kita akan terjebak dalam garis waktu ini selamanya!”

Alina menoleh ke belakang, melihat agen-agen yang semakin mendekat. Mereka tidak punya banyak waktu. “Kita harus mencari cara untuk menghentikan mereka, atau kita akan hilang dalam sejarah,” kata Alina, suara tegas namun penuh kecemasan.

Akhirnya, dengan teknologi mereka yang terbatas dan musuh yang memiliki kendali penuh atas waktu, tim Alina tahu bahwa mereka hanya memiliki satu pilihan: melawan untuk bertahan hidup dan melawan musuh yang tampaknya lebih kuat dari apa yang bisa mereka bayangkan.

Perang waktu baru saja dimulai, dan belum ada yang tahu bagaimana atau kapan pertempuran ini akan berakhir.*

Bab 4: Jejak Masa Depan

Setelah pertempuran yang hampir mengakhiri perjalanan mereka di tahun 1965, Alina dan timnya melarikan diri dari tangan-tangan Order of the Chrono yang kini mengejar mereka dengan kejam. Mereka berhasil kembali ke kapsul waktu, namun perjalanan mereka semakin terasa seperti berputar di dalam lingkaran tak berujung. Begitu banyak perubahan yang mereka temui, begitu banyak tanda tanya yang menggelayuti pikiran mereka. Dan yang lebih mengkhawatirkan, rasa terancam dari musuh yang terus-menerus mengawasi mereka semakin terasa.

Setelah meninjau kembali situasi mereka, Alina memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Mereka tidak bisa hanya bertahan di masa lalu tanpa melakukan apa pun. Mereka harus mendapatkan informasi lebih banyak tentang apa yang akan terjadi di masa depan—tentang pertempuran besar ini, dan tentang siapa yang benar-benar mengendalikan Order of the Chrono. Mungkin hanya dengan melihat masa depan mereka bisa menemukan petunjuk untuk menghentikan organisasi itu sebelum semuanya terlambat.

“Jika kita kembali ke masa depan,” kata Alina sambil menatap layar di hadapan mereka, “kita bisa menemukan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Order of the Chrono. Kita bisa melihat seberapa besar mereka menguasai dunia ini.”

Daniel memandangnya dengan hati-hati. “Namun, kita harus ingat bahwa perjalanan waktu bukanlah jalan satu arah. Masa depan yang kita kunjungi mungkin sudah berbeda dari yang kita kenal. Kita bisa saja terjebak di dalamnya—terjebak dalam dunia yang sudah berubah sepenuhnya oleh tangan mereka.”

Agus, yang masih memeriksa sistem di kapsul, menambahkan, “Aku tidak tahu seberapa aman kita untuk kembali ke masa depan. Kita sudah mengubah cukup banyak hal dengan perjalanan kita ke masa lalu. Siapa tahu apa yang terjadi jika kita ke masa depan dan bertemu dengan jejak-jejak mereka yang lebih kuat.”

Alina menghela napas, menyadari risiko yang mereka hadapi. “Kita tidak punya pilihan, Agus. Kita harus mencari tahu lebih banyak. Jika kita tidak tahu siapa yang ada di balik Order of the Chrono, kita tidak bisa berharap untuk menghentikan mereka. Lagipula, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan kita kalau kita gagal.”

Lia, yang sebelumnya lebih cemas, kini menunjukkan ketenangan yang luar biasa. “Jika kita tidak berani melangkah, kita akan terjebak dalam ketidakpastian. Aku setuju dengan Alina. Kita harus melihat masa depan, dan melihat sejauh mana mereka telah memengaruhi sejarah kita.”

Dengan keputusan yang telah diambil, Alina segera mengaktifkan mesin waktu, menentukan titik tujuan mereka di tahun 2089. Tahun yang terhitung jauh di masa depan, sebuah tahun yang mereka anggap sebagai saat puncak dari segala perubahan besar. Mereka berharap dapat menemukan jejak-jejak perubahan yang ditinggalkan oleh Order of the Chrono.

Begitu kapsul meluncur melalui waktu, semua yang mereka kenal seakan menghilang. Dunia berputar dalam spektrum cahaya yang berubah warna, dan suara mesin itu berderak keras seperti mengingatkan mereka bahwa mereka sedang menembus dimensi yang tidak bisa dilihat atau dipahami sepenuhnya oleh pikiran manusia.

Saat akhirnya mereka mendarat di tahun 2089, mereka disambut oleh pemandangan yang tidak mereka duga. Mereka muncul di sebuah kota yang begitu maju, dengan gedung-gedung pencakar langit yang hampir tak terbayangkan bagi orang dari zaman mereka. Namun, meskipun futuristik, ada sesuatu yang mengganggu. Kota itu terlalu sunyi. Jalan-jalan yang luas terlihat kosong, seolah-olah peradaban maju ini telah mencapai titik jenuh.

Alina memandang keluar dari jendela kapsul. Tidak ada manusia yang tampak di jalanan. Semua kendaraan yang melintas tampak otomatis dan tidak ada tanda kehidupan manusia yang nyata. “Ini… berbeda dari apa yang aku bayangkan. Di mana semua orang?” gumamnya, bingung.

Lia membuka pemindai untuk mengumpulkan data, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang kota yang mereka hadapi. “Aku tidak bisa menemukan data yang jelas tentang kehidupan sosial di sini,” katanya. “Sepertinya, tidak ada aktivitas sosial yang berlangsung. Semua data yang ada justru mengarah ke satu hal: kontrol yang sangat ketat terhadap setiap aspek kehidupan.”

“Tentu saja,” kata Daniel dengan nada pesimis. “Jika Order of the Chrono benar-benar menguasai dunia ini, mereka pasti mengatur semuanya dengan tangan besi. Dunia yang terlihat damai ini mungkin sebenarnya adalah dunia yang terkendali sepenuhnya oleh mereka.”

Agus tampak cemas saat memeriksa layar, berusaha memahami data yang mereka terima. “Tidak hanya itu, mereka sepertinya sudah menguasai setiap lapisan pemerintahan di dunia ini. Sistem yang ada di sini adalah hasil dari kebijakan yang tidak transparan, dengan pemimpin yang hanya bisa dilihat dalam bentuk simbol atau representasi mesin yang dikendalikan.”

Alina mengerutkan kening. “Jadi kita ada di dalam dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh mereka. Dunia yang tidak kita kenal. Kita harus hati-hati.”

Mereka keluar dari kapsul, memulai perjalanan mereka di kota futuristik ini, mencoba menyelidiki lebih dalam. Tak lama setelah mereka melangkah keluar, sebuah suara mekanis terdengar dari atas, mengingatkan mereka akan pengawasan yang terus-menerus: “Pengunjung tidak terdaftar. Silakan kembali ke titik kontrol untuk pemeriksaan.”

