Bab 1: Kematian Misterius
Di kota kecil bernama Selaras, suasana pagi yang tenang terganggu dengan kabar mengejutkan: Budi Hartono, seorang pengusaha sukses yang dikenal kaya raya, ditemukan tewas di ruang kerjanya. Kematian yang tampaknya tidak beralasan, dan bagi sebagian besar orang, itu adalah musibah yang tidak terduga. Namun, bagi Detektif Eliza, yang baru saja dipindahkan ke Selaras, ini adalah awal dari sebuah misteri yang dalam dan gelap.
Eliza datang ke TKP, sebuah rumah besar yang terletak di ujung jalan utama kota, dengan wajah serius. Rumah itu tampak megah, mencerminkan keberhasilan Budi dalam dunia bisnis. Ia dihadapkan pada pintu besar yang tertutup rapat, dan di dalamnya, suasana sunyi sepi. Budi ditemukan tergeletak di belakang meja kerjanya, tak bernyawa. Tidak ada luka fisik pada tubuhnya, namun ada sesuatu yang aneh—ruangannya tertutup rapat dari dalam, dan kunci pintu berada di meja Budi.
“Sepertinya ada yang lebih dari sekedar kecelakaan,” Eliza berpikir, memeriksa sekeliling dengan teliti.
Dia meneliti ruang kerja itu. Lantai marmer yang bersih, meja yang rapi, kecuali sebuah tumpukan dokumen yang tergeletak berantakan. Pada awalnya, itu semua tampak biasa, namun ada satu hal yang membuat Eliza tidak bisa melewatkannya begitu saja: sebuah buku catatan kecil yang tergeletak di sudut meja. Buku itu terlihat tua dan rusak di beberapa bagian, seakan telah lama tak disentuh. Eliza mengambil buku itu dengan hati-hati dan membuka halaman-halamannya.
Di dalam buku tersebut, hanya ada beberapa tulisan yang tertera. Tulisan itu berupa nama-nama yang Eliza kenal—rekan-rekan bisnis Budi, beberapa teman lama, dan satu nama yang menarik perhatian: *Damar*. Nama itu tertulis berulang kali, seolah menjadi titik fokus dalam hidup Budi, namun siapa Damar, dan mengapa dia begitu penting?
“Apakah ini sebuah petunjuk?” Eliza berpikir. Dia menaruh buku itu di kantongnya untuk diteliti lebih lanjut. Namun, sesuatu yang lebih mengganggu pikirannya adalah bagaimana Budi bisa terkunci dari dalam tanpa ada tanda kekerasan di pintu atau jendela. Pintu utama yang terkunci rapat seolah menunjukkan bahwa seseorang mungkin sengaja membuatnya tampak seperti bunuh diri, meskipun itu jelas bukan kasus yang sederhana.
Eliza melihat ke arah jendela, yang terbuka sedikit. Namun, tidak ada tanda-tanda paksa. Ketika dia menanyakan hal ini pada petugas forensik yang datang, mereka semua terdiam. Semuanya terlihat seperti tidak ada yang salah, tetapi ada sesuatu yang aneh di balik semua ini.
Keluarga Budi tampak shock, tapi mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berlebihan. Istri Budi, Ratna, seorang wanita berusia 40-an dengan rambut hitam panjang, tampak sangat tenang dan lebih fokus pada pengaturan pemakaman daripada mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Kami semua tahu Budi memiliki banyak teman dan musuh dalam bisnisnya. Tapi dia tidak pantas mati dengan cara seperti ini,” Ratna berkata dengan suara datar. “Tolong cari tahu siapa yang melakukannya, Detektif.”
Eliza hanya mengangguk, mencatat kata-kata itu dalam pikirannya. Ia merasa bahwa Ratna, meskipun tampak tenang, menyembunyikan sesuatu yang lebih. Entah itu karena dia takut atau karena dia tahu lebih banyak dari yang dia ungkapkan.
Tapi, di mana semua orang ketika Budi meninggal? Eliza mulai menggali lebih dalam, meneliti rekaman CCTV yang ada di sekitar rumah Budi. Namun, yang mengejutkan, semua rekaman itu telah hilang. Tidak ada gambar yang tersisa selama waktu kematian Budi. Bagaimana mungkin, dalam sebuah rumah yang memiliki sistem keamanan canggih, tidak ada satu pun rekaman yang tersisa?
Setelah memeriksa lebih banyak bukti dan berbicara dengan beberapa saksi, Eliza semakin yakin bahwa ini bukan kematian biasa. Ada sesuatu yang jauh lebih besar di baliknya, dan Budi Hartono, dengan segala kekayaannya, telah terseret ke dalam sebuah permainan yang jauh lebih gelap dari yang terlihat.
“Siapa Damar?” Eliza bertanya pada dirinya sendiri. “Dan apa hubungannya dengan kematian Budi?”
Di tengah segala keraguan, Eliza merasa bahwa petunjuk pertama yang ditemukan di buku kecil itu adalah kunci untuk memecahkan misteri yang lebih besar. Namun, pertanyaannya kini adalah apakah dia bisa mengungkap kebenaran sebelum bahaya yang lebih besar datang mengancam.
