• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
GERBANG TERLUPAKAN

GERBANG TERLUPAKAN

January 27, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
GERBANG TERLUPAKAN

GERBANG TERLUPAKAN

Sebuah petualangan epik yang mengungkap rahasia kuno dan perjalanan takdir, di mana kekuatan tak terduga dan makhluk-makhluk asing menunggu di balik gerbang yang terlupakan.

by FASA KEDJA
January 27, 2025
in Sejarah
Reading Time: 23 mins read

Prolog

Di jantung pegunungan yang jauh, di antara kabut yang meringkuk dan angin yang berbisik, tersembunyi sebuah rahasia kuno yang telah dilupakan oleh banyak orang. Itu adalah gerbang yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia lain—sebuah dunia yang penuh dengan kekuatan tak terbayangkan dan makhluk-makhluk yang berada di luar batas pemahaman manusia. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana gerbang itu muncul atau siapa yang pertama kali membuka pintunya. Yang pasti, gerbang itu telah lama terkubur dalam sejarah, dijaga oleh para penjaga yang tak terlihat, menunggu waktu yang tepat untuk dibuka kembali.

Namun, takdir memiliki cara yang aneh dalam menyatukan jalan-jalan yang terpisah. Di dunia yang ramai dan sibuk, di tengah kehidupan manusia yang modern, ada seorang pemuda yang tidak tahu apa-apa tentang gerbang itu. Namanya Kenji, seorang pria biasa yang hidup dengan rutinitas harian yang sederhana. Kenji adalah seorang pelajar sejarah yang lebih tertarik pada masa lalu dan cerita-cerita kuno daripada apa yang terjadi di dunia sekarang. Baginya, sejarah adalah jendela untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, meskipun ia tidak pernah berasumsi bahwa sejarah itu sendiri bisa berpengaruh langsung pada kehidupan.

Kenji tidak pernah tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya pada hari ketika ia menemukan sebuah medali kuno di pasar antik. Medali itu terlihat biasa saja, dengan ukiran yang sudah pudar dan warna yang hampir hilang. Namun, begitu dia menyentuhnya, dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di dalam dirinya, sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan. Sejak saat itu, segala sesuatu yang biasa dalam hidup Kenji mulai berubah. Ia mulai mengalami mimpi-mimpi aneh, penglihatan yang datang tanpa bisa dikendalikan. Mimpi-mimpi itu membawa ke tempat yang jauh, ke dalam dunia yang penuh dengan cahaya dan bayangan. Dalam mimpinya, ia melihat sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu hitam, dan di balik gerbang itu, ada sesuatu yang dibuat.

Pada awalnya, Kenji mencoba mengabaikan semua itu. Namun, semakin lama, penglihatan itu semakin intens dan nyata. Ia mulai merasa bahwa ia harus mencari tahu lebih banyak tentang medali itu dan apa yang tersembunyi di baliknya. Ketika ia melakukan penelitian lebih lanjut, ia menemukan bahwa medali itu bukan sekadar benda kuno biasa. Medali itu adalah kunci untuk membuka gerbang yang telah lama terkunci, gerbang yang membawa siapa pun yang berani membukanya ke dalam dunia yang penuh dengan kekuatan dan bahaya.

Kenji tidak tahu mengapa ia merasa terdorong untuk melanjutkan pencariannya, meskipun ia tahu bahwa itu akan membawa risiko besar. Namun, ada suara dalam dirinya yang mengatakan bahwa ini adalah takdirnya. Ia harus mencari gerbang itu. Ia harus memahami apa yang tersembunyi di baliknya.

Kenji memulai perjalanannya tanpa mengetahui betapa besarnya tantangan yang akan ia hadapi. Dalam pencariannya, ia bertemu dengan seorang wanita muda bernama Ayumi, seorang ahli arkeologi yang juga tertarik dengan sejarah kuno dan mitos yang mengelilingi gerbang itu. Ayumi telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari petunjuk-petunjuk yang menuju ke gerbang yang hilang, dan dia segera merasa bahwa Kenji memiliki bagian penting dalam teka-teki ini. Bersama-sama, mereka melanjutkan pencarian mereka, mengungkap petunjuk-petunjuk yang tersembunyi di tempat-tempat yang tidak terjangkau, dan menghadapi bahaya yang datang dari penjaga-penjaga yang tidak dikenal.

Seiring perjalanan mereka, Kenji dan Ayumi mulai memahami bahwa gerbang itu bukan hanya sebuah pintu yang menghubungkan dua dunia. Gerbang itu adalah ujian, sebuah tes bagi mereka yang berani membukanya. Mereka yang memiliki kunci—medali yang sama dengan yang dikenakan Kenji—akan menghadapi tantangan besar dalam perjalanan mereka. Dunia yang terhubung dengan gerbang itu adalah tempat yang penuh dengan makhluk-makhluk yang tidak pernah mereka bayangkan, dan di dalamnya tersembunyi kekuatan yang mampu mengubah nasib dunia.

Namun, semakin dekat mereka menuju tujuan mereka, semakin kuat ancaman yang mereka hadapi. Mereka tidak hanya berhadapan dengan makhluk-makhluk asing dan penjaga kuno yang berusaha menghentikan mereka. Ada juga pihak-pihak yang berusaha memanfaatkan kekuatan gerbang itu untuk tujuan jahat, yang siap melakukan apa saja untuk menguasai dunia yang tersembunyi di baliknya.