Tiba-tiba, sekumpulan robot penjaga muncul dari berbagai penjuru kota. Mereka mengenakan pelindung tubuh yang canggih dan bergerak dengan kecepatan luar biasa. Meskipun Alina dan timnya sudah terlatih dalam menghadapi ancaman, kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan manusia—mereka berhadapan dengan pasukan otomatis yang tidak mengenal rasa takut.

“Sepertinya kita sudah dikenal di sini,” kata Daniel sambil menyiapkan alat pertahanan. “Kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka menutup semua jalur keluar.”

Namun, sebelum mereka bisa melarikan diri, sebuah suara lembut dan tenang mengalir melalui sistem komunikasi mereka. “Alina Siregar,” suara itu berkata, “kami tahu tujuan kalian. Kalian mencari kebenaran tentang Order of the Chrono, tetapi kalian akan menemui jalan buntu.”

Suara itu datang dari arah yang tidak mereka duga—dari sebuah gedung besar di pusat kota yang sepertinya dipenuhi dengan teknologi yang sangat canggih. Mereka bergegas menuju tempat itu, merasa bahwa di sana, jawaban atas semua pertanyaan mereka mungkin tersembunyi.

Saat mereka memasuki gedung, mereka disambut oleh sistem kecerdasan buatan yang mengendalikan seluruh ruang. Layar holografik di sekeliling mereka menampilkan gambaran dunia yang sangat berbeda—dunia yang sudah diubah oleh tangan-tangan yang mengendalikan waktu. “Masa depan telah ditulis,” kata suara itu. “Semua yang terjadi, sudah direncanakan.”

Di ruang yang gelap, tampak bayangan seorang pria yang berdiri di tengah layar besar. Wajahnya tidak tampak jelas, namun ada sesuatu yang sangat mengganggu dalam sikapnya—sebuah perasaan bahwa mereka baru saja memasuki pusat kekuatan yang luar biasa besar, yang mampu mengendalikan lebih dari sekadar waktu. Mereka telah memasuki dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Order of the Chrono, dan pertanyaan mereka kini terjawab: bahwa dunia yang mereka kenal sudah tidak lagi ada. Semua telah digantikan oleh sesuatu yang lebih kuat, lebih mengerikan.

Di sinilah mereka harus bertempur, bukan hanya untuk mengubah masa lalu, tetapi untuk merebut kembali masa depan mereka.*

Bab 5: Paradox yang Menghancurkan

Ketika Alina dan timnya melangkah lebih dalam ke dalam gedung pusat pengendalian yang canggih, rasa cemas semakin menyelimuti mereka. Tidak hanya karena mereka berada di dalam markas Order of the Chrono, tetapi juga karena perasaan yang lebih dalam: bahwa dunia yang mereka kenal telah berubah menjadi sesuatu yang tak terbayangkan. Mereka telah memasuki dunia yang terkontrol, sebuah dunia yang berada di bawah kendali mereka—sebuah dunia yang seolah-olah tidak memiliki ruang bagi kebebasan atau ketidakpastian.

Suara yang terdengar dari sistem kecerdasan buatan yang menyambut mereka semakin jelas. “Kalian berada di dalam dunia yang telah diatur oleh tangan yang lebih besar daripada yang kalian bayangkan,” katanya dengan nada yang sangat tenang namun penuh kekuatan. “Semua perubahan yang kalian lakukan, setiap langkah yang kalian ambil, telah dihitung dan direncanakan. Kalian adalah bagian dari suatu desain yang tak terhindarkan.”

Alina merasa darahnya berdesir. Apa yang mereka hadapi bukan hanya sekumpulan orang yang ingin mengubah sejarah, melainkan sebuah entitas yang mampu mengontrol seluruh pergerakan waktu, memanipulasi takdir, dan mengatur masa depan sesuai dengan kehendak mereka. “Kalian tidak bisa mengendalikan semuanya,” kata Alina dengan tegas. “Setiap tindakan kalian hanya akan memperburuk keadaan.”

Suara itu kembali terdengar, lebih berat, lebih mengancam. “Kami tidak mengendalikan apa pun. Kami hanya menjalankan takdir. Segala sesuatu yang kalian sebut ‘paradoks’ adalah bagian dari proses alami yang terjadi ketika sejarah harus kembali ke jalurnya. Kalian telah membuktikan bahwa kalian tidak mengerti konsep waktu yang sesungguhnya.”

Daniel yang berdiri di samping Alina memiringkan kepalanya, seolah mencari-cari petunjuk. “Paradox? Apa yang dimaksud dengan itu? Kami telah melihat perubahan besar dalam sejarah. Jika kalian mengatakan semuanya sudah direncanakan, apakah ini bagian dari takdir yang kalian ciptakan?”

Suara itu tidak segera menjawab, tetapi sebuah gambar holografik muncul di tengah ruang, menampilkan gambaran dunia yang telah rusak akibat perubahan waktu yang tidak terkontrol. “Apa yang kalian anggap sebagai perubahan adalah akibat dari gangguan yang tidak seharusnya terjadi,” kata suara itu. “Kami, Order of the Chrono, adalah penjaga keseimbangan. Tanpa kami, dunia kalian akan runtuh, dan semua yang kalian anggap benar akan hancur.”

Alina merasa tenggorokannya tercekat. Dunia yang mereka kenal telah berubah, namun perubahan itu bukan hanya sekadar distorsi sejarah. Itu adalah sebuah paradoks—sebuah kenyataan yang menciptakan kekacauan yang lebih besar, sebuah kehancuran yang tidak mereka harapkan. “Jadi, kalian mengubah sejarah demi mencegah kehancuran? Tapi apa yang sebenarnya kalian jaga? Apa yang benar-benar terjadi jika kita gagal?”

Suara itu terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Apa yang terjadi adalah konsekuensi dari tindakan manusia yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa waktu adalah entitas yang tidak dapat dikendalikan. Setiap perjalanan waktu, setiap perubahan yang kalian lakukan, menciptakan ledakan temporal yang semakin membesar. Tanpa pengendalian, realitas akan berakhir dalam kehancuran total.”

Seketika, layar holografik itu berubah, menampilkan gambaran dunia yang hancur—sebuah kota yang terbakar, laut yang meluap, dan langit yang dipenuhi dengan petir yang mengerikan. “Apa yang kalian lihat ini adalah hasil dari ketidakteraturan waktu. Setiap perubahan yang tidak terkontrol menciptakan efek domino yang menghancurkan segala sesuatu, termasuk masa depan kalian.”