Bab 2: Pelacakan Jejak
Detektif Eliza duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dari penyelidikan kematian Budi Hartono. Pikirannya masih terfokus pada petunjuk pertama yang ia temukan di buku catatan Budi—nama *Damar*. Siapakah dia? Mengapa Budi, seorang pengusaha sukses, mencatatnya berkali-kali? Eliza merasa bahwa ini bukan kebetulan. Setiap halaman yang terbuka seakan memberikan gambaran lebih jelas tentang misteri yang lebih besar, tapi dia belum cukup mendapatkan semua potongan teka-teki itu.
Eliza mulai menggali lebih dalam tentang Damar. Setelah melakukan pencarian di beberapa arsip lokal, dia menemukan bahwa Damar bukanlah orang sembarangan. Dia memiliki latar belakang yang rumit dan penuh dengan kontroversi. Damar diketahui terlibat dalam beberapa transaksi bisnis yang meragukan, termasuk beberapa perusahaan yang pernah bekerja sama dengan Budi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, lebih mengejutkan lagi, Damar juga memiliki catatan kriminal yang mengarah pada kasus-kasus penipuan besar dan penggelapan uang. Eliza merasa ini bukan hanya masalah bisnis yang gagal. Damar mungkin memiliki motif lebih dalam.
Eliza bergegas menuju kantor Budi, berharap untuk menemukan sesuatu yang mungkin terlewatkan. Dengan izin keluarga Budi, dia bisa memeriksa beberapa dokumen yang belum sempat dipelajari. Di antara tumpukan dokumen yang lebih rutin, Eliza menemukan sebuah kontrak yang tampaknya tidak pernah tercatat di laporan keuangan resmi. Kontrak itu berisi kesepakatan antara Budi dan Damar untuk sebuah proyek pembangunan yang sangat bernilai. Namun, proyek itu tertunda tanpa alasan yang jelas, dan Budi sepertinya tidak pernah membicarakannya dengan siapa pun setelah itu.
Kontrak itu juga mencatat tanggal-tanggal tertentu—beberapa di antaranya bertepatan dengan hari-hari aneh sebelum kematian Budi. Eliza merasa semakin yakin bahwa Damar terlibat lebih dalam dari yang ia duga. Namun, satu pertanyaan masih mengganjal pikirannya: Mengapa Budi menulis nama Damar berkali-kali dalam buku catatan pribadinya? Apakah hubungan mereka lebih dari sekadar urusan bisnis?
Eliza memutuskan untuk mengunjungi seseorang yang bisa jadi mengetahui lebih banyak tentang hubungan antara Budi dan Damar: *Lila*, seorang mantan sekretaris Budi yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan sang pengusaha sebelum dia mengundurkan diri beberapa bulan lalu. Lila, meskipun tidak lagi bekerja untuk Budi, adalah salah satu orang yang mungkin mengetahui banyak rahasia pribadi Budi yang tidak terungkap kepada umum.
Saat tiba di rumah Lila, Eliza merasa ada yang aneh. Rumah itu tampak kosong dan tidak terawat, jauh lebih gelap daripada yang seharusnya. Ketika Eliza mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya yang tampak cemas membukakan pintu. Itu bukan Lila, tetapi ibunya.
“Ibu Lila, di mana dia?” Eliza bertanya dengan nada penuh perhatian.
Ibu Lila terlihat bingung dan agak khawatir. “Lila… dia tidak di rumah. Saya belum mendengar kabar darinya sejak dua hari lalu. Terakhir kali dia bilang dia akan pergi ke kota untuk urusan pribadi, tetapi sejak itu dia menghilang.”
Eliza merasa ada sesuatu yang salah. Lila pasti tahu lebih banyak tentang kematian Budi, dan sekarang dia menghilang begitu saja? Itu bukan kebetulan. Eliza meminta izin untuk mencari-cari di dalam rumah, berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut tentang keberadaan Lila. Namun, tidak ada banyak yang bisa ditemukan selain beberapa barang pribadi yang tampak biasa. Di atas meja, ada sebuah ponsel lama yang tampaknya tidak terpakai, namun tidak ada pesan atau jejak komunikasi yang berarti.
Panik mulai merayapi Eliza. Lila menghilang begitu saja, dan satu-satunya orang yang mungkin bisa memberinya kunci untuk membuka misteri ini telah hilang tanpa jejak. Eliza kembali ke mobil dan mulai menelusuri rekaman CCTV di sekitar kota. Mungkin ada petunjuk lain yang bisa membantunya.
Saat memeriksa rekaman dari beberapa toko di dekat rumah Lila, Eliza menemukan sesuatu yang menarik: tampaknya Lila terlihat meninggalkan rumahnya dua hari sebelumnya, namun ia tidak sendirian. Ada seorang pria yang menyertainya, pria yang Eliza kenal dari catatan yang ia temukan sebelumnya. Itu adalah *Damar*.
“Apa yang dia inginkan dari Lila?” Eliza bergumam, mengernyitkan dahi. Lila, yang tampaknya sangat berhati-hati dalam menjaga jarak dari Budi dan Damar, kini terlihat terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari yang Eliza perkirakan.
Eliza menyusun rencana untuk menemui Damar, berharap bisa menggali lebih dalam. Namun, dia tahu ini akan menjadi langkah berbahaya. Damar bukanlah orang yang mudah ditemukan, dan jika Lila bisa menghilang begitu saja, kemungkinan besar dia berada dalam bahaya besar. Eliza harus berhati-hati dan siap menghadapi apa pun yang mungkin muncul dari bayang-bayang yang mengancam kota ini.
