Bab 1: Kesalahan Pertama yang Membuat Poseidon Tertawa
Dion hanya seorang penjaga pantai biasa di sebuah pulau kecil, jauh dari perhatian dunia luar. Hidupnya tenang, hingga suatu hari dia menemukan sebuah artefak misterius di dasar laut saat sedang menyelam. Artefak itu terlihat seperti trident kecil, mungkin semacam permainan kuno. Tanpa pikir panjang, Dion memutuskan untuk memainkannya.
Tiba-tiba, laut bergemuruh, dan muncul sosok besar dengan tubuh berotot dan mata berkilat biru. Itu adalah Poseidon, sang dewa laut yang tidak hanya terkenal karena kekuatannya, tetapi juga karena kemarahannya yang menggelegar.
“Siapa kamu yang berani mengambil milikku?” suara Poseidon terdengar seperti petir.
Dion panik. “Saya hanya… hanya penjaga pantai, Dewa Poseidon! Saya tidak tahu kalau itu milikmu!”
Poseidon menatap trident kecil di tangan Dion, dan dengan jari telunjuknya, ia menggerakkan lautan. Ombak besar datang menggulung pantai, tetapi bukannya menghancurkan, ombak itu malah berputar-putar dengan bentuk yang sangat lucu, seperti lingkaran yang kecil. Poseidon melangkah mundur dengan kebingungan.
“Ini… ini bukan yang kuinginkan!” katanya frustasi.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya malah membuat Dion bingung. Poseidon tiba-tiba tertawa keras, dan gelombang laut yang besar berubah menjadi lebih kecil dan lebih lucu. “Hahaha! Tidak ada yang pernah membuat ombakku menjadi begitu… bodoh! Ini luar biasa!”
Dion merasa lega, tapi bingung. “Apakah saya berhasil membuatmu marah?”
Poseidon menepuk bahunya. “Tidak. Justru, kamu membuatku tertawa. Aku tidak pernah tertawa begitu. Tapi ini lucu!”
Bab 2: Mencoba Lagi dengan Gagal Total
Dion, yang merasa belum puas, bertekad untuk mencoba lagi. Jika Poseidon tidak marah, berarti usaha itu belum berhasil. Setelah berhari-hari memikirkan strategi, Dion memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih berani.
Dia memutuskan untuk menyelam lebih dalam dan mencari objek magis lainnya untuk menggoda Poseidon. Kali ini, Dion menemui sebuah karang besar dengan simbol misterius yang terlihat seperti tanda dari Dewa Laut. Tanpa pikir panjang, Dion meraih karang tersebut dan berteriak, “Dewa Poseidon, lihat apa yang saya temukan!”
Segera setelah itu, Poseidon muncul dengan kemarahan yang membara. “Kamu berani mengambil milikku lagi?”
Namun, saat Poseidon mendekat dan melihat apa yang Dion angkat, dia kembali terdiam. Dion hanya menunjukkan karang biasa, tanpa tanda ajaib. Poseidon mengerutkan kening dan melanjutkan, “Itu hanya batu biasa. Kenapa kau menakut-nakuti aku dengan hal itu?”
Dion bingung, “Apakah saya tidak berhasil membuatmu marah?”
Poseidon menggelengkan kepala dan menatapnya dengan heran. “Kau terus mencoba membuatku marah, tapi itu tidak akan berhasil. Aku sudah melihat lebih banyak hal bodoh selama ribuan tahun. Kau hanya membuat dirimu terlihat konyol.
Bab 3: Percakapan yang Makin Aneh
Putus asa, Dion memutuskan untuk berbicara dengan Poseidon lebih lama. Kali ini, dia duduk di pantai dan mulai berbicara tentang berbagai hal yang menurutnya bisa memancing amarah Poseidon.
“Apa benar kamu tidak bisa marah karena hal-hal konyol, Dewa Poseidon?” tanya Dion.
Poseidon tersenyum sedikit, “Dulu aku bisa marah karena hal-hal sepele, tapi sudah berabad-abad aku menghadapinya. Kamu pikir aku akan marah karena sebuah permainan kecil?”
Dion merasa ada kesempatan. “Bagaimana kalau saya menyebutkan hal yang benar-benar memalukan tentangmu, Dewa? Misalnya, aku dengar kamu pernah kehilangan pacarmu karena… kau terlalu sibuk mengurus lautan?”
Poseidon tiba-tiba menjadi sangat serius. “Tolong jangan menyebutkan itu. Itu sangat memalukan,” katanya dengan suara rendah.
Dion tersenyum. “Ah, saya baru saja berhasil membuatmu sedikit marah.”
Tapi Poseidon menatapnya tajam dan berkata, “Kamu mungkin membuatku sedikit tidak nyaman, tapi itu bukan marah. Kamu harus lebih kreatif.
Bab 4: Poseidon dan Cinta yang Hilang
Pada suatu sore, Dion mendengar bahwa Poseidon pernah jatuh cinta pada seorang nimfa laut, namun hubungan mereka berakhir karena Poseidon terlalu fokus pada laut. Tertarik dengan cerita itu, Dion memutuskan untuk menggali lebih dalam dan mencoba menggunakan kisah cinta itu untuk membuat Poseidon marah.
Dion mendekati Poseidon sambil memegang bunga laut. “Dewa Poseidon, saya dengar kamu punya kisah cinta yang berakhir tragis. Bukankah itu menyedihkan?”
Poseidon memandangnya dengan serius, “Apa yang kau coba lakukan?”
Dion berusaha serius. “Mungkin itu sebabnya kamu selalu kesepian di lautan. Cinta bukan tentang mengendalikan semuanya, Dewa. Mungkin kamu harus belajar melepaskan sedikit.”
Namun, Poseidon hanya menggelengkan kepala. “Kau benar, Dion. Aku memang harus lebih bijak. Tapi bukan berarti aku marah.”
Dion merasa frustrasi. “Tapi kenapa tidak marah? Itu adalah kenangan buruk!”
Bab 5: Mencari Cara Baru
Dion mulai merasa pesimis. Dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan teman-temannya yang ada di pulau itu untuk mencari cara baru agar Poseidon bisa marah. Mereka datang dengan berbagai ide konyol, dari membuat boneka Poseidon untuk dihinakan hingga menciptakan air mancur dengan wajah Poseidon.
Namun, setiap kali mereka mencoba, Poseidon selalu menemukan cara untuk merespons dengan cara yang tidak biasa. Dia tertawa, memberi nasihat bijak, atau bahkan memberi mereka hadiah
Bab 6: Akhirnya Menyerah
Pada akhirnya, Dion menyerah. Mungkin, dia berpikir, terkadang tidak semua hal harus dilihat dengan serius. Mungkin, Poseidon tidak perlu dimarahi untuk membuatnya berkesan.
Dion duduk di pantai, menatap laut, dan berkata, “Dewa Poseidon, saya mungkin tidak bisa membuatmu marah, tetapi saya akan selalu mengagumi laut dan segala keindahannya.”
Poseidon muncul di hadapannya dengan senyuman. “Begitulah, Dion. Tidak semua harus tentang marah. Terkadang, menghargai adalah cara terbaik untuk membuat sesuatu lebih berarti.”
Dion tersenyum lebar. “Tentu, Dewa. Terima kasih telah mengajari