Pada titik tertentu, Kenji mulai merasakan beban yang sangat berat di pundaknya. Meskipun ia telah diberi petunjuk dan kekuatan yang tak terduga melalui medali itu, ia merasa tidak siap untuk menghadapi apa yang ada di balik gerbang. Namun, suara dalam dirinya tidak pernah berhenti membimbingnya, memberi dorongan yang tak terhentikan untuk melanjutkan. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur.

Dan ketika akhirnya mereka sampai di depan gerbang itu—gerbang yang telah lama terlupakan, yang tersembunyi di dalam dimensi yang tak terjamah—Kenji tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Gerbang itu bukan hanya sebuah pintu menuju dunia lain, tetapi juga sebuah pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri, tentang takdir yang mengikatnya, dan tentang apa yang benar-benar ada di balik dunia yang mereka kenal.

Namun, meskipun mereka telah membuka gerbang itu, tantangan baru muncul. Dunia yang terungkap di balik gerbang itu adalah tempat yang penuh dengan keajaiban, namun juga penuh dengan bahaya yang mengancam. Mereka yang memasuki dunia itu harus siap menghadapi kekuatan yang melampaui pemahaman manusia. Mereka yang membuka gerbang ini bukan hanya menjadi penjaga dunia ini, tetapi juga menjadi bagian dari pertarungan yang lebih besar—pertarungan antara cahaya dan kegelapan, antara kehidupan dan kehancuran.

Kenji dan Ayumi harus menghadapi takdir mereka yang sebenarnya, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik gerbang, dan belajar bagaimana mengendalikan kekuatan yang mereka temui. Mereka harus memilih: apakah mereka akan menggunakan kekuatan itu untuk kebaikan, atau apakah mereka akan terjerat dalam godaan kekuasaan yang dapat menghancurkan dunia mereka? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Perjalanan baru mereka saja dimulai, dan dunia yang mereka masuki adalah dunia yang lebih luas dan lebih misterius dari yang pernah mereka bayangkan. Namun, satu hal yang pasti: takdir telah memilih mereka untuk menjadi penjaga gerbang, dan mereka harus siap menghadapi apa pun yang ada di baliknya.*

Bab 1: Bayang-bayang dari Masa Lalu

Di sebuah desa yang terpencil di kaki pegunungan Jepang, dunia seolah terhenti saat salju turun perlahan, menutupi tanah yang dingin. Udara yang sejuk dan sunyi ini, bagai sebuah dunia yang terpisah dari hiruk-pikuk zaman. Desa kecil ini, yang dikenal dengan nama Takamura, sudah lama terlupakan oleh dunia luar. Dikelilingi oleh hutan lebat dan jurang yang curam, tidak banyak orang yang tahu bahwa di sini terdapat kuil kuno yang dianggap telah lama ditinggalkan.

Namun, sebuah kejadian tak terduga mengejutkan ketenangan desa ini. Pagi itu, seorang pemuda tak sadarkan diri di depan pintu kuil. Rambutnya yang hitam lebat tertutup salju yang baru turun, dan tubuhnya tampak rapuh, seolah telah lama kehilangan arah hidup. Warga desa yang pertama kali ditemui adalah seorang petani bernama Haruto. Haruto, yang sedang dalam perjalanan di ladangnya, berhenti sejenak saat melihat sosok pemuda itu di ambang pintu kuil.

Dengan hati-hati, Haruto mendekati pemuda tersebut dan panjangnya tubuhnya. Wajahnya pucat, matanya tertutup rapat, dan tubuhnya tampak kaku. Haruto merasa cemas. Dia tahu bahwa desa ini jarang menerima kedatangan orang asing. Pemuda ini jelas bukan penduduk desa. Mungkinkah dia datang dari jauh? Atau lebih buruk lagi, apakah ini pertanda buruk?

Haruto memutuskan untuk membawa pemuda itu ke rumahnya, berharap seseorang bisa menjelaskan asal-usulnya. Tak lama setelah itu, seorang biksu tua bernama Yoshiro datang untuk melihat kondisi pemuda tersebut. Yoshiro, meskipun sudah sangat tua, memiliki pengetahuan yang luas tentang sejarah desa ini. Dia dikenal sebagai penjaga tradisi dan cerita-cerita kuno yang diwariskan secara turun-temurun. Ketika Yoshiro melihat pemuda itu, matanya berbinar, seakan mengenali sesuatu yang tak biasa.

“Kami harus membawa ke kuil,” ujar Yoshiro, suara lembut namun penuh ketegasan. “Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi.”

Berkat bantuan warga desa, pemuda itu dibawa ke kuil. Yoshiro menyarankan agar mereka tidak menyentuh atau mengganggu tubuh pemuda itu lebih jauh, karena mereka hanya bisa merusak sesuatu yang lebih penting dari yang mereka ketahui. Selama beberapa hari, pemuda itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, namun tidak lama kemudian, dia akhirnya terbangun. Dengan bingung, dia mengamati sekeliling. Dinding-dinding kuil yang usang dan lampu-lampu minyak yang berpendar lembut memberi suasana yang aneh, namun tidak asing.

“Di mana… aku?” suara pemuda itu terdengar serak dan lemah.

Yoshiro, yang duduk di tengah, menatapnya dengan penuh perhatian. “Kamu berada di Kuil Takamura, anak muda. Nama siapa kamu?”