Bab 3: Rahasia yang Tersembunyi
Eliza kembali ke kantornya, diselimuti rasa bingung dan kegelisahan yang semakin mendalam. Meski telah menggali banyak informasi tentang Damar dan keterlibatannya dengan Budi, dia merasa belum mencapai inti dari masalah ini. Lila menghilang tanpa jejak, dan meskipun beberapa petunjuk mengarah pada Damar, ada sesuatu yang masih mengganjal. Ada lebih banyak yang tersembunyi, dan Eliza harus menemukan apa itu sebelum semuanya terlambat.
Hari itu, Eliza memutuskan untuk menggali lebih dalam lagi ke dalam arsip milik Budi. Setelah menelusuri dokumen-dokumen bisnis yang ada di rumahnya, ia menemukan sesuatu yang tidak ia duga sebelumnya—sebuah amplop cokelat yang tampaknya telah disembunyikan dengan sangat hati-hati di belakang rak buku besar di ruang kerja Budi. Di dalam amplop itu terdapat beberapa dokumen penting yang tidak tercatat dalam laporan keuangan resmi perusahaan Budi.
Eliza membuka amplop tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya ada tiga berkas yang saling terkait:
1. *Dokumen Proyek yang Dibatalkan*
Salah satu dokumen pertama yang ia temukan adalah kontrak yang tampaknya sangat krusial. Kontrak ini merinci sebuah proyek besar yang melibatkan Budi, Damar, dan beberapa pihak luar yang tidak dikenal. Proyek ini dibatalkan mendadak beberapa bulan sebelum kematian Budi. Namun, yang menarik, ada penandatanganan yang tidak biasa—terdapat nama lain yang tercatat di pojok bawah kontrak itu, nama yang tidak ada dalam dokumen publik Budi sebelumnya: *Arianto*. Nama ini tidak tercatat dalam laporan keuangan atau publikasi apapun mengenai bisnis Budi. Eliza merasa ada sesuatu yang sangat mencurigakan tentang peran Arianto dalam proyek ini. Mengapa dia dihapus begitu saja dari catatan resmi? Dan apa hubungan Arianto dengan Budi dan Damar?
2. *Surat Misterius Tanpa Pengirim*
Eliza membuka berkas kedua, yang berisi sebuah surat yang tampaknya ditulis dengan tangan, tanpa nama pengirim. Surat itu hanya berisi satu kalimat yang ditulis dengan tinta merah: “Jangan percaya pada Damar. Dia bukan siapa yang dia klaim.”
Eliza merasakan ketegangan merayap di punggungnya. Siapa yang menulis surat ini, dan mengapa Budi menyimpannya dengan begitu hati-hati? Apakah surat ini peringatan untuk dirinya sendiri atau pesan untuk orang lain? Jika Budi benar-benar merasa ada yang salah dengan Damar, mengapa ia tidak pernah mengambil langkah lebih jauh? Surat ini, meskipun tidak memberi banyak informasi konkret, mengisyaratkan adanya ketidakpercayaan yang mendalam antara Budi dan Damar—sesuatu yang jelas tidak dibicarakan di depan umum.
3. *Daftar Kontak Tersembunyi*
Berkas ketiga adalah sebuah daftar kontak yang terlihat tidak penting pada pandangan pertama, namun Eliza merasakan ada yang berbeda dari daftar ini. Di dalamnya, terdapat nama-nama yang tidak pernah disebutkan sebelumnya—nama-nama yang tampaknya tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia bisnis Budi. Ada beberapa orang yang Eliza kenal, tapi nama-nama lainnya tidak pernah terdengar sebelumnya: *Nina, **Taufik, dan **Siti*. Beberapa di antaranya memiliki alamat yang tersebar di luar kota, dan beberapa lainnya bahkan berada di luar negeri. Eliza mencatatnya, berpikir bahwa ini bisa jadi jejak yang mengarah pada sebuah jaringan yang lebih besar dari yang dia bayangkan.
Eliza mulai merangkai potongan-potongan teka-teki ini. Ternyata, Budi bukan hanya terjebak dalam permainan bisnis yang kotor dengan Damar, tetapi juga terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih kompleks—suatu jaringan yang tersembunyi jauh di bawah permukaan kehidupan sehari-hari. Jaringan ini tampaknya melibatkan orang-orang yang memiliki kepentingan lebih dalam daripada sekadar uang. Ada sesuatu yang jauh lebih gelap yang menghubungkan mereka semua, dan Budi, dalam kebisuan dan rasa takutnya, mungkin telah berusaha untuk mengungkapnya.
Tapi siapa Arianto, dan bagaimana dia terhubung dengan Damar? Siapa lagi yang terlibat dalam jaringan ini, dan mengapa mereka merasa perlu menyembunyikan segala sesuatu tentang mereka? Eliza merasakan bahwa petunjuk-petunjuk ini adalah bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar, sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Budi dan orang-orang di sekitarnya.
Namun, semakin dalam Eliza menyelidiki, semakin berbahaya perjalanan ini. Surat misterius itu, yang disembunyikan dengan begitu hati-hati oleh Budi, menegaskan bahwa siapa pun yang berusaha mengungkap kebenaran mungkin akan menemukan lebih banyak daripada yang mereka siap hadapi. Eliza merasakan ancaman yang semakin mendekat, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus terus maju—meskipun setiap langkah yang diambil membawa lebih banyak bahaya.