Alina menggigit bibirnya, berusaha mencerna apa yang baru saja mereka lihat. Mereka telah berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar daripada apa yang mereka bayangkan. Bukan hanya sejarah yang mereka ubah, tetapi juga waktu itu sendiri. Setiap tindakan yang mereka lakukan, setiap perjalanan yang mereka lakukan, menciptakan paradoks—sebuah ketidakseimbangan yang semakin memperburuk keadaan. Dan kini, mereka berada di titik yang sangat berbahaya.

Lia, yang telah memeriksa data dari perangkatnya, mengangkat kepalanya dengan ekspresi khawatir. “Jika apa yang dikatakan oleh Order of the Chrono itu benar, maka kita telah menciptakan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Jika waktu mulai terganggu lebih jauh, kita bisa saja menciptakan kehancuran yang tak terhindarkan.”

Agus, yang tampaknya telah berusaha mencari cara untuk mengakses sistem pengendalian dunia ini, menatap layar dengan intens. “Jadi, jika kita terus berusaha mengubah sejarah, kita malah memperburuk keadaan. Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan ini?”

Alina menghela napas panjang. “Kita tidak bisa hanya berhenti begitu saja. Jika kita berhenti, Order of the Chrono akan menang, dan dunia ini akan tetap berada di bawah kendali mereka. Kita harus menemukan cara untuk memulihkan keseimbangan tanpa menciptakan lebih banyak kerusakan.”

“Jadi, kita harus memulihkan garis waktu ke jalur yang benar, tetapi tanpa membuat paradoks yang lebih besar,” kata Daniel. “Tapi bagaimana caranya? Jika kita melakukan perjalanan lebih jauh ke masa lalu, kita mungkin hanya akan memperburuk keadaan.”

“Itulah paradoksnya,” ujar Alina dengan suara yang lebih rendah. “Waktu itu sendiri, dalam banyak hal, adalah entitas yang rapuh. Kita bisa memperbaikinya dengan satu langkah, namun menghancurkannya dengan langkah berikutnya. Apa yang kita lakukan bisa mengarah pada kehancuran atau menyelamatkan semuanya. Itu yang disebut paradoks yang menghancurkan.”

Lia tampak merenung, matanya yang tajam memandang dunia yang terbentang di depan mereka. “Apa yang akan terjadi jika kita mencoba mengembalikan garis waktu tanpa intervensi lebih lanjut? Jika kita mengembalikannya pada titik yang lebih aman, apakah itu akan cukup?”

Agus mengangguk. “Mungkin kita harus mencari titik stabil—sebuah titik di mana perubahan yang kita buat bisa mencegah kehancuran tanpa menambah paradoks. Tapi di mana itu?”

“Titik stabil,” gumam Alina, merenung. “Mungkin itu bukan hanya soal menghentikan Order of the Chrono. Mungkin kita juga harus menemukan cara untuk mengembalikan keseimbangan yang telah terganggu oleh perjalanan kita.”

Sebuah ide muncul di benaknya. “Titik keseimbangan,” katanya dengan suara yakin. “Jika kita dapat menemukan titik di mana perubahan-perubahan ini belum terjadi, kita mungkin bisa menstabilkan waktu tanpa harus mengubah terlalu banyak hal. Tapi itu berarti kita harus melangkah lebih dalam ke masa depan dan mencari titik yang paling vital—di mana semua garis waktu yang bercabang mulai bertemu. Itu mungkin adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran yang lebih besar.”

Lia mengangguk dengan penuh pemahaman. “Kita harus mencari titik itu, titik yang bisa menyelamatkan semua orang, tetapi dengan risiko kehilangan segalanya jika kita gagal.”

Tim mereka kini menyadari bahwa apa yang mereka hadapi bukan hanya sebuah perjalanan—ini adalah perang yang lebih besar. Perang untuk melawan paradoks waktu itu sendiri. Setiap keputusan yang mereka buat kini tidak hanya akan memengaruhi sejarah, tetapi juga masa depan. Mereka harus menemukan keseimbangan dalam dunia yang telah rusak, berjuang untuk memastikan bahwa langkah-langkah mereka tidak akan menjadi titik yang mengakhiri segalanya.

Namun, waktu semakin habis. Mereka tahu bahwa Order of the Chrono tidak akan berhenti. Mereka harus bergerak cepat, melangkah ke titik yang paling vital dalam sejarah, dan menghadapi paradoks yang menghancurkan. Jika mereka gagal, tidak hanya masa depan mereka yang akan hilang, tetapi seluruh dunia yang mereka kenal.*

Bab 6: Perubahan Tak Terelakkan

Kedalaman ruang temporal yang mereka jelajahi kini terasa semakin tak terkendali. Setelah berhadapan dengan kenyataan pahit bahwa Order of the Chrono memiliki kendali penuh atas waktu dan sejarah, Alina dan timnya tidak bisa menunda lagi langkah besar mereka. Mereka telah berada dalam perang waktu yang lebih besar daripada yang mereka bayangkan, dan setiap detik yang berlalu, dunia yang mereka kenal semakin jauh dari jangkauan mereka.

Pagi itu, mereka berada di dalam ruang pengendalian yang kini terhubung dengan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah berikutnya. Kapsul waktu mereka bergetar perlahan seiring perhitungannya yang semakin mendalam. Mereka telah memutuskan untuk mengarungi kembali perjalanan ke titik yang lebih dalam di masa depan—ke tahun 2150, saat garis waktu mereka mulai terdistorsi secara parah, saat perubahan-perubahan yang mereka buat mulai mengarah pada sebuah kesimpulan yang tak terelakkan. Mereka harus menemukan cara untuk menstabilkan kembali dunia yang nyaris hilang dari tangan mereka.

“Jika kita pergi ke tahun 2150,” kata Alina dengan wajah serius, “maka kita akan melihat dunia yang sepenuhnya berbeda—dunia yang telah dihancurkan oleh tangan Order of the Chrono. Kita mungkin akan menghadapi kenyataan yang bahkan lebih kelam daripada yang kita bayangkan.”

Daniel berdiri di sebelahnya, matanya menunjukkan keseriusan yang sama. “Kita sudah tahu mereka mengendalikan segalanya. Tapi aku masih tidak paham apa yang mereka inginkan dari kita. Mereka menginginkan keseimbangan waktu, tapi kenapa mereka tidak menginginkan kita ikut campur?”

“Karena kita adalah gangguan,” kata Lia, memeriksa data yang ada di layar. “Setiap jejak yang kita tinggalkan di sejarah menciptakan perubahan yang tak mereka inginkan. Mereka adalah penjaga garis waktu, dan kita adalah anomali yang harus dihentikan. Jika kita terus berusaha mengubahnya, mereka mungkin akan menghapus kita dari seluruh waktu.”