Pemuda itu membayangkan, seolah mencari-cari kenangan yang terlupakan. “Aku… aku tidak tahu,” jawabnya pelan, wajahnya mengerutkan kening. “Aku merasa… aku kehilangan sesuatu. Tapi aku tidak tahu apa.”

Yoshiro mendekat, melihat dengan seksama wajah pemuda itu. Ada sesuatu yang tidak biasa pada pemuda ini. Selain kebingungannya di dalam, ada kilatan misterius di matanya. Sebuah perasaan yang sudah lama mengendap dalam ingatan, bagaikan suara-suara yang tak tampak sedang berbisik di dalam hati.

“Boleh aku tahu namamu?” tanya Yoshiro lagi, mencoba membuka percakapan.

Pemuda itu memegangi kepalanya, berusaha mengingat. Setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, dia akhirnya berkata dengan ragu, “Kenji… Nama saya Kenji.”

Kenji melihat sekelilingnya dengan kebingungan. Di dalam kuil yang gelap dan sunyi itu, dia merasakan ada sesuatu yang menghubungkannya dengan tempat ini. Namun, rasa itu begitu kabur, begitu samar. Di sekitar contohnya, sebuah medali kecil terikat pada rantai emas. Medali itu tampak kuno, dengan ukiran simbol yang tak dikenalnya. Hanya dengan melihatnya, Kenji merasakan sensasi aneh yang mengalir dalam dirinya—sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan.

Yoshiro, yang melihat medali itu, mengangkat kelopak mata. “Itu…” terdengar penuh rasa hormat. “Itu adalah simbol dari penjaga gerbang dimensi. Kamu… mungkin telah dipilih untuk suatu tujuan yang sangat besar.”

Kenji menatap dengan bingung. “Penjaga gerbang dimensi? Apa maksudmu?”

Yoshiro menarik napas dalam-dalam. “Ada legenda kuno yang mengatakan bahwa setiap beberapa generasi, seorang penjaga akan dipilih untuk melindungi gerbang yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh. Gerbang itu tersembunyi di dalam dimensi lain, dan hanya bisa dibuka oleh mereka yang terpilih. Medali itu adalah tanda bahwa kamu adalah penjaga yang baru.”

Kenji merasa terkejut. “Aku penjaga gerbang? Tapi aku tidak ingat apa-apa tentang itu. Aku hanya merasa…seperti ada yang hilang.”

Yoshiro mengangguk pelan. “Itulah yang terjadi. Para penjaga sering kali kehilangan ingatan mereka untuk melindungi diri mereka dari ancaman yang datang dari dunia lain. Namun, tanda itu selalu ada. Ada kekuatan yang mengalir melalui kamu, Kenji. Kamu harus mencari tahu siapa dirimu sebenarnya dan apa yang terjadi dengan gerbang itu.”

Kenji memegang medali di balas dengan tangan gemetar. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu—suara samar yang berbisik di pendengaran. Suara seorang wanita, lembut namun penuh dengan rasa urgensi. “Pintu gerbang… harus ditemukan. Waktunya hampir habis…”

Kenji menatap Yoshiro dengan penuh kebingungan dan ketakutan. “Ada suara… seperti seorang wanita. Dia berkata, ‘Pintu gerbang harus ditemukan.’ Apa maksudnya?”

Yoshiro memandangnya dengan ekspresi serius. “Itu adalah petunjuk, Kenji. Kamu harus menemukan gerbang itu sebelum terlambat. Ada kekuatan gelap yang ingin menguasai dunia kita. Jika gerbang itu terbuka, maka dunia manusia dan dunia roh akan bersatu dalam kegelapan.”

Kenji merasakan ketakutan yang mendalam. “Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menemukan gerbang itu?”

Yoshiro berdiri dan membuka pintu kuil. Di luar, salju masih turun perlahan, menutupi dunia dengan ketenangan yang menipu. “Kamu akan memulai perjalanan panjang, Kenji. Sebuah perjalanan yang penuh teka-teki, petualangan, dan pengorbanan. Namun, keributan bahwa kamu tidak sendirian. Kekuatannya ada di dalam dirimu, meskipun kamu belum sepenuhnya mengerti.”

Kenji menatap dunia yang terbentang di depannya. Sebuah jalan panjang yang akan membawa dia ke rahasia yang tersembunyi, ke dunia yang lebih besar dari yang pernah dia bayangkan. Meskipun dia masih bingung dan penuh ketakutan, satu hal yang jelas di dalam hatinya—dia tidak bisa mundur. Dunia yang lebih besar menunggunya, dan gerbang itu, dengan segala misterinya, harus ditemukan.

Dengan langkah mantap, Kenji memulai perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.*

Bab 2: Peta yang Hilang

Perjalanan Kenji dimulai dengan langkah yang penuh keraguan, namun semangat baru menyala di dalam dirinya setelah mendengar cerita Yoshiro tentang penempatan sebagai penjaga gerbang dimensi. Meski ingatannya masih kabur dan banyak hal yang tidak bisa ia pahami, satu hal yang pasti—ia memiliki sebuah tujuan yang harus dicapai. Namun, untuk menemukan gerbang yang tersembunyi, Kenji harus terlebih dahulu menemukan peta kuno yang bisa menunjukkan jalan menuju lokasi gerbang itu. Peta tersebut hilang sejak berabad-abad lalu, dan satu-satunya petunjuk yang ada adalah simbol misterius yang tercetak pada medali yang dikenakannya.

