• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
Geger Kampung – Part IV Sungai Penari

Geger Kampung – Part IV Sungai Penari

December 18, 2024
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
Geger Kampung – Part IV Sungai Penari

Geger Kampung – Part IV Sungai Penari

"Kampung Geger Bangpuluh Tewas"

by Muhammad Alfariezie
December 18, 2024
in Horor, Horror
Reading Time: 3 mins read

thestoryofday– Ibu-ibu yang sedang memilih belanjaan sayur sibuk membicarakan kematian Bangpuluh. Sebab, mereka masih belum yakin kalau lelaki yang kerap sewenang-wenang kepada warga Kampung itu mati bunuh diri.

Tepat sekali, firasat para warga tidak salah. Pasalnya sebelum Bangpuluh ditemukan tewas dan dalam rumahnya, warga juga menemukan Kadir tergeletak di pinggir sungai. Ditambah, saban malam ada saja warga yang diteror suara dan sosok perempuan menangis.

“Eh mba, ini sih enggak salah lagi. Pasti kematian Puluh ada kaitannya dengan kepergian Laksmi,” kata bu Endang kepada para tetangga.

“Emang iya sih, coba sih pikir, sebelum Laksmi menghilang kan kampung kita enggak pernah ada yang aneh-aneh seperti ini,” nyinyir Bu Paridah.

“Emang neng Laksmi yang penari itu ya bu? Kemana emang dia?” ujar tukang sayur.

“Ya mas, betul. Sudah hampir satu bulan dia menghilang. Katanya sih pergi ke luar kota mengejar cita-cita. Tapi masak enggak ninggalkan surat atau apalah gitu,” Bu Paridah menjawab.

Semua hening seiring angin sepoy mengayunkan kembang. Awan putih berangsur membuka tirai hari. Ibu-ibu itu kembali ke rumah masing-masing. Dan terasa, pagi telah berganti siang hingga sore berganti malam.

Bu Paridah merupakan warga yang juga merasakan teror Kuntilanak di Kampung Penari. Ceritanya bermula ketika kopi di rumahnya habis sedangkan subuh dia sudah mesti menyajikan minuman itu kepada sang suami. Ingin menyuruh anaknya, tapi masih kecil.

Bu Paridah terpaksa memberanikan diri setelah menggerutu karena tahu teror tangis minta tolong. Saat ia keluar pintu dan maju beberapa langkah meninggalkan pekarangan rumah, hawa tak enak dirasa hingga merasakan tengkuk yang agak merinding.

Sampai pada ia berjalan kembali setelah dari warung, terdengar olehnya suara perempuan yang sedang berbicara. Tapi tak jelas membicarakan apa.

Karena merasa curiga dan sama sekali tidak merasakan keanehan, Bu Paridah mencari-cari sumber suara. Ia tak menyadari bahwa itu adalah awal mula gangguan kuntilanak. Sampai pada tanah kosong yang tertanam beberapa pohon pisang, ia menemukan seorang perempuan yang memunggunginya.

“Sedang apa di situ sendirian malam-malam begini,” tanya Bu Paridah. Perlahan perempuan itu menoleh. Diketahuilah oleh Bu Paridah, perempuan itu sedang menangis.

Tak banyak bicara, perempuan itu hanya menundukan kepala ketika Bu Paridah banyak menanyakan sesuatu. Sampai pada pertanyaan alamat rumah dari Bu Paridah, perempuan itu pun hanya mengarahkan yang menunjuk sungai.

Bu Paridah berpikir dia ponakan atau saudara dari tetanggganya yang bertempat tinggal di dekat hutan sebelum sungai. Karena merasa kasian dan yang ada dipikiran Bu Paridah perempuan ini sedang tersesat, maka dia berkenan mengantar perempuan itu.

Sepanjang jalan yang masih tanah merah serta rumah warga yang berjarak-jarak serta pintu dan jendelanya telah tertutup, Bu Paridah berusaha mengajak perempuan itu berbincang. Tapi sama sekali tidak ada jawaban. Malah, rambut panjang perempuan itu menutupi wajahnya.

Lirih terdengar perempuan itu meminta tolong. Meski mulai merinding tapi Bu Paridah masih percaya bahwa perempuan itu adalah saudara dari tetangganya yang sedang tersesat.

Bu Paridah berusaha menggenggam tangan perempuan yang sedang menangis itu. Bu Paridah langsung menghentikan langkahnya karena merasakan dingin yang sangat dari jari-jari perempuan itu.

Karena itu, sosok perempuan itu langsung menengok dan melotok ke arah Bu Paridah. Beruntung malam itu Bu Paridah ditemukan oleh beberapa peronda.

“BU, sedang apa malam-malam gini jalan sendirian sampai perbatasan hutan,” kata mereka.

“Hah? Ini nganterin ini,” kata Bu Parida seraya menunjuk ke sampingnya. Tapi dia pun kaget karena sudah berada di pinggir hutan dekat sungai dan di sana sama sekali tidak ada rumah. Padahal tadi yang dilihatnya masih berada di jalam pemukiman.

Bu Paridah juga sangat syok karena melihat di sampingnya tidak ada siapa pun. Dari situ, tiga orang peronda dan Bu Paridah mendengar cekikik kuntilanak.

Bu Paridah tak sanggup menahan rasa takut yang menyerang jantungnya. Ia pingsan ketika melihat sosok putih berambut panjang terbang ke dalam hutan.

Karena panik dan juga ketakutan, tiga peronda itu langsung membopong Bu Paridah ke pos ronda. Padahal rumah Bu Paridah melalui tempat mereka berjaga itu.

Mau tak mau, dua orang yang sedari tadi stand by di pos ronda mendatangi rumah Bu Paridah untuk memanggil suaminya.

Karena belum begitu malam, Bu Paridah oleh suaminya dibawa ke ustads Kampung Penari hingga dia siuman dan dapat berjalan pulang.

Bu Paridah yang sangat trauma karena kejadian itu, mengajak suaminya pergi meninggalkan kampung tersebut menyusul beberapa warga  yang telah lebih dulu meninggalkan rumahnya.

Kepergian Bu Paridah pun disusul oleh Bu Endang yang juga diteror kuntilanak Kampung Penari.***

Part IV

Previous Post

Kejar Pembunuh – Part III Sungai Penari

Next Post

Tersesat Hutan Kuntilanak

Next Post
Tersesat Hutan Kuntilanak

Tersesat Hutan Kuntilanak

Ibu Tin Mimpi Lempar Kelapa ke Lampung

Ibu Tin Mimpi Lempar Kelapa ke Lampung

Dusun Keramat

Dusun Keramat

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In