Alina memejamkan mata sejenak, merasakan berat tanggung jawab yang harus mereka pikul. Mereka telah sampai pada titik yang tak bisa mundur. “Apa yang kita lakukan sekarang bukan hanya tentang sejarah atau masa depan. Ini tentang memastikan dunia ini tetap ada—bahwa segala sesuatu yang kita perjuangkan tidak akan terhapus oleh tangan-tangan mereka.”

“Perubahan itu tak terelakkan,” kata Agus pelan, mengarah ke layar holografik yang menampilkan gambar masa depan yang buram. “Apa yang telah kita buat, segala upaya kita, mungkin sudah merubah garis waktu secara permanen. Dunia ini—dunia yang kita kenal—mungkin tak akan pernah sama lagi.”

Namun, meskipun mereka berbicara dengan kesadaran penuh tentang dampak perjalanan waktu mereka, mereka tidak punya pilihan selain maju. Kapsul waktu meluncur ke dalam dimensi yang lebih gelap, dan mereka merasakan tarikan kuat dari medan waktu yang semakin kacau. Saat akhirnya mereka mendarat di tahun 2150, pemandangan yang mereka hadapi jauh lebih buruk daripada yang mereka bayangkan.

Dunia itu hancur. Jalan-jalan yang dulu ramai kini tampak kosong dan rusak, dengan gedung-gedung yang roboh dan reruntuhan di mana-mana. Tanah yang dulunya subur sekarang tampak tandus, dan langit yang selalu cerah kini diselimuti oleh awan tebal yang mengancam. Suasana mencekam ini seolah mengisyaratkan bahwa masa depan yang mereka kenal telah terhapus oleh perubahan yang tak terkendali.

“Ini… lebih buruk daripada yang aku bayangkan,” kata Lia, suaranya hampir berbisik, takut untuk berbicara keras. “Apa yang terjadi di sini? Dunia ini seakan tidak memiliki kehidupan lagi.”

Alina mengangkat pandangannya ke langit yang gelap. “Ini adalah akibat dari perubahan yang telah kita buat. Setiap tindakan kita berkontribusi pada kekacauan ini—dan jika kita tidak berhati-hati, dunia ini akan hilang selamanya.”

Mereka melangkah keluar dari kapsul waktu, disambut oleh hening yang mencekam. Tidak ada suara apapun—hanya desahan angin yang menerpa puing-puing kota. Namun, saat mereka mulai berjalan, sebuah gerakan kecil menarik perhatian mereka. Di antara puing-puing itu, sebuah sosok tampak bergerak perlahan menuju mereka.

Seorang pria, mengenakan pakaian compang-camping, muncul dari balik reruntuhan. Wajahnya terlihat lelah, namun matanya memancarkan kebijaksanaan yang dalam. “Kalian… datang dari masa lalu, bukan?” Suaranya serak, penuh kelelahan.

Alina terkejut, namun ia tetap mencoba menjaga ketenangannya. “Ya, kami berasal dari masa yang lebih awal. Kami mencoba mencari tahu apa yang terjadi di sini. Apa yang terjadi dengan dunia ini? Apa yang menyebabkan kehancuran ini?”

Pria itu menghela napas panjang, menatap mereka dengan pandangan yang penuh makna. “Dunia kalian telah berubah. Tidak hanya oleh tangan Order of the Chrono, tetapi juga oleh kalian sendiri. Perjalanan waktu kalian telah menciptakan distorsi yang tidak bisa diubah lagi. Kehancuran ini—ini adalah hasil dari langkah-langkah yang kalian ambil, dan tidak ada yang bisa mengembalikannya seperti semula.”

Mata Alina membelalak. “Kami tidak bermaksud… Kami tidak tahu bahwa perjalanan kami akan menciptakan kerusakan sebesar ini. Kami hanya mencoba memperbaiki sejarah. Mungkin kami… kami telah melangkah terlalu jauh?”

“Ya,” jawab pria itu dengan ketegasan yang luar biasa. “Kalian sudah terlalu jauh. Perubahan yang kalian buat adalah bagian dari takdir yang harus diterima. Order of the Chrono memanipulasi waktu untuk menjaga agar garis temporal tetap stabil, tetapi kalian… kalian telah membuka jalan untuk sebuah paradoks yang lebih besar. Kalian adalah bagian dari perubahan yang tak terelakkan, dan sekarang, tak ada yang bisa menghentikan kehancuran yang telah dimulai.”

Daniel tampak bingung. “Tapi kami tidak bisa hanya membiarkan ini begitu saja! Jika dunia ini hancur, apakah ada cara untuk memperbaikinya?”

Pria itu menatap mereka dengan tatapan yang sangat dalam. “Kalian ingin memperbaiki semuanya, tetapi tidak ada jalan mundur lagi. Setiap langkah yang kalian ambil, setiap perubahan yang kalian buat, telah menciptakan sesuatu yang baru. Dunia ini sudah berbeda, dan bahkan jika kalian mencoba memperbaiki garis waktu, kalian akan menciptakan perubahan baru yang tak terhitung banyaknya.”

Agus menundukkan kepalanya, meresapi kata-kata itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah kita hanya menyerah pada kenyataan ini?”

“Menyerah bukan solusi,” kata pria itu. “Tapi kalian harus menerima kenyataan bahwa perubahan besar ini—perubahan yang kalian ciptakan—tak terelakkan. Kalian tidak bisa kembali ke dunia yang kalian kenal, karena dunia itu sudah hancur. Apa yang kalian lakukan selanjutnya adalah menerima kenyataan bahwa ada hal-hal yang tak dapat diubah. Yang bisa kalian lakukan sekarang adalah menentukan bagaimana kalian akan hidup di dunia baru ini, dunia yang telah diciptakan oleh pilihan-pilihan kalian.”

Alina merasa hatinya dipenuhi dengan kebingungan dan keputusasaan. Apa yang mereka hadapi adalah kenyataan yang tak terhindarkan: bahwa mereka telah menciptakan dunia baru yang penuh dengan ketidakpastian. Meskipun niat mereka baik, mereka tidak dapat menghindari perubahan besar yang telah mereka sebabkan. Dunia ini—dunia yang mereka perjuangkan—telah bertransformasi menjadi sesuatu yang jauh lebih rumit, dan kini, mereka harus menemukan jalan untuk bertahan hidup dalam ketidakpastian yang mereka ciptakan.

“Perubahan itu tak terelakkan,” kata Alina dengan suara pelan, namun penuh tekad. “Tapi kita tidak akan menyerah. Kita akan mencari cara untuk bertahan, untuk membangun dunia baru yang lebih baik, meskipun itu berarti harus berjuang lebih keras dari sebelumnya.”