Yoshiro memberikan Arah, mengingatkan Kenji bahwa peta itu terpecah menjadi beberapa bagian yang tersebar di tempat-tempat yang penuh dengan rahasia. Beberapa bagian peta dipercayakan kepada keluarga-keluarga tua yang sudah lama mengabdi kepada kuil. Salah satu bagian peta itu diyakini berada di sebuah kuil kuno yang terletak di ujung timur, jauh di dalam hutan yang hampir tak terjamah oleh manusia. Kuil itu sudah lama terlupakan dan hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaannya.

Kenji mempersiapkan diri dengan hati-hati. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Ia akan melewati medan yang berat, hutan yang gelap, dan mungkin menemui banyak bahaya yang mengancam. Namun, semangat untuk menemukan jawaban atas teka-teki yang membingungkan hatinya memberi kekuatan pada langkahnya. Di sisi lain, ada sesuatu yang membuatnya merasa terikat dengan kuil-kuil kuno ini—sebuah perasaan tak terjelaskan yang mendorongnya untuk terus maju.

Yoshiro memberikan sebuah petunjuk tambahan. “Jangan hanya mencari petanya, Kenji. Perhatikan juga apa yang kamu temui di sepanjang jalan. Setiap benda yang kamu temui bisa menjadi kunci untuk membuka bagian-bagian lain dari teka-teki ini.”

Kenji mengangguk, meski dia tidak sepenuhnya memahami apa yang dimaksudkan oleh Yoshiro. Tapi satu hal yang jelas—perjalanan ini bukan hanya soal menemukan peta, melainkan juga tentang menemukan dirinya sendiri. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini, sesuatu yang lebih dari sekedar gerbang dimensi dan peta yang hilang.

Setelah beberapa hari perjalanan, Kenji akhirnya tiba di kaki gunung yang menjadi penanda jalan menuju kuil tersebut. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita muda bernama Ayumi. Ayumi adalah seorang penduduk desa yang tinggal tidak jauh dari kuil kuno yang dimaksudkan oleh Yoshiro. Ia telah mendengar kabar tentang kedatangan Kenji dan merasa tergerak untuk membantu. Ayumi memiliki pengetahuan mendalam tentang hutan dan gunung di sekitar desa mereka, dan ia tahu banyak tentang kuil-kuil yang tersembunyi di sana. Dengan keraguan awal, Kenji akhirnya menerima bantuan Ayumi.

Sepanjang perjalanan, Ayumi menunjukkan berbagai macam petunjuk yang tersembunyi di alam sekitar. Pohon-pohon yang memiliki ukiran simbol kuno, batu-batu besar yang tampak seperti pintu yang tertutup rapat, dan aliran sungai yang memancarkan aura magis—semuanya memberi Kenji perasaan seolah-olah ia sedang berada di dalam mimpi. Hutan itu terasa hidup, penuh dengan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

“Mengapa kamu ingin membantuku?” tanya Kenji suatu malam, saat mereka beristirahat di sebuah tempat terbuka di tepi sungai. Malam itu, langit dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang, dan udara yang segar memberi perasaan damai yang kontras dengan ketegangan yang ada dalam perjalanan mereka.

Ayumi tersenyum lembut. “Aku merasa ada sesuatu yang aneh tentang perjalananmu, Kenji. Seperti ada hubungan antara takdirku dan takdirmu. Saya merasa… saya harus menemukan peta itu.”

Kenji teringat sejenak, mencoba memahami apa yang dimaksudkan oleh Ayumi. Tetapi tidak ada waktu untuk berpikir lebih dalam, karena mereka harus melanjutkan perjalanan mereka. Mereka melangkah lebih jauh ke dalam hutan, dan semakin lama, semakin terasa bahwa hutan ini menyimpan banyak rahasia yang tersembunyi.

Setelah berhari-hari berjalan, mereka akhirnya sampai di kuil kuno yang dimaksud. Kuil itu terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi. Bangunan itu sudah sangat tua dan hampir tertutup oleh tanaman liar, namun masih berdiri tegak, seolah menunggu kedatangan mereka. Kenji merasakan getaran yang kuat di dalam dirinya begitu ia melangkah memasuki area kuil. Di dalamnya terdapat altar yang penuh dengan ukiran simbol yang sama dengan medali yang dikenakannya. Ia tahu, ini adalah tempat yang tepat. Di dalamnya petunjuk selanjutnya akan ditemukan.

Namun, saat mereka memasuki ruangan utama kuil, mereka disambut oleh sosok seorang pria tua yang mengenakan jubah hitam. Pria itu berdiri di tengah ruangan, matanya yang tajam mengamati mereka dengan penuh kewaspadaan. Kenji dan Ayumi berhenti sejenak, menilai situasi. Ada sesuatu yang berbeda tentang pria ini—dia tampak seperti penjaga kuil, tetapi aura di sekitarnya terasa tidak ramah.

“Siapa kalian?” tanya pria tua itu dengan suara rendah, tetapi penuh otoritas.

“Aku Kenji, dan ini Ayumi,” jawab Kenji, berusaha tenang. “Kami mencari bagian peta yang hilang. Kami mendengar bahwa peta itu ada di sini.”

