Story Of Day– Orang-orang dusun tidak ada yang kaya raya atau hidup susah. Meski tidak kaya atau berlimpah uang juga harta, tapi mereka tidak pernah kelaparan apatah lagi menderita. Sekali makan, mereka menghabiskan dua piring? Itu hal yang sangat mudah bagi mereka.
Hutan di sekitar pemukiman telah memberi segala yang laris di pasaran. Para suami atau bujang selalu membopong rotan atau bambu.
Seminggu sekali mereka selalu ke pasar. Ketika pulang, mereka juga selalu membopong sekarung beras dan berbagai sayur mayur juga buah segar. Itu berlangsung seminggu satu kali.
Kopi dan cengkeh para warga pun berlimpah. Setiap tahun mereka menjual hasil panen ke pasar. Tapi karena kawasan ini terpencil, tak pernah mereka berpikir untuk membeli kendaraan.
Uang yang mereka hasilkan digunakan membeli pakaian. Namun dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Setiap kepala keluarga memiliki gudang penyimpanan beras. Mereka tidak pernah saling meminta. Semua yang mereka miliki berkualitas paling baik.
Di dalam gudang, beras sampai bertumpuk-tumpuk. Seminggu sekali setiap mereka pulang dari pasar selalu membawa beras sekarung.
Tak sekali pun ada pikiran meninggalkan dusun untuk merantau. Mereka merasa senang karena selalu bersama tiap mencari sumber penghidupan.
Mereka takut mati dalam hutan diterkam hewan buas atau bertemu sosok tak kasat mata jika mencari nafkah sendiri. Meski tenang dan damai, tapi bertempat tinggal di sekitar hutan tentu akan mengalami suatu yang mengerikan.
Sebelum berangkat ke dalam hutan, kaum laki-laki selalu berkumpul di suatu tempat. Tanah lapang merupakan tempat berkumpulnya. Dipimpin kepala dusun, mereka akan membagi rombongan untuk masuk kawasan.
Tak pernah sepi, pinggang mereka akan selalu berhias golok. Ada yang di kanan dan kiri tapi ada juga yang hanya membawa satu senjata tajam. Jika alam menghalangi langkah mereka maka ketajaman yang membabatnya.
Pernah mereka bertemu babi hutan, bas sekali tebas hewan itu terkapar. Pernah juga mereka bertemu ular. Bas sekali tebas kobra hilang daya.
Ketika menuruni setapak yang di sisinya semak belukar, mereka saling melontarkan canda dan tawa. Yang paling seru, mereka menceritakan kegagalan ketika mencari ikan atau tanaman serta bambu juga rotan dan berbagai hal.
Sampai pemukiman, tak lupa mereka mengingatkan untuk kembali berkumpul esok pagi. Sampai rumah, tak lupa para istri menyuguhkan kopi.
Sruput, kopi panas diteguk. Segala lelah seperti angin yang senang ke sana ke mari.***