Dengan semangat baru, mereka melangkah maju. Dunia yang mereka kenal mungkin telah hancur, namun mereka masih memiliki harapan. Perjalanan mereka belum berakhir.*

Bab 7: Kembali ke Masa Lalu

Tahun 2150 bukanlah tempat yang bisa mereka sebut rumah. Dunia yang mereka hadapi kini hanyalah bayangan dari dunia yang pernah ada. Bangunan runtuh, lahan tandus, dan langit yang suram seolah mengingatkan mereka bahwa tak ada lagi yang sama setelah mereka berinteraksi dengan waktu. Setiap detik yang berlalu semakin memperburuk keadaan. Keesokan harinya, Alina dan timnya merasa beban yang jauh lebih berat menekan hati mereka—bahwa dunia yang mereka coba selamatkan ternyata telah melampaui batas perbaikan.

Namun, perasaan putus asa tidak menyelimuti mereka untuk lama. Mereka tahu bahwa meskipun dunia ini rusak, mereka masih memiliki kesempatan. Order of the Chrono tidak bisa sepenuhnya mengontrol waktu, mereka tahu itu. Kekuatan mereka mungkin besar, tetapi ada titik-titik lemah yang harus mereka temukan dan manfaatkan. Jika mereka ingin mengubah garis waktu yang telah terdistorsi, mereka harus kembali ke masa lalu.

“Jika kita ingin memperbaiki semuanya, kita harus kembali ke titik awal,” kata Alina, memecah keheningan yang menghantui kelompok mereka. “Ke titik ketika Order of the Chrono pertama kali mulai menciptakan distorsi. Kita harus menghentikan mereka sebelum semuanya berubah tak terkontrol.”

Daniel mengangguk dengan wajah serius. “Tapi bagaimana kita tahu di mana titik itu? Bagaimana kita bisa memastikan kita tidak akan menciptakan paradoks baru dengan kembali ke masa lalu?”

“Karena kita tahu apa yang kita hadapi sekarang,” jawab Agus, menatap layar holografik yang masih menunjukkan peta temporal dunia mereka yang rusak. “Kami tahu apa yang bisa kita lakukan. Jika kita bisa mengubah satu momen kunci, kita bisa menghentikan kekacauan ini. Tapi kita harus kembali tepat ke titik itu—ke saat Order of the Chrono memulai intervensi pertama mereka.”

Lia berjalan ke depan, memperhatikan perangkat temporal yang ada. “Tapi kita juga harus hati-hati. Jika kita melangkah terlalu jauh ke masa lalu, kita bisa memperburuk segalanya. Kita harus kembali ke titik yang sangat spesifik, atau kita akan kembali lagi ke dunia yang hancur seperti ini.”

Alina merasakan beban berat di pundaknya. Jika mereka kembali ke masa lalu, mereka harus berhadapan dengan kenyataan bahwa setiap perubahan yang mereka buat bisa mengarah pada kekacauan yang lebih besar. Namun, mereka tidak memiliki banyak pilihan. Dunia mereka sudah terancam—dan ini adalah satu-satunya cara untuk menghindari kehancuran total.

“Baiklah,” kata Alina, matanya penuh tekad. “Kita akan kembali. Tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati. Jangan ada yang membuat keputusan tanpa berpikir panjang. Kita kembali ke tahun 2025, saat semuanya dimulai—di titik di mana Order of the Chrono mulai mengubah sejarah untuk pertama kalinya.”

Setelah mempersiapkan diri, mereka mengaktifkan kapsul waktu, dan sekali lagi, mereka meluncur melalui lorong temporal yang tak terlihat. Sensasi yang mereka rasakan kali ini sangat berbeda—sebuah perasaan melayang yang membuat perut mereka terasa mual, seolah mereka melompati dimensi yang begitu padat dan rumit. Setiap detik yang berlalu seakan membawa mereka lebih jauh ke dalam masa lalu, ke dunia yang sudah tidak mereka kenal lagi.

Saat kapsul mendarat, mereka disambut oleh dunia yang jauh lebih tenang—meskipun begitu, ada rasa tidak nyaman yang menyelimuti mereka. Tahun 2025, di permukaan, tampaknya masih seperti dunia yang mereka kenal. Kota-kota masih beroperasi dengan normal, orang-orang tampak menjalani hidup mereka sehari-hari. Namun, ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang tak terlihat oleh mata biasa, tetapi dapat dirasakan oleh mereka yang telah menyaksikan perubahan besar ini.

“Ini… bukan dunia yang kita tinggalkan,” kata Daniel sambil menatap sekeliling dengan hati-hati. “Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak kita pahami.”

Alina mengangguk. “Itu karena Order of the Chrono sudah mulai bekerja di sini. Mereka telah mulai menyusup ke dalam sistem, memanipulasi masa depan tanpa kita sadari. Ini bukan hanya tentang perjalanan waktu. Ini tentang bagaimana mereka memanfaatkan kekuatan temporal untuk mengubah sejarah dan masa depan.”

Mereka bergerak cepat, menyusuri jalanan kota yang tampak biasa-biasa saja. Namun, rasa cemas mulai menyelimuti mereka. Setiap orang yang mereka temui tampak seperti bagian dari sebuah sistem yang lebih besar—sebuah sistem yang telah dibangun oleh Order of the Chrono. Semua interaksi mereka terasa mekanis, seolah tidak ada lagi kebebasan sejati di dalam dunia ini. Alina merasa bahwa meskipun dunia ini masih tampak normal, ia tahu bahwa mereka sudah terlambat. Mereka sudah terlambat untuk menghentikan perubahan besar yang sedang terjadi.

“Ke mana kita harus pergi?” tanya Agus, membuka peta holografik dan mencari tahu lokasi yang bisa membawa mereka lebih dekat ke Order of the Chrono.

Lia berhenti sejenak, menatap sebuah gedung besar di ujung jalan. “Ada sesuatu yang aneh di sana. Sebuah pusat penelitian atau semacamnya. Mungkin mereka ada di sana. Itu bisa jadi tempat mereka pertama kali memulai eksperimen dengan waktu.”

Mereka menuju gedung itu dengan hati-hati, menyusuri lorong-lorong gelap yang mengarah ke bagian dalam. Begitu mereka tiba, mereka disambut dengan teknologi yang sangat canggih—mesin-mesin yang tampaknya telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namun, semuanya terasa terkendali oleh Order of the Chrono. Sistem komputer yang terhubung, tampaknya mengontrol setiap aspek kehidupan manusia.

“Semuanya terkendali di sini,” kata Lia, memeriksa alat yang terpasang pada dinding. “Mereka telah memanipulasi setiap aliran informasi. Semua data mengarah ke satu titik.”