Pria tua itu mengamati mereka sejenak sebelum akhirnya berbicara. “Peta itu bukan sesuatu yang bisa kamu temukan dengan mudah. Banyak yang telah mencoba untuk menemukannya, namun hanya sedikit yang berhasil. Peta itu dilindungi oleh sebuah ujian. Hanya mereka yang layak yang bisa dipasang.”

Kenji merasa tegang, tetapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus melalui ujian itu. “Kami siap untuk menjalani ujian,” kata Kenji dengan suara mantap.

Pria itu mengangguk pelan. “Baiklah, jika kamu yakin. Namun ingat, tidak semua orang bisa melewati ujian ini. Hanya mereka yang benar-benar memahami arti dari teka-teki yang ada di dalamnya.”

Dengan itu, pria tua itu melangkah mundur dan membuka sebuah pintu tersembunyi di sisi kuil. Di balik pintu terdapat sebuah ruangan kecil yang diisi dengan batu-batu besar yang tertata rapi. Setiap batu memiliki simbol yang berbeda, dan di tengah ruangan, terdapat sebuah batu besar yang lebih tinggi dari yang lain. Di atas batu itu, terukir sebuah tulisan kuno yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang memiliki pengetahuan tentang sejarah lama.

“Ayumi, kamu tahu bahasa kuno ini?” tanya Kenji merasa cemas.

Ayumi mendekatkan dan mengamati tulisan itu dengan cermat. “Ini adalah bahasa yang digunakan oleh para penjaga gerbang. Saya tidak tahu banyak, tetapi saya bisa membaca sebagian dari tulisan ini. Ini adalah petunjuk tentang cara menemukan peta yang hilang.”

Kenji menatap tulisan itu dengan penuh perhatian, mencoba mencari tahu apa yang dimaksud. Dalam hati, ia merasa bahwa petunjuk ini adalah kunci untuk menemukan jalan menuju gerbang dimensi yang tersembunyi. Namun, teka-teki yang terukir di batu itu jauh lebih sulit daripada yang ia bayangkan.

“Apa maksudnya?” tanya Kenji, kebingungannya semakin dalam.

Ayumi tersenyum kecil. “Mungkin kita harus berpikir lebih dalam. Teka-teki ini bukan hanya tentang menemukan peta, tetapi tentang memahami apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini.”

Kenji mengangguk pelan, merasakan bahwa ujian ini baru saja dimulai. Ia tahu bahwa perjalanan mereka akan semakin sulit, namun tekadnya untuk mengungkap rahasia di balik peta yang hilang dan gerbang dimensi semakin kuat.*

Bab 3: Di Balik Gerbang

Kenji dan Ayumi berdiri di depan batu besar yang terukir dengan tulisan kuno. Setelah beberapa lama mencoba memecahkan teka-teki yang ada di batu itu, mereka akhirnya menyadari bahwa jawaban tidak akan datang begitu saja. Tulisan itu tidak hanya sekedar petunjuk, melainkan sebuah ujian mental yang mengharuskan mereka melihat lebih jauh dari yang terlihat. Di dalam hati Kenji, perasaan tertekan mulai muncul. Seakan setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka semakin dekat pada sesuatu yang lebih besar, tetapi juga lebih berbahaya.

“Aku rasa kita sudah terlalu lama terjebak di sini,” kata Ayumi, suaranya penuh kebingungan. “Mungkin kita perlu melihat hal ini dari perspektif yang berbeda.”

Kenji mengangguk pelan, dan tanpa berkata apa-apa, ia memfokuskan dirinya pada batu besar itu. Simbol-simbol kuno yang terukir di permukaan batu mulai terasa hidup baginya. Mereka bukan sekadar bentuk-bentuk abstrak, melainkan representasi dari sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang tersembunyi dalam dimensi yang lebih tinggi. Suatu perasaan, yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, mengalir dalam dirinya. Tiba-tiba, medali yang ia kenakan di refleksikan terasa panas, dan ia merasakan sesuatu yang aneh, seolah ada kekuatan yang menghubungkannya dengan batu itu.

“Kenji…” suara Ayumi mengganggu konsentrasi Kenji. “Kamu juga merasakannya, bukan?”

Kenji menoleh ke arahnya dengan bingung. “Apa maksudmu?”

Ayumi menunjuk ke batu besar. Di sana, terdapat kilatan cahaya yang berasal dari simbol yang terukir. Setiap simbol bersinar dengan intensitas yang berbeda, seperti mengundang mereka untuk melangkah lebih dekat.

Kenji merasakan dorongan yang kuat untuk menyentuh batu itu. Dengan hati-hati, ia melangkah maju dan menyentuh permukaan batu. Begitu jari-jarinya menyentuh ukiran itu, seketika seluruh tubuhnya terasa diselimuti cahaya. Sebuah penglihatan tiba-tiba muncul dalam pikiran. Gambar-gambar yang jelas dan kabur, seperti potongan-potongan kenangan yang hilang, berputar di sekelilingnya.

Dalam penglihatannya, Kenji melihat dirinya berdiri di depan sebuah gerbang raksasa yang terbuat dari batu hitam. Gerbang itu tampak sangat kuno, namun energi yang mengelilinginya sangat kuat, seperti sebuah kekuatan yang bisa menghancurkan dunia. Di sekeliling gerbang itu, ada sosok-sosok yang seolah-olah berasal dari dunia lain—roh-roh yang tidak terlihat, namun keberadaannya terasa nyata. Di belakang gerbang, terdapat dimensi lain yang kabur, seolah-olah terjadi kebocoran.