Dengan membawa dokumen-dokumen itu kembali ke kantornya, Eliza memutuskan untuk melakukan pencarian lebih lanjut tentang Arianto, Nina, Taufik, dan Siti. Nama-nama ini tidak boleh diabaikan begitu saja. Setiap orang ini mungkin memiliki jawaban yang bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada Budi dan apa yang mengarah pada kematiannya.
Bab 4: Lila Menghilang
Eliza memandangi foto Lila yang tergeletak di atas meja kerjanya. Wajah Lila tampak cantik dan tenang, tetapi sekarang, setelah mendengar cerita ibunya, Eliza merasa ada sesuatu yang sangat kelam tersembunyi di balik wajah itu. Dua hari telah berlalu sejak Lila terakhir terlihat, dan keberadaannya menjadi semakin misterius. Eliza merasa bahwa dalam pencarian ini, Lila adalah potongan puzzle yang sangat penting, dan kehilangan jejaknya membuat semuanya semakin rumit.
Setelah mengunjungi rumah Lila, Eliza memutuskan untuk memperluas pencariannya. Dengan sedikit keberuntungan, ia mendapatkan nomor telepon seorang teman lama Lila, seorang wanita bernama *Cynthia*, yang mungkin mengetahui lebih banyak tentang kepergian Lila yang tiba-tiba. Cynthia tinggal tidak jauh dari kota, dan Eliza berharap bisa mendapatkan petunjuk dari wanita ini.
Cynthia menerima telepon Eliza dengan suara cemas. “Lila menghilang? Itu… tidak mungkin,” jawabnya, terdengar terkejut. “Dia memang sering pergi tanpa memberitahu saya, tapi ini berbeda. Dia tidak pernah meninggalkan pesan atau petunjuk apapun. Saya benar-benar khawatir sekarang.”
Eliza bertanya lebih lanjut tentang kebiasaan Lila. Cynthia menceritakan bahwa beberapa minggu terakhir, Lila memang terlihat sangat tertekan. Dia sering menatap kosong, menghindari percakapan tentang Budi, dan lebih memilih menghabiskan waktu sendirian. Lila juga beberapa kali menyebutkan tentang perasaan takutnya terhadap seseorang, meskipun Cynthia tidak tahu siapa orang itu.
“Tapi ada satu hal yang aneh,” tambah Cynthia dengan suara pelan, hampir berbisik. “Lila sempat menyebutkan bahwa dia merasa dia sedang diikuti. Dia bilang ada seseorang yang memantau setiap gerak-geriknya. Aku tidak tahu siapa, tapi aku merasa itu bukan hanya perasaan paranoid.”
Ini menambah kecemasan Eliza. Jadi, Lila menghilang setelah merasa diteror? Apakah ini ada kaitannya dengan Damar? Eliza mulai merasakan bahwa semua ini tidak bisa dianggap remeh. Ada lebih banyak hal yang harus diungkapkan.
Eliza memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat yang biasa dikunjungi Lila, berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut. Dia pertama kali pergi ke kafe favorit Lila, sebuah tempat kecil yang terletak di pinggir kota. Di sana, pelayan mengingat bahwa Lila memang sering datang, tetapi sudah hampir seminggu sejak kunjungan terakhirnya. Pada kunjungan terakhirnya, Lila tampak sangat gelisah, dan bahkan ada seseorang yang menunggu di luar kafe saat itu. Tidak ada yang tahu siapa orang itu, tetapi pelayan itu mencatat bahwa Lila meninggalkan kafe lebih cepat dari biasanya.
Eliza merasa langkah-langkah pencariannya semakin menuntunnya pada kesimpulan bahwa Lila pasti tahu sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang membuatnya melarikan diri. Namun, keberadaan Lila yang hilang membuat segalanya semakin rumit. Mungkin, kata-kata yang sempat diucapkan Cynthia tentang Lila merasa dia sedang diikuti bukan hanya kebetulan. Seseorang pasti ingin memastikan bahwa Lila tidak berbicara lebih banyak.
Keesokan harinya, Eliza memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak melalui rekaman CCTV dari berbagai sudut kota. Setelah berjam-jam memeriksa rekaman, Eliza menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ternyata, dua hari setelah Lila menghilang, dia sempat terlihat memasuki sebuah gedung besar di pinggiran kota, gedung yang dikenal sebagai tempat bisnis gelap yang terhubung dengan beberapa pihak misterius. Gedung itu milik *Arianto*, nama yang sebelumnya ditemukan dalam kontrak Budi. Lila, dengan langkah terburu-buru, tampak memasuki gedung tersebut, dan setelah beberapa jam, tidak ada jejaknya lagi.
Pencarian Eliza membawa pada satu kesimpulan yang mengerikan—Lila mungkin berada dalam bahaya yang sangat besar. Di gedung milik Arianto, mungkin ada lebih banyak rahasia yang belum terungkap, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya jelas tidak akan ragu untuk melakukan apapun untuk menjaga kebusukan mereka tetap tersembunyi.
Dengan bukti rekaman CCTV di tangan, Eliza kembali ke kantor polisi dan berkonsultasi dengan rekan-rekannya. Mereka sepakat bahwa Lila mungkin telah disekap atau dipaksa untuk bersembunyi, namun tetap ada satu pertanyaan yang mengganggu Eliza: Apakah Lila sengaja menghilang untuk melindungi dirinya, atau apakah dia benar-benar dalam bahaya?