Di tengah ruangan, sebuah layar besar menampilkan gambar mereka—seolah-olah mereka sudah dilacak sejak pertama kali datang ke tahun 2025. “Mereka tahu kita ada di sini,” kata Alina, menatap layar dengan mata yang tajam. “Kita sudah terlambat. Mereka sudah mengantisipasi langkah kita.”

Tiba-tiba, sebuah suara berat terdengar dari speaker, membuat seluruh tubuh mereka menegang. “Kalian pikir bisa mengubah apa yang telah terjadi? Setiap langkah kalian telah dihitung, dan tidak ada yang bisa menghentikan kami.”

Alina menatap ke sekeliling dengan tegas. “Kami tidak akan menyerah. Kami akan mengubah waktu ini, meskipun kalian sudah merencanakannya.”

Suara itu terdengar lebih mengancam. “Waktu bukan sesuatu yang bisa diubah sesuka hati. Setiap perubahan yang kalian buat akan menciptakan kehancuran yang lebih besar. Apa yang kalian lakukan sekarang hanya akan memperburuk keadaan.”

Alina menatap kelompoknya. “Kita harus mencari inti dari perubahan ini—dan menghentikan mereka sebelum semuanya terlambat. Kita tidak bisa mundur.”

Dengan langkah pasti, mereka mulai merencanakan langkah mereka berikutnya. Kembali ke masa lalu bukanlah keputusan yang mudah, tetapi mereka tahu ini adalah langkah yang harus diambil untuk memperbaiki kerusakan yang sudah mereka buat. Dunia yang mereka kenal mungkin telah berubah selamanya, tetapi jika mereka tidak bertindak, mereka akan kehilangan segala sesuatu yang mereka perjuangkan.*

Bab 8: Titik Keseimbangan

Langit kota 2025 tampak lebih cerah dari yang mereka harapkan, tetapi ketenangan itu terasa seperti kepura-puraan. Di balik wajah dunia yang tampak utuh, Alina dan timnya merasa ada yang sangat salah. Order of the Chrono telah menebar benih-benih kekuatan mereka di balik setiap peristiwa besar yang terjadi, merangkai dunia ini dengan benang tak terlihat yang tak bisa dihentikan begitu saja. Mereka sudah terlalu dalam terjerat dalam jaringan waktu yang telah rusak.

Setelah tiba di pusat komando yang mereka tuju, ruangan itu ternyata tidak seperti yang mereka bayangkan. Mesin yang ada di dalamnya tidak hanya canggih, tapi juga penuh dengan teknologi yang lebih maju daripada zaman yang mereka kenal. Tampaknya, Order of the Chrono sudah menyiapkan sebuah sistem untuk memastikan bahwa waktu tetap berada dalam pengawasan mereka, meminimalkan segala ketidakpastian, dan menjaga segalanya tetap berada di jalur yang mereka tentukan.

Alina menghela napas dalam-dalam saat mereka memasuki ruang kontrol yang gelap. Di tengah ruangan besar itu, sebuah layar holografik memancarkan peta temporal yang menakjubkan, menunjukkan berbagai perubahan waktu yang terjadi, seperti sebuah aliran sungai yang mengalir melalui banyak dimensi dan periode sejarah. Setiap perubahan yang mereka buat—setiap langkah yang mereka ambil—terlihat dengan jelas di peta itu. Semua tindakan mereka tercatat, seolah-olah mereka sudah menjadi bagian dari sistem yang lebih besar, sistem yang tidak bisa dihentikan.

“Ini adalah titik keseimbangan,” kata Alina pelan, mengamati layar dengan serius. “Di sinilah segalanya terhubung. Apa yang kita ubah di masa lalu akan menciptakan efek riak yang bisa mengubah masa depan. Tetapi kalau kita tidak bertindak sekarang, semuanya akan tetap terjerat dalam lingkaran ini.”

Daniel berdiri di sampingnya, matanya tertuju pada peta yang menunjukkan beberapa titik yang bersinar terang. “Jadi, kita benar-benar berada di pusat dari semua perubahan ini. Apa yang kita lakukan selanjutnya akan menentukan apakah dunia kita akan kembali ke jalurnya, atau malah terperosok lebih dalam ke dalam kekacauan.”

Lia, yang sedang memeriksa sistem yang ada, mengangguk. “Peta ini menunjukkan titik-titik yang sangat penting dalam sejarah. Setiap titik yang bersinar adalah sebuah peristiwa besar yang telah kita ubah. Setiap perubahan yang kita buat, seiring berjalannya waktu, telah menciptakan ketidakseimbangan ini. Jika kita tidak dapat menemukan titik keseimbangan, semuanya akan berakhir dengan kehancuran total.”

Agus menatap layar dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Lalu, bagaimana kita menemukannya? Bagaimana kita bisa tahu titik mana yang benar-benar dapat membawa kita kembali ke jalur yang benar?”

Alina mengalihkan pandangannya dari layar ke teman-temannya, matanya penuh tekad. “Kita harus mencari titik di mana segala perubahan ini bisa dipulihkan. Titik yang tidak akan menciptakan paradoks baru, tetapi memberikan kita kesempatan untuk menstabilkan semuanya. Kita tidak bisa kembali ke dunia yang kita kenal sebelumnya. Tapi kita bisa memastikan dunia yang baru ini tetap seimbang.”

Setelah beberapa saat merenung, Lia akhirnya menemukan titik yang paling mencolok di layar. “Ini… ini adalah titik kritis. Jika kita bisa kembali ke sini dan mencegah perubahan pertama yang dibuat oleh Order of the Chrono, kita bisa menghentikan semua distorsi yang terjadi. Ini adalah saat yang menentukan, saat pertama kali mereka mengintervensi sejarah untuk mengubah jalannya peristiwa besar.”

“Tapi,” Daniel menyela, “mencegah perubahan pertama berarti kita harus menghadapi Order of the Chrono secara langsung. Mereka tidak akan membiarkan kita begitu saja mengubah jalannya sejarah.”

“Betul,” jawab Alina dengan nada tegas. “Tapi kita sudah tidak punya banyak pilihan. Jika kita terus menunda, kita hanya akan membuat semuanya lebih buruk. Waktu sudah cukup rusak. Ini adalah kesempatan terakhir kita untuk mengembalikan keseimbangan.”

Tim itu tahu bahwa mereka tidak bisa mundur lagi. Mereka harus melangkah ke masa lalu dan menghadapi Order of the Chrono di titik pertama mereka mengubah garis waktu. Ini adalah perjalanan yang penuh risiko, dan mereka mungkin tidak akan kembali lagi ke dunia yang mereka kenal, namun mereka harus melakukannya. Tidak ada pilihan lain.