Suara wanita itu kembali terdengar dalam ingatan, lebih jelas kali ini, penuh dengan urgensi. “Kenji… gerbang itu… buka dan tutup. Waktumu hampir habis. Hanya mereka yang memiliki medali ini yang dapat memutuskan.”

Kenji merasakan tubuhnya gemetar. Ia berusaha untuk memahami visi itu, namun semakin ia mencoba, semakin ia terjebak dalam kebingungannya. Gambar-gambar itu berputar lebih cepat, hingga akhirnya semuanya menjadi gelap, dan Kenji terjatuh ke tanah.

Ayumi segera mendekat, membantu bangkit. “Kenji, kamu baik-baik saja?”

Kenji menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Penglihatan itu masih terbayang jelas dalam ingatannya. “Aku melihat gerbang… dan ada sesuatu yang sangat kuat di belakangnya. Aku merasakannya, Ayumi. Ada sesuatu yang berbahaya di balik gerbang itu.”

Ayumi menatap dengan khawatir. “Kamu yakin? Mungkin itu hanya penglihatan, bukan kenyataan.”

“Aku tidak tahu,” jawab Kenji dengan suara ragu. “Tapi apa yang aku lihat itu nyata. Dan aku rasa aku harus menemukan gerbang itu.”

Ayumi mengangguk, sepertinya mulai mengerti beratnya beban yang dipikul Kenji. “Jika itu yang kamu rasakan, maka kita harus terus maju. Kita tidak bisa mundur sekarang.”

Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan kuil kuno dan memasuki hutan yang semakin lebat. Setiap langkah mereka diambil dengan hati-hati, karena Kenji tahu, semakin dekat mereka dengan tujuan, semakin besar pula ancamannya.

Hari-hari berlalu dengan kecepatan yang sulit diukur. Mereka melewati sungai-sungai yang berkelok, mendaki gunung-gunung yang curam, dan beristirahat di malam-malam yang sepi, di mana hanya suara alam yang menemani mereka. Kenji mulai merasa semakin terhubung dengan alam sekitar. Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan—sebuah ikatan dengan tanah, batu, dan angin yang seolah memberi petunjuk tentang arah yang harus diambil.

Namun, di tengah perjalanan mereka, Kenji mulai merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka. Perasaan itu datang begitu tiba-tiba, seolah-olah ada kekuatan yang mengintai mereka dari bayang-bayang hutan. Setiap langkah terasa lebih berat, meskipun mereka tidak melihat ada yang mencurigakan, Kenji bisa merasakan ada mata yang mengawasi mereka.

Suatu malam, setelah membangun kamp di sebuah lembah yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi, Kenji terbangun dari tidurnya karena mendengar suara langkah kaki yang aneh. Ia membuka matanya, dan melihat sosok yang berdiri di pinggiran perkemahan mereka. Sosok itu mengenakan jubah hitam, dengan wajah yang tertutup topeng. Kenji merasakan sesuatu yang tidak wajar tentang keadaan itu, dan instingnya langsung dirasakan untuk berhati-hati.

Ayumi juga terbangun dan melihat sosok itu. “Siapa dia?” bisik Ayumi, matanya penuh rasa takut.

Kenji tidak bisa menjawab, tapi dia bisa merasakan ancaman yang datang dari sosok itu. Dalam sekejap, sosok tersebut melangkah maju dengan cepat, dan sebelum Kenji bisa bertindak, sosok itu mengeluarkan sebuah pedang panjang yang berkilau dengan cahaya gelap. “Aku datang untuk memastikan kalian tidak melanjutkan perjalanan ini,” kata sosok itu dengan suara rendah dan dalam, suara yang terasa seperti berasal dari dimensi yang berbeda.

Kenji segera berdiri, mempersiapkan dirinya. “Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?”

Sosok itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia melompat maju dengan kecepatan luar biasa, menyerang Kenji dengan pedang yang terhunus. Kenji menghindar dengan gerakan cepat, merasakan energi gelap yang mengelilingi pedang itu. “Kamu… bukan manusia!” serunya.

Sosok itu hanya tersenyum di balik topengnya, seolah menikmati kekuatan yang ia miliki. “Aku adalah penghalang bagi mereka yang berusaha membuka gerbang,” jawabnya dengan dingin. “Aku diutus untuk menghentikan siapa pun yang ingin mengganggu keseimbangan dunia.”

Kenji merasakan ketegangan yang mencekam. Dengan keberanian yang tersisa, ia melangkah maju, bertarung dengan sosok itu. Setiap serangan yang diberikan terasa berat, seolah-olah kekuatan gelap itu ingin menyerap segala energi dari tubuhnya. Namun, Kenji tidak mundur. Ia tahu bahwa perjalanan ini lebih penting daripada dirinya sendiri.

Saat pedang mereka bersentuhan, Kenji merasakan sesuatu yang aneh—sebuah getaran yang mengalir melalui tubuhnya, yang seolah-olah membuat medali yang dikejutkan dengan kekuatan yang luar biasa. Tanpa dia sadari, simbol pada medali itu mulai bersinar terang, mengeluarkan cahaya putih yang memancarkan dengan kekuatan yang tidak dapat dijelaskan.

Sosok itu mundur, terkejut melihat kekuatan yang muncul dari dalam diri Kenji. “Apa yang terjadi?” desisnya, kebingungannya jelas terlihat.