Dalam kebingungannya, Eliza kembali berpikir tentang nama yang sering muncul dalam catatan Budi: Damar. Apakah Damar punya pengaruh lebih besar dari yang disangka? Apakah Arianto memiliki peran yang lebih besar dalam semua ini? Dalam pencariannya untuk menemukan Lila, Eliza tahu satu hal pasti—ada seseorang yang berusaha menghapus jejak, dan mungkin Lila adalah saksi yang tidak boleh hidup untuk menceritakan semuanya.
Eliza harus bergerak cepat. Waktu semakin mendesak, dan semakin lama dia menunggu, semakin besar ancaman yang mengintai. Dia harus menemukan Lila, mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Budi, dan menghadapi bahaya yang mungkin jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan.
Bab 5: Perburuan Damar
Pagi itu, Eliza duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosong, memandangi layar komputer. Dia kembali memutar rekaman CCTV yang menunjukkan Lila memasuki gedung milik Arianto. Setiap kali dia menatap gambar itu, ada sesuatu yang semakin jelas—Damar pasti ada di balik semua ini. Semua petunjuk yang ada mengarah padanya, dan jika Eliza tidak segera bertindak, Lila bisa saja terjebak lebih jauh dalam jaringan yang lebih besar dari yang dia bayangkan.
Dengan sedikit informasi yang dia miliki, Eliza memutuskan untuk melacak keberadaan Damar. Namun, itu tidak mudah. Damar adalah sosok yang teramat sulit dilacak. Orang-orang yang pernah bekerja dengannya hanya memberikan informasi samar, dan para kolega Budi yang mungkin mengetahui lebih banyak, seolah menghindar setiap kali nama Damar disebut. Semua jejak tampaknya hilang begitu saja.
Namun, satu hal yang Eliza tahu adalah bahwa Damar memiliki sebuah bisnis yang tidak tercatat di dunia publik—sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi yang misterius, dengan alamat yang tak pernah terdeteksi sebelumnya. Setelah beberapa pencarian, dia menemukan informasi penting—Damar sering mengunjungi sebuah tempat di luar kota, sebuah rumah besar yang dikelilingi pagar tinggi dan tidak ada akses jalan yang mudah. Eliza merasa ini adalah tempat yang tepat untuk memulai pencariannya. Tempat ini kemungkinan besar adalah markas tempat Damar menyembunyikan rahasia besar.
Dengan persiapan matang, Eliza menyusuri jalanan yang semakin sepi dan terpencil, menuju ke alamat yang tertera dalam dokumen yang dia temukan. Setiap langkahnya dipenuhi ketegangan, tetapi dia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran. Di tengah perjalanan, dia menerima pesan teks dari sumber yang tak dikenal: “Hati-hati. Damar sedang mengawasi langkahmu.” Eliza merasa ketegangan meningkat, namun dia tidak berhenti. Dia sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.
Saat tiba di lokasi, Eliza berhati-hati. Rumah besar itu terletak jauh di dalam hutan, dikelilingi oleh pepohonan yang rapat. Tidak ada kendaraan di luar, namun suasana di dalam terasa mencekam. Eliza memutuskan untuk menyelinap masuk, berharap dapat menemukan bukti yang mengarah pada Damar. Dia mengambil langkah hati-hati di sepanjang pagar, berusaha tetap tidak terlihat.
Namun, saat dia mencoba untuk mendekati rumah, sebuah suara keras tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Tanpa berpikir panjang, Eliza berlari ke dalam hutan, menyadari bahwa dia sudah terdeteksi. Pintu rumah besar itu terbuka perlahan, dan beberapa sosok pria muncul dari dalam, mata mereka berkilat tajam, seakan mencari sesuatu atau seseorang. Mereka tahu bahwa Eliza ada di sana.
“Eliza, kamu sudah terlalu jauh,” terdengar suara seseorang dari dalam rumah. Eliza mengenali suara itu—itu adalah *Damar*. Jantungnya berdetak kencang. “Kau akan menyesal jika terus mengganggu urusan kami.”
Damar tidak pernah sesederhana yang terlihat. Selama ini, Eliza hanya melihatnya sebagai seorang pengusaha yang terlibat dalam bisnis kotor, namun sekarang dia menyadari bahwa Damar adalah sosok yang lebih berbahaya dari yang dia kira—dan dia terjebak di tengah jaringannya. Namun, Eliza bukan tipe orang yang mudah menyerah. Dengan segala keberanian yang ada, dia berlari menuju hutan lebat, mencoba menghindari kejaran pria-pria yang mengancamnya.
Selama pelariannya, Eliza menyadari sesuatu yang lebih besar—Damar bukan hanya sekadar pengusaha atau penjahat bisnis. Ia adalah bagian dari suatu jaringan yang lebih luas, sebuah konspirasi yang melibatkan lebih banyak orang dari yang dapat dia bayangkan. Setiap kali dia merasa hampir menangkap Damar, dia justru menemukan dirinya semakin tersesat, semakin terjerat dalam permainan yang berbahaya ini.