Setelah mempersiapkan segala hal, mereka memasukkan koordinat ke dalam kapsul waktu mereka. Dengan perasaan campur aduk antara kekhawatiran dan harapan, mereka meluncur kembali melalui lorong temporal menuju titik keseimbangan yang telah mereka identifikasi. Setiap detik dalam perjalanan itu terasa seperti petualangan yang tak terduga—mereka melintasi ruang dan waktu yang semakin tak menentu.

Begitu kapsul mendarat di tahun 2025, mereka tiba di sebuah tempat yang tampaknya biasa. Namun, ada perasaan tak nyaman yang terus menggelayuti mereka. Dunia ini terlihat normal—terlalu normal, bahkan—dan itu terasa tidak wajar. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi di balik permukaan dunia ini.

Mereka bergerak hati-hati menuju lokasi yang telah mereka tentukan. Tempat itu adalah gedung besar yang terlihat seperti pusat riset rahasia. Mereka tahu bahwa Order of the Chrono telah memulai manipulasi waktu mereka di tempat ini, dan jika mereka ingin berhasil, mereka harus menghentikan perubahan pertama yang dimulai di sini.

Masuk ke dalam gedung itu, mereka menemukan lab yang sangat canggih. Di tengah-tengah ruangan, sebuah mesin besar berdiri dengan anggun—mesin yang tampaknya dirancang untuk merubah struktur waktu itu sendiri. Di sekelilingnya, ada layar-layar yang menampilkan berbagai data dan peristiwa yang terjadi di berbagai titik dalam sejarah. Ini adalah inti dari Order of the Chrono.

“Ini dia,” kata Alina, menatap mesin itu dengan tajam. “Ini adalah tempat di mana semuanya dimulai. Jika kita menghancurkan mesin ini, kita bisa menghentikan mereka.”

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, sebuah suara berat menggelegar di seluruh ruangan, menggema dengan kekuatan yang tidak bisa diabaikan. “Kalian pikir bisa mengubah takdir? Tidak ada yang bisa menghentikan kami. Kalian sudah berada di titik yang tak bisa lagi diubah.”

Di balik bayang-bayang gelap, sosok-sosok mulai muncul. Mereka adalah anggota Order of the Chrono, yang tampaknya sudah menunggu kedatangan mereka. Mereka mengenakan pakaian yang begitu rapi, seolah-olah mereka adalah penjaga waktu itu sendiri. “Kalian sudah terlambat,” kata salah satu dari mereka dengan suara dingin. “Segala perubahan yang kalian buat akan mengarah pada kehancuran yang lebih besar.”

Alina melangkah maju dengan penuh tekad. “Tidak! Kami tidak akan membiarkan kalian merusak dunia ini lebih jauh. Kami akan mengembalikan keseimbangan—meskipun itu berarti kami harus menghancurkan sistem kalian.”

Pertempuran antara mereka dan Order of the Chrono dimulai dengan intensitas yang luar biasa. Setiap gerakan, setiap pergerakan waktu yang mereka lakukan terasa sangat berat, seolah dunia itu sendiri melawan mereka. Namun, mereka terus bertahan. Mereka tahu bahwa mereka berada di titik kritis. Jika mereka gagal, dunia ini—dan segala sesuatu yang mereka kenal—akan lenyap.

Akhirnya, setelah pertempuran yang panjang, mereka berhasil menghancurkan mesin yang memanipulasi waktu tersebut. Mesin itu meledak dengan cahaya yang sangat terang, memancarkan energi yang mengalir ke seluruh ruangan, dan menciptakan gelombang kejut yang menggetarkan ruang dan waktu itu sendiri.

“Ini adalah titik keseimbangan,” kata Alina dengan napas terengah-engah, tetapi dengan senyum penuh harapan. “Kita telah melakukannya. Dunia ini akan kembali ke jalurnya.”

Namun, mereka tahu bahwa meskipun mereka telah berhasil menghentikan perubahan besar itu, takdir yang telah mereka ubah mungkin akan terus mengejar mereka. Tetapi untuk pertama kalinya, mereka merasa ada secercah harapan bahwa mereka bisa membangun dunia baru yang lebih baik. Dunia yang penuh dengan kemungkinan. Dunia yang seimbang.*

Bab 9: Akhir dari Jejak Waktu

Saat mesin itu meledak, seluruh dunia seolah berhenti sejenak. Cahaya yang memancar dari pusat ledakan itu menyapu seluruh ruangan, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang setiap sudut ruang dan waktu. Alina dan timnya terlempar ke belakang, tubuh mereka terhantam oleh kekuatan energi yang mengalir begitu cepat dan kuat. Mereka tak dapat menghindar dari dampak dari apa yang baru saja mereka lakukan.

Tetapi, meskipun ledakan itu mengguncang fisik mereka, hati mereka tidak pernah terasa lebih tenang. Alina merasakan sebuah perubahan, sebuah ketenangan yang langka di tengah semua kekacauan ini. Setelah pertempuran panjang dan perjalanan melewati waktu yang penuh dengan bahaya dan keputusasaan, mereka akhirnya berhasil menghentikan mesin yang mengendalikan waktu. Order of the Chrono tidak bisa lagi mengubah jalannya sejarah. Dunia yang telah mereka hancurkan perlahan-lahan mulai menemukan jalan kembali ke jalur yang benar.

Namun, meskipun mereka telah mencapai titik ini, kesadaran bahwa mereka baru saja mengubah seluruh jalannya sejarah masih terus menghantui mereka. Alina duduk di lantai, tubuhnya lelah dan basah oleh keringat. Tangan-tangannya gemetar, namun matanya tetap tegar menatap ruangan yang kini hening. Tidak ada lagi suara mesin, tidak ada lagi data yang mengalir. Segalanya telah terhenti.

“Apakah… apakah kita berhasil?” tanya Daniel, suaranya serak karena kelelahan. “Apakah dunia ini benar-benar akan kembali seperti semula?”

Alina mengangguk perlahan. “Aku rasa kita berhasil. Tapi aku tidak tahu apakah dunia ini akan kembali seperti semula. Kita telah mengubah banyak hal. Mungkin tidak semua akan seperti dulu. Tapi kita memberikan dunia kesempatan untuk memilih jalannya sendiri sekarang.”

Lia, yang duduk tidak jauh dari mereka, menghela napas panjang. “Tapi kita masih tidak tahu dampak dari apa yang telah kita lakukan. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi sekarang, banyak perubahan yang tidak kita prediksi sebelumnya.”

Agus berdiri dan melangkah menuju jendela besar di ruangan itu, menatap ke luar. “Tapi setidaknya, kita memberi dunia kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Itu lebih baik daripada biarkan semuanya terjatuh lebih dalam lagi.”