Kenji tidak tahu apa yang baru saja terjadi, tetapi ia merasa bahwa kekuatan dalam dirinya telah bangkit. “Aku tidak akan membiarkan kamu menghentikan kami.”

Dengan diskusi tenaga, Kenji mempersempit medali itu ke arah sosok tersebut. Cahaya dari medali melesat dengan kecepatan yang luar biasa, mengenai sosok itu dan memaksanya mundur dengan kekuatan yang begitu besar, hingga sosok itu terjatuh ke tanah, kehilangan kekuatan.

“Aku… tidak bisa…” sosok itu berbisik, sebelum menghilang dalam kabut gelap.

Kenji berdiri terengah-engah, merasa lelah, tetapi tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang baru saja terjadi. Apa maksudnya dengan gerbang itu? Mengapa ada begitu banyak orang yang ingin dihentikan?

Ayumi mendekatinya, heran dan terkejut. “Kenji, apa yang baru saja terjadi?”

Kenji menatap medali dengan kagum, merasakan kekuatan yang mengalir dari dalamnya. “Aku tidak tahu, Ayumi. Tapi kita harus melanjutkan perjalanan ini. Aku merasa kita semakin dekat.”*

Bab 4: Gerbang Dimensi

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Kenji dan Ayumi semakin dekat dengan tujuan mereka. Perjalanan panjang yang penuh dengan teka-teki, pertempuran, dan rahasia semakin mengungkap gambaran yang lebih besar. Kenji merasa bahwa setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka semakin dekat ke suatu kebenaran yang tersembunyi, sebuah kebenaran yang jauh melampaui apa yang bisa ia pahami. Dalam hati, Kenji tahu bahwa waktu mereka semakin sedikit, dan tidak ada jalan lain selain menghadapi gerbang yang telah lama tertutup.

Mereka sampai di sebuah lembah yang terletak di antara dua pegunungan besar, sebuah tempat yang terasa sangat tua dan penuh dengan aura magis. Di tengah lembah itu berdiri sebuah bangunan besar yang hampir hancur, namun tetap kokoh berdiri, seolah menunggu kedatangan mereka. Bangunan itu adalah gerbang yang telah dicari-cari oleh Kenji selama ini, gerbang yang menghubungkan dunia manusia dengan dimensi lain.

Kenji berhenti sejenak, memikirkan langkah terakhirnya. Semua yang ia lalui—dari kuil-kuil kuno, ujian yang menguji ketabahannya, hingga pertempuran melawan penjaga yang misterius—membawanya ke titik ini. Sesuatu di dalam dirinya merasa siap, meskipun ketakutan dan kebingungannya masih ada. Apa yang akan terjadi setelah gerbang ini terbuka? Apa yang akan ia temui di baliknya?

“Ayumi,” panggil Kenji, suaranya penuh dengan keraguan. “Apakah kamu yakin kita harus melakukannya?”

Ayumi yang berdiri di pondasi gerbang dengan mata penuh keyakinan. “Aku tidak tahu apa yang akan kita hadapi setelah ini, Kenji. Tapi aku percaya, ini adalah takdir kita. Takdirmu. Gerbang ini bukan hanya tentang membuka sebuah pintu. Ini adalah tentang mengungkap kebenaran yang telah lama terkubur.”

Kenji mengangguk pelan. Tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka melangkah maju menuju bangunan itu. Begitu mereka mendekat, Kenji merasa ada perubahan di udara. Energi yang mengalir di sekitarnya terasa semakin kuat, semakin intens. Medali yang ia kenakan mulai bergetar, seakan membalas kekuatan yang ada di depan mereka. Ketegangan semakin terasa seiring mereka mendekati pusat gerbang.

Bangunan itu ternyata bukan hanya sebuah kuil atau struktur biasa. Itu adalah sebuah gerbang yang tersembunyi dalam waktu, sebuah dimensi yang ada di antara dunia manusia dan dunia yang tak terjamah. Pintu utama gerbang itu tertutup rapat, namun di atasnya, terdapat ukiran simbol yang sama dengan medali yang dikenakan Kenji—sebuah simbol yang telah membawa mereka sejauh ini.

“Aku merasa… ini adalah saatnya,” kata Kenji pelan sambil memandang Ayumi.

Ayumi hanya mengangguk, tidak berkata apa-apa. Dia juga merasakan hal yang sama. Sesuatu yang besar sedang menanti mereka, sesuatu yang akan mengubah segalanya.

Kenji mengeluarkan medali dari merekam dan memegangnya dengan kedua tangan. Medali itu berkilau dalam cahaya yang lemah, tetapi semakin lama semakin terang, seolah-olah siap untuk membuka jalan. Kenji memandang medali itu dengan penuh harapan. Dengan hati yang berdebar, ia meletakkan medali itu tepat di tengah ukiran simbol yang ada di pintu gerbang. Tiba-tiba, sebuah cahaya yang sangat kuat membahayakan mereka, dan suara gemuruh terdengar di sekitarnya.

Gerbang itu mulai terbuka perlahan. Pintu yang sebelumnya tertutup rapat kini mulai terbuka, menampilkan pemandangan yang sangat berbeda dari dunia yang mereka kenal. Di balik pintu, ada sebuah dunia yang asing, penuh dengan cahaya yang berkilau dan langit yang tak dapat mereka pahami. Di sana, segala sesuatu terasa berbeda—suasananya tidak seperti dunia nyata, melainkan lebih seperti sebuah alam yang berada di luar pemahaman manusia.