Di tengah pelarian, Eliza mendengar suara mobil yang mendekat. Tidak lama kemudian, sebuah kendaraan mewah muncul di tikungan jalan. Eliza segera bersembunyi di balik pepohonan, mengamati mobil itu dari kejauhan. Ternyata, itu adalah mobil *Arianto*—pria yang sebelumnya muncul dalam dokumen dan yang juga terlibat dalam proyek yang dibatalkan. Arianto tidak hanya terhubung dengan Damar, tetapi tampaknya juga memiliki kekuatan besar yang mengendalikan banyak orang di sekitarnya.
Mobil itu berhenti tepat di depan rumah besar. Damar keluar dengan langkah percaya diri, diikuti oleh beberapa orang lain yang tampaknya juga memiliki peran penting. Eliza tahu bahwa inilah saatnya untuk bertindak. Jika dia bisa masuk ke dalam rumah ini dan mendapatkan informasi lebih lanjut, dia bisa menggulingkan semuanya. Tapi dia juga menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya sendiri. Situasi ini sudah terlalu berbahaya.
Saat Eliza melangkah maju, berusaha mendekat tanpa terdeteksi, dia merasakan sentuhan dingin di punggungnya—sebuah ancaman yang nyata. Damar dan anak buahnya tahu bahwa dia datang, dan jika dia tidak berhati-hati, semuanya bisa berakhir dengan cara yang sangat buruk. Namun, Eliza tidak punya pilihan lain. Di balik setiap langkahnya, sebuah kebenaran yang lebih besar menanti untuk terungkap, dan hanya dia yang bisa mengungkapkannya.
Setelah beberapa detik yang menegangkan, Eliza memutuskan untuk kembali ke kota dan merencanakan serangan yang lebih matang. Dia harus mengumpulkan lebih banyak bukti, mencari sekutu, dan mengekspos Damar dan Arianto dengan cara yang tidak terduga. Perburuan ini baru saja dimulai, dan Eliza tahu bahwa jika dia ingin bertahan, dia harus terus bergerak, terus mengejar, hingga akhirnya kebenaran itu terungkap sepenuhnya.
Bab 6: Jejak yang Membingungkan
Eliza duduk di ruang kerjanya, memandangi tumpukan dokumen dan peta yang tersebar di meja. Meski sudah ada banyak petunjuk, ia merasa semakin bingung dengan arah pencariannya. Setiap langkah yang diambil tampaknya justru membuatnya semakin jauh dari kebenaran. Damar dan Arianto seolah berada di dua langkah lebih depan darinya, mengaburkan jejak-jejak yang sudah ia temukan dengan sengaja. Setiap bukti yang terungkap justru menambah misteri, bukan mengurangi.
Eliza mulai menganalisis semua informasi yang telah dikumpulkan: surat misterius dari Budi yang memperingatkan tentang Damar, rekaman CCTV yang menunjukkan Lila memasuki gedung milik Arianto, serta jejak-jejak ke arah rumah besar di pinggiran kota yang ternyata memiliki kaitan erat dengan Damar. Semua ini tampaknya mengarah pada satu titik—namun, ketika Eliza berusaha menggali lebih dalam, jejak-jejak itu semakin samar.
Setelah beberapa hari melakukan penyelidikan lebih lanjut, Eliza menemukan sebuah petunjuk baru. Di antara tumpukan dokumen Budi, ada sebuah surat dari sebuah bank yang tidak dikenal. Surat itu mencantumkan nama Damar dan Arianto sebagai pihak yang bertransaksi dalam jumlah besar, namun yang lebih mencurigakan adalah tanggal transaksi itu—setelah kematian Budi. Ini berarti bahwa Damar dan Arianto tidak hanya terlibat dalam bisnis yang merugikan Budi, tetapi mereka juga tampaknya memiliki kepentingan besar setelah kematian Budi. Namun, transaksi ini tidak terdaftar dalam laporan resmi, dan surat itu seperti sengaja disembunyikan oleh Budi.
Eliza mulai curiga bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang disembunyikan oleh kedua pria ini. Damar dan Arianto mungkin bukan hanya pengusaha biasa. Mereka mungkin terlibat dalam sebuah jaringan yang jauh lebih kompleks—jaringan yang memiliki banyak lapisan dan cabang yang sulit dilacak. Tapi apa tujuan mereka? Apa yang mereka cari dengan menyembunyikan transaksi besar itu?
Berpikir keras, Eliza memutuskan untuk kembali ke tempat yang sebelumnya sempat ia kunjungi—gedung milik Arianto. Namun, kali ini, ia tidak pergi sendirian. Dia menghubungi seorang hacker berpengalaman bernama *Rizal*, yang sudah sering membantunya dalam mengakses informasi yang tidak bisa dijangkau oleh cara konvensional. Rizal memiliki keterampilan luar biasa dalam mengungkap jejak digital yang tersembunyi. Dengan bantuan Rizal, Eliza berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut yang dapat menjelaskan semuanya.
Malam itu, Eliza dan Rizal menyelinap ke gedung milik Arianto. Gedung itu terletak jauh dari kota, dikelilingi oleh pagar tinggi dan dilindungi oleh sistem keamanan yang ketat. Namun, dengan keahlian Rizal, mereka berhasil menonaktifkan sebagian besar kamera dan sistem alarm tanpa terdeteksi. Setelah beberapa saat, mereka masuk ke dalam gedung, mencari dokumen atau perangkat yang bisa mengungkapkan lebih banyak informasi.
