Bab 1: Perkumpulan Geng Receh
Di sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan, berkumpullah empat sahabat yang selalu membuat onar di kampung mereka.
Jono, sang ketua geng yang selalu sok bijak.
Ucok, si paling malas tapi paling banyak ngomong.
Tatang, ahli teori konspirasi yang percaya alien itu nyata.
Sule, yang selalu lapar dan berpikir perut lebih penting daripada apapun.
Mereka tidak punya misi mulia dalam hidup. Geng Receh ini dinamakan begitu karena mereka selalu ribut soal hal-hal kecil—seperti siapa yang harus bayar kopi atau siapa yang curang saat main kartu.
Suatu sore, ketika mereka sedang berdebat tentang siapa yang terakhir kali utang gorengan, tiba-tiba televisi di warung menayangkan berita mengejutkan.
“Benda misterius jatuh di Bukit Kembar! Cahaya aneh terlihat oleh warga, namun belum ada penjelasan resmi dari pemerintah.”
Tatang langsung berdiri dengan wajah panik. “GUE BILANG JUGA APA! INI PASTI ALIEN! KITA DALAM BAHAYA!”
Sule mengunyah gorengan dengan santai. “Yaelah, paling meteor biasa.”
Jono menggeleng. “Kita harus ke sana dan cari tahu. Jangan sampai kalau itu alien, kita malah jadi budaknya.”
Ucok mengerutkan dahi. “Tunggu, kenapa kita yang harus peduli?”
Tatang menunjuk Ucok dengan mata berbinar. “Karena kita GENG RECEH! KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB UNTUK MENYELAMATKAN DUNIA!”
Dan seperti itulah, dengan logika yang tidak masuk akal, mereka akhirnya memutuskan berangkat ke Bukit Kembar.
Bab 2: Misi Penyelidikan Berantakan
Mereka tiba di Bukit Kembar dengan modal nekat. Perlengkapan mereka?
Senter HP
Botol air
Sebungkus kerupuk
Dan keberanian yang sangat tipis
Ucok menatap hutan gelap di hadapannya. “Oke, siapa yang mau jalan duluan?”
Semua diam.
Tatang, dengan keberanian palsunya, melangkah maju. “Ayo, kita nggak boleh takut!”
Namun, baru beberapa langkah, dia menginjak sesuatu yang licin dan langsung JEBRUK! jatuh ke tanah.
“ARGH! ADA SESUATU DI SINI!” jeritnya panik.
Mereka langsung menyorotkan senter, ternyata… dia jatuh di atas tumpukan pisang busuk.
Jono menghela napas. “Gue udah bilang, kita butuh rencana.”
Setelah beberapa menit meraba-raba dalam kegelapan, mereka akhirnya sampai di lokasi jatuhnya benda misterius.
Dan di sana, mereka melihatnya: sebuah benda logam raksasa berbentuk kapsul.
Ucok menelan ludah. “Oke… sekarang gue mulai percaya ini bukan meteor biasa.”
Tiba-tiba, kapsul itu bergetar. Pintu besarnya terbuka perlahan, mengeluarkan asap tebal.
Dari dalamnya, keluarlah sesosok makhluk berkepala besar dengan mata besar dan tubuh kehijauan.
Makhluk itu melotot ke arah mereka.
Sule tanpa pikir panjang, melempar kerupuk ke arah alien itu sambil berteriak, “AMBIL INI, MAKHLUK ASING!”
Kerupuk melayang… lalu jatuh ke tanah. Alien itu memungut satu keping, memasukkannya ke mulut…
Dan tiba-tiba berkata, “ENAK!”
Semua terdiam.
Bab 3: Tamu Tak Terduga
Alien itu mengunyah kerupuk dengan ekspresi puas.
“Saya… Kapten Zog. Pesawat saya rusak… Butuh bantuan.”
Jono mengangguk pelan. “Jadi lo bukan mau menyerang bumi?”
Zog menggeleng. “Tidak. Saya cuma butuh… makanan lebih banyak.”
Ucok langsung menepuk jidat. “Jadi lo mendarat di bumi cuma karena lapar?”
Alien itu mengangguk polos.
Sule tersenyum. “Bro, gampang itu mah! Kita kasih makanan kampung aja!”
Mereka membawa Zog ke warung Bu Siti dan memperkenalkannya dengan makanan manusia.
Zog mencoba tahu goreng. “Lezat.”
Kemudian bakso. “Luar biasa.”
Dan akhirnya… sambal terasi.
“AAAAAAA! PEDASSS!”
Zog meloncat dan mengeluarkan sinar laser dari matanya.
Warung Bu Siti hampir saja terbakar.
Ucok menghela napas. “Oke, catat: alien nggak tahan pedas.”
Bab 4: Masalah Baru
Setelah perutnya kenyang, Zog mengungkapkan masalah sebenarnya.
“Pesawat saya perlu bahan bakar. Hanya bisa didapat dari mineral langka yang mungkin ada di daerah ini.”
Namun, ada satu masalah besar…
Pemerintah sudah mengetahui keberadaan pesawat itu dan sedang menuju ke sana!
Tatang menepuk dahi. “Wah, kalau mereka tahu ada alien, Zog pasti bakal ditangkap buat eksperimen!”
Mereka harus bertindak cepat
Bab 5: Operasi Penyelamatan Alien
Geng Receh akhirnya menyusun rencana. Mereka menyamar sebagai teknisi dan mendekati lokasi jatuhnya pesawat.
Tentara menghentikan mereka. “Berhenti! Siapa kalian?”
Sule gugup. “Kami… eh… tukang servis AC.”
Tentara itu melotot. “AC? Di tengah hutan?”
Suasana hening.
Tiba-tiba, dari belakang, Zog muncul dengan sepeda motor matic.
“GASS!!” teriaknya.
Dan dimulailah kejar-kejaran paling absurd dalam sejarah umat manusia.
Bab 6: Bumi Terselamatkan (Dengan Recehan)
Setelah aksi kejar-kejaran penuh komedi, mereka berhasil kembali ke pesawat Zog.
Namun, masih ada satu masalah: bahan bakar.
Zog menatap mereka. “Saya butuh… sesuatu yang punya energi besar.”
Mereka panik. Tapi tiba-tiba, Sule mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Koin receh.
“Apa ini bisa?” tanyanya asal.
Zog melihatnya. Lalu mengambil koin itu, menaruhnya di dalam mesin…
Dan…
VRROOOOM!
Pesawat menyala!
Mereka semua melongo.
Ternyata, bahan bakar yang dibutuhkan Zog adalah logam dalam koin receh!
Dengan haru, Zog berterima kasih sebelum akhirnya terbang kembali ke planetnya.
Saat mereka menatap pesawat itu menghilang, Ucok menghela napas. “Gila… Kita baru aja nyelametin alien pakai recehan.”
Tatang mengangkat dagu bangga. “Makanya kita ini Geng Receh. Tapi recehan kita bisa nyelametin dunia!”
Dan dengan penuh kebanggaan, mereka kembali ke warung untuk makan gorengan.