Alina melihat ke arah layar holografik yang sebelumnya menampilkan aliran waktu yang terdistorsi. Sekarang, peta itu tampak mulai memudar. Titik-titik yang sebelumnya bercahaya kini meredup, dan aliran waktu tampak lebih tenang, meskipun tidak sepenuhnya kembali seperti dulu. Namun, meskipun ada perasaan ketidakpastian, mereka tahu bahwa dunia yang mereka kenal tidak akan pernah sama lagi.

“Dunia ini tidak akan pernah sama lagi,” kata Alina perlahan. “Tapi mungkin itulah yang terbaik. Kita telah memberi mereka kesempatan untuk memilih bagaimana mereka akan melangkah ke depan. Keseimbangan waktu kembali, dan itu yang paling penting.”

Lia memandangnya dengan mata penuh pertanyaan. “Jadi, kita sudah selesai? Perjalanan kita berakhir di sini?”

Alina tersenyum, meskipun ada kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. “Tidak ada perjalanan yang benar-benar berakhir, Lia. Setiap langkah yang kita ambil akan meninggalkan jejak. Mungkin ini adalah akhir dari jejak waktu kita, tetapi ada banyak jejak lain yang akan muncul di masa depan. Dunia yang kita kembalikan ini akan memiliki banyak jalan yang terbuka, dan siapa pun yang memilih untuk menempuhnya akan memiliki kekuatan untuk membentuk takdir mereka sendiri.”

Saat mereka merenung tentang perjalanan mereka yang sudah lama, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sistem komunikasi di ruang itu. Suara yang familiar dan mengingatkan mereka pada perjalanan yang telah mereka lalui—sebuah suara yang berasal dari Order of the Chrono.

“Kalian pikir ini selesai? Kalian mungkin telah menghancurkan mesin kami, tetapi ingat—kami adalah penjaga waktu. Waktu itu sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa dimiliki oleh siapa pun. Apa yang kalian lakukan hanya menciptakan ruang kosong yang akan segera dipenuhi oleh kekosongan yang lebih besar.”

Alina menatap layar dengan tegas, meskipun suaranya mengandung ancaman. “Kami tidak mencoba menguasai waktu. Kami hanya mencoba memberikan kesempatan kepada dunia untuk memilih jalan yang benar. Tidak ada yang bisa menguasai waktu sepenuhnya. Waktu tidak bisa dimiliki, hanya dipahami dan dihormati. Dan kami memilih untuk memberikan kesempatan kepada dunia untuk tumbuh, bukan dikendalikan oleh tangan-tangan yang tidak dapat dilihat.”

Suara itu terdiam sejenak sebelum kembali terdengar dengan nada yang lebih dingin. “Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Waktu adalah kekuatan yang tidak dapat dimengerti oleh manusia biasa. Kalian akan segera merasakan akibat dari perubahan yang telah kalian buat.”

Namun, Alina tetap tidak bergeming. Ia tahu, meskipun ancaman itu terdengar serius, bahwa mereka sudah berada di titik yang tidak bisa diubah lagi. Mereka telah mengubah sejarah, memberi dunia kesempatan untuk merangkak keluar dari kegelapan, dan meskipun dunia tidak akan pernah sama, itu bukanlah akhir. Dunia akan terus berkembang, menciptakan jejak-jejak baru yang mungkin lebih bijaksana.

“Tunggu!” tiba-tiba, Agus berkata dengan wajah terkejut. “Lihat peta itu lagi! Ada sesuatu yang aneh.”

Semua mata beralih ke layar holografik yang sebelumnya sudah hampir padam. Tiba-tiba, peta itu kembali menampilkan sebuah titik yang bersinar terang di ujung waktu yang lebih jauh. Titik itu mulai berkembang, berputar, dan menciptakan garis baru yang terbentuk dalam struktur waktu. Dunia ini tidak kembali ke jalur yang semula mereka kenal—sebaliknya, jalur waktu itu melengkung dan menciptakan jalan baru yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

“Ini bukanlah dunia yang kita kenal,” kata Alina dengan perlahan, hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk. “Tapi mungkin ini adalah dunia yang kita ciptakan. Dunia dengan kemungkinan baru.”

Lia berjalan mendekat, melihat layar dengan lebih hati-hati. “Jadi, dunia ini akan berkembang dengan caranya sendiri, tanpa kendali siapa pun?”

“Benar,” jawab Alina, sedikit tersenyum. “Kami telah memberikan kesempatan untuk dunia ini memilih jalan mereka sendiri. Itu artinya dunia ini tidak hanya dibentuk oleh masa lalu, tetapi oleh setiap keputusan yang akan dibuat di masa depan. Jejak waktu yang kita tinggalkan tidaklah pasti, tetapi kita telah membuka ruang untuk kemungkinan baru—tempat di mana perubahan bisa terjadi dengan cara yang lebih alami.”

Dengan napas yang dalam, Alina menatap timnya satu per satu. Mereka telah melewati banyak hal—berperang dengan waktu, menghadapi bahaya yang tak terbayangkan, dan merasakan beban dari perubahan besar. Namun, kini mereka tahu bahwa dunia ini, meskipun rusak dan tak sempurna, adalah dunia yang bisa dibentuk dengan pilihan-pilihan mereka. Dunia yang memiliki masa depan yang terbuka lebar.

“Kita telah menempuh perjalanan panjang,” kata Alina, suara penuh keyakinan. “Dan meskipun ini adalah akhir dari jejak waktu kita, itu bukanlah akhir dari segala sesuatu. Dunia ini akan terus berkembang, dan kita—kita hanya salah satu bagian kecil dari perjalanan besar yang tak terhentikan.”

Mereka semua berdiri dalam hening, meresapi kata-kata itu. Dunia mereka mungkin telah berubah selamanya, namun mereka tahu bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan—setiap langkah, setiap keputusan—telah membentuk jalan yang lebih baik untuk masa depan. Jejak waktu mereka telah meninggalkan dampaknya, dan meskipun tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka siap menghadapi apapun yang datang. Karena yang terpenting, mereka tahu bahwa dunia ini tidak lagi dikendalikan oleh kekuatan yang tak terlihat. Dunia ini, akhirnya, ada di tangan manusia.

Dan dengan itu, bab terakhir dari jejak waktu mereka pun ditulis.***

——-THE END—–

 

 

Source: Jasmine Malika
Tags: #Fiksiilmiah#KekuatanRahasia#ManipulasiWaktu#PerjalananWaktu
Previous Post

DUNIA KARTUN YANG HILANG

Next Post

HARGA DARI WAKTU

Next Post
HARGA DARI WAKTU

HARGA DARI WAKTU

GELOMBANG MISTERI KEGELAPAN

GELOMBANG MISTERI KEGELAPAN

DIMENSI TERLARANG

DIMENSI TERLARANG

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In