Namun, saat mereka menyusuri lorong-lorong panjang yang sepi, mereka menemukan sesuatu yang sangat tidak terduga. Di sebuah ruangan terkunci, ada sebuah server besar yang terhubung dengan sistem yang tidak biasa. Rizal mulai memeriksa file-file yang ada di dalamnya, dan beberapa file teridentifikasi memiliki nama yang sama dengan orang-orang yang pernah disebutkan dalam laporan-laporan bisnis yang telah mereka temukan sebelumnya. File itu berisi transaksi-transaksi yang mencurigakan, tetapi lebih mengejutkan lagi adalah informasi yang mengarah pada *Lila*.
Di dalam file-file itu, Eliza dan Rizal menemukan catatan tentang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh Lila dengan Damar dan Arianto beberapa minggu sebelum Lila menghilang. Ada catatan yang menunjukkan bahwa Lila telah diberi pilihan: untuk membantu mereka dalam sebuah transaksi besar atau dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar dan berbahaya. Lila, yang sebelumnya selalu dianggap hanya sebagai saksi, ternyata memiliki peran yang lebih besar dalam jaringan ini daripada yang bisa dibayangkan Eliza.
Namun, saat Rizal membuka lebih banyak file, sebuah alarm berbunyi. Mereka telah terdeteksi. Dalam kepanikan, Eliza dan Rizal berlari menuju pintu keluar, tetapi mereka mendapati pintu yang mengarah ke lorong utama telah terkunci. Dalam detik-detik penuh ketegangan itu, Eliza merasa dunia di sekelilingnya mulai berputar. Mereka telah terperangkap, dan waktu mereka semakin habis.
Akhirnya, mereka berhasil melarikan diri melalui jendela kecil yang mengarah ke halaman belakang gedung. Ketika mereka berlari kembali ke mobil, Eliza merasakan rasa takut yang mendalam. Dia tahu bahwa mereka baru saja menggali lebih dalam ke dalam terowongan yang tidak terduga. Jejak yang mereka temukan malah semakin membingungkan. Apakah Lila benar-benar bekerja sama dengan Damar dan Arianto? Ataukah ada sesuatu yang lebih besar lagi yang sedang disembunyikan oleh semua orang ini?
Keesokan harinya, Eliza merenung dengan kebingungannya. Apa yang dia temukan di gedung Arianto adalah bukti bahwa jaringan ini jauh lebih rumit daripada yang dia bayangkan. Ada terlalu banyak orang yang terlibat, terlalu banyak kebenaran yang tersembunyi, dan setiap jawaban yang ditemukan hanya membawa lebih banyak pertanyaan. Jejak-jejak yang ada semakin sulit dilacak, dan Damar serta Arianto tampaknya selalu berada selangkah lebih maju. Kini, Eliza tahu bahwa setiap keputusan yang diambil bisa menjadi taruhan hidup atau mati, dan dia harus berhati-hati jika ingin mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik semua ini.
Bab 7: Kebenaran yang Terungkap
Eliza duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer yang penuh dengan catatan dan dokumen yang sudah dia kumpulkan selama beberapa minggu terakhir. Setiap langkah yang dia ambil, setiap pintu yang dia buka, semakin membawanya ke dalam dunia gelap yang penuh dengan kebohongan, konspirasi, dan pengkhianatan. Namun, kali ini, Eliza merasa bahwa dia hampir sampai pada puncak dari semuanya—kebenaran yang selama ini tersembunyi, yang siap terungkap.
Setelah melarikan diri dari gedung milik Arianto, Eliza dan Rizal segera menghubungi pihak berwenang untuk memberikan bukti yang telah mereka temukan. Namun, meskipun mereka sudah memiliki bukti yang cukup kuat, Eliza tahu bahwa mereka harus berhati-hati. Arianto dan Damar tidak akan berhenti dengan mudah. Mereka akan melawan dengan segala cara untuk menjaga rahasia mereka tetap tersembunyi.
Eliza menyadari bahwa kunci untuk mengungkap seluruh konspirasi ini ada pada satu orang—Lila. Lila, yang sejak awal hanya terlihat sebagai korban, ternyata memiliki peran yang jauh lebih besar daripada yang bisa dia bayangkan. Namun, kemana Lila menghilang? Apa yang telah terjadi padanya setelah meninggalkan jejak di gedung Arianto?
Eliza memutuskan untuk kembali ke tempat yang pernah dia kunjungi sebelumnya—rumah besar di pinggiran kota. Kali ini, dia bertekad untuk menemukan jawaban yang pasti. Dengan bantuan Rizal, yang berhasil mendapatkan akses lebih dalam ke dalam jaringan data Arianto, Eliza berhasil melacak komunikasi terakhir antara Lila dan seseorang yang ternyata sangat dekat dengan Damar—seorang pengusaha bernama *Rinaldi*.
Rinaldi adalah seseorang yang selama ini tidak pernah terdeteksi dalam penyelidikan mereka. Dia adalah sosok yang beroperasi di balik layar, menyembunyikan identitasnya dengan sangat rapi. Namun, setelah menemukan jejak komunikasi Rinaldi dengan Lila, Eliza merasa bahwa dia telah menemukan petunjuk yang mengarah pada kebenaran yang lebih besar.