“Ini…” Ayumi terengah-engah, matanya terbelalak. “Kita benar-benar telah sampai di sini.”

Kenji merasa terombang-ambing antara rasa kagum dan ketakutan. Dunia di balik gerbang itu tidak seperti yang ia bayangkan. Langitnya berwarna ungu dengan semburat emas yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Bumi itu sendiri sepertinya tidak kokoh seperti yang ada di dunia manusia. Ada beberapa tempat yang melayang di udara, sementara lainnya dipenuhi tanaman yang mengeluarkan cahaya.

Namun, meskipun pemandangannya sangat memukau, Kenji tahu bahwa ini bukanlah tempat yang bisa mereka tinggali. Ini adalah tempat yang penuh dengan kekuatan dan bahaya yang tak terduga. Hanya mereka yang dipilih—mereka yang memiliki kunci untuk membuka gerbang ini—yang bisa melangkah ke dunia ini.

Kenji menginjakkan kaki pertama kali di dunia yang asing itu. Begitu kaki menyentuh tanah, sebuah getaran terasa dalam dirinya, dan seketika itu juga, rasa lelah yang sebelumnya menghinggapinya hilang. Sebuah kekuatan baru mengalir melalui dirinya, seolah-olah ia telah diterima oleh dunia ini.

Ayumi mengikuti Kenji, masih dengan rasa keheranan yang mendalam. “Kenji, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

Kenji menatap sekelilingnya dengan cermat. “Kita harus menemukan apa yang sebenarnya ada di sini. Gerbang ini terbuka untuk kita, tapi bukan berarti kita bisa begitu saja masuk tanpa tujuan.”

Mereka melangkah lebih jauh ke dalam dunia baru ini. Di sekitar mereka, Kenji bisa merasakan adanya kehidupan yang berbeda. Tidak ada manusia, hanya makhluk-makhluk yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Beberapa dari mereka tampak seperti roh-roh yang melayang, sementara yang lainnya seperti makhluk yang terbuat dari cahaya atau bayangan.

Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh di udara. Di tengah dunia yang penuh dengan keheningan ini, suara itu menggetarkan tanah dan udara di sekitar mereka. Seorang tokoh besar muncul di hadapan mereka, sosok yang tampaknya sangat tua dan penuh dengan kebijaksanaan. Sosok itu mengenakan jubah yang terbuat dari energi yang berkilau, dan matanya yang penuh dengan pengetahuan memandang mereka dengan tajam.

“Kenji,” suara sosok itu menggema di udara, meski tidak mengeluarkan suara secara langsung. Suara itu terasa seolah-olah menjalar ke dalam pikiran mereka. “Kamu telah datang jauh untuk menemukan gerbang ini. Tapi ingat, membuka gerbang ini bukan hanya tentang menemukan dunia lain. Ini adalah tentang memahami takdirmu yang sebenarnya.”

Kenji dan Ayumi menjawab, tak bisa mengucapkan kata pun. Mereka hanya bisa menampilkan sosok itu, merasakan beratnya kata-kata yang baru saja diucapkan.

“Apa yang harus kami lakukan?” tanya Kenji dengan suara rendah, namun penuh dengan tekad.

Sosok itu tersenyum dengan bijaksana. “Tugasmu belum selesai, Kenji. Ini baru permulaan. Kamu telah membuka gerbang, tetapi banyak yang harus kamu pelajari di dunia ini. Banyak yang harus kamu pahami tentang hubungan antara dimensi dan dunia manusia. Hanya dengan begitu, kamu bisa mencapai takdirmu yang sesungguhnya.”

Sosok itu menghilang begitu saja, meninggalkan Kenji dan Ayumi dalam kebingungannya. Mereka tidak tahu apa yang baru saja terjadi, namun perasaan yang mereka rasakan sangat kuat—ini adalah sebuah awal yang baru, sebuah awal untuk memahami dunia yang lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

Kenji menatap Ayumi, yang sepertinya sedang berpikir. “Kita harus menemukan jalan kita di sini, Ayumi. Dunia ini lebih besar dari yang kita duga, dan kita harus memahaminya.”

Ayumi mengangguk pelan. “Aku tahu, Kenji. Aku akan selalu mendukungmu, tidak peduli apa yang kita hadapi.”

Dengan langkah mantap, mereka melangkah lebih jauh ke dalam dunia baru ini. Gerbang dimensi telah terbuka,

dan takdir mereka yang sebenarnya baru saja dimulai.***

———–THE END——–

 

 

 

 

Source: Jasmine Malika
Tags: #Petualangan #DimensiRahasia #GerbangTerbuka #Takdir #Misteri
Previous Post

SAMURAI TANPA TUJUAN MENCARI KEBENARAN DI MEDAN PERANG

Next Post

GOJOSEON JEJAK PERJUANGAN DALAM ARUS WAKTU

Next Post
GOJOSEON JEJAK PERJUANGAN DALAM ARUS WAKTU

GOJOSEON JEJAK PERJUANGAN DALAM ARUS WAKTU

TAKDIR BONEKA AJAIB

TAKDIR BONEKA AJAIB

SUARA DARI KEDALAMAN

SUARA DARI KEDALAMAN

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In