Malam itu, Eliza dan Rizal menyusuri jalanan yang menuju ke rumah Rinaldi. Rumah itu terletak di sebuah kawasan elit yang terpencil, jauh dari keramaian kota. Ketika mereka tiba, suasana di sekitar rumah itu terasa aneh—terlalu sunyi, seakan-akan semuanya sedang menunggu sesuatu yang akan terjadi. Eliza mengintip melalui jendela, dan di dalam, dia melihat Rinaldi sedang berbicara dengan seseorang. Sosok itu tampak sangat familiar—itu adalah *Lila*.
Lila duduk di meja dengan wajah yang pucat, tampak tertekan, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda—dia tidak terlihat seperti orang yang melarikan diri. Ada rasa kekuatan yang tersembunyi di balik mata Lila, seakan-akan dia sedang memainkan peran yang jauh lebih besar daripada yang terlihat.
Eliza merasakan ketegangan meningkat. Semua petunjuk yang dia temukan sekarang bersatu untuk membentuk gambaran yang sangat berbeda. Lila tidak hilang karena takut, tetapi dia memilih untuk bersembunyi, untuk menjaga sesuatu yang jauh lebih besar agar tetap tersembunyi.
Setelah beberapa saat mengamati, Eliza mendengar suara pintu belakang terbuka. Rizal yang sudah menyiapkan rencana segera mendekati Eliza dan memberi isyarat untuk bergerak lebih hati-hati. Mereka memasuki rumah melalui jalan belakang, menghindari deteksi dari pengawal yang ada di luar. Eliza tahu bahwa mereka hanya memiliki satu kesempatan untuk berbicara langsung dengan Lila.
Akhirnya, mereka berhasil mendekati ruangan tempat Lila dan Rinaldi berada. Di dalam ruangan, Eliza bisa mendengar percakapan mereka. Lila berbicara dengan tenang, namun ada ketegangan di dalam suaranya.
“Rinaldi, aku tahu kita tidak bisa mundur lagi,” kata Lila dengan suara yang tegas. “Jika semua ini terbongkar, semuanya akan hancur. Kita harus memastikan bahwa Damar tetap aman.”
Damar? Eliza semakin terkejut. Selama ini, dia mengira Damar adalah orang yang harus dihentikan, namun ternyata ada pihak lain yang lebih berkuasa di baliknya. Rinaldi tersenyum licik, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya.
“Kita sudah terlalu jauh, Lila,” jawab Rinaldi. “Dan kita tahu risiko yang kita hadapi. Tetapi, ada satu hal yang perlu kamu ingat—semuanya akan berakhir jika kita tidak menjaga kontrol.”
Setelah mendengar percakapan itu, Eliza akhirnya mengerti. Lila tidak hanya melarikan diri dari ancaman Damar, tetapi dia juga merupakan bagian dari sebuah permainan yang jauh lebih besar—sebuah permainan yang melibatkan kekuasaan, uang, dan manipulasi. Lila tidak hanya menjadi korban, tetapi dia juga menjadi aktor dalam konspirasi ini. Dia telah terperangkap dalam jaringan yang sangat kuat, dan kini, dia adalah kunci untuk menghancurkan seluruh sistem ini.
Eliza memutuskan untuk menghadapi Lila secara langsung. Dengan hati-hati, dia memasuki ruangan dan memanggil nama Lila. Lila terkejut, namun ada ekspresi yang sulit dibaca di wajahnya—antara takut dan lega. Rinaldi menatap Eliza dengan tajam, tetapi dia tidak berusaha menghalangi.
“Lila, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu melibatkan diri dalam semua ini?” tanya Eliza dengan suara yang penuh penekanan.
Lila menghela napas panjang dan kemudian memandang Eliza dengan mata yang penuh dengan kebingungannya sendiri. “Aku tidak punya pilihan, Eliza,” jawabnya dengan suara lemah. “Damar—dan orang-orang di sekitarnya—telah mengancam keluargaku. Aku tidak bisa membiarkan mereka menghancurkan semuanya. Aku… aku hanya mencoba untuk melindungi mereka.”
Lila menceritakan kisah yang belum pernah diketahui Eliza sebelumnya. Ternyata, Lila bukan hanya menjadi mata-mata atau korban, tetapi dia adalah bagian dari rencana yang lebih besar—sebuah rencana yang melibatkan manipulasi kekuasaan untuk menguasai berbagai sektor penting dalam perekonomian. Damar dan Rinaldi bekerja bersama untuk mendalangi transaksi besar yang melibatkan banyak pihak, dan Lila, yang awalnya tidak tahu apa-apa, akhirnya terjebak dalam permainan ini karena ancaman terhadap keluarganya.
Eliza merasa hati nuraninya tercabik-cabik. Lila adalah korban dalam segala hal, namun dia juga terperangkap dalam jaring yang lebih besar dari yang bisa dibayangkan siapa pun. Namun, sekarang semuanya telah jelas—kebenaran yang selama ini tersembunyi akhirnya terungkap.
“Jika kita tidak bergerak cepat,” kata Lila dengan suara tegas, “semua orang yang kita kenal akan terjerat dalam permainan ini. Aku akan membantu kalian, Eliza, untuk menghentikan semuanya.”
Dengan bantuan Lila, Eliza tahu bahwa dia kini memiliki sekutu yang sangat berharga. Konspirasi besar ini belum berakhir, tetapi langkah pertama menuju penghancurannya telah dimulai. Lila mungkin telah berbohong dan berkhianat, tetapi sekarang, dia berjuang untuk kebenaran—dan Eliza tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan kebenaran itu bersama-sama.***
——————-THE END —————