• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
AKADEMI AETHERIA

AKADEMI AETHERIA

January 27, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
AKADEMI AETHERIA

AKADEMI AETHERIA

Takdir yang Terbuka, Perjalanan yang Dimulai.

by FASA KEDJA
January 27, 2025
in Fantasi
Reading Time: 27 mins read

Prolog

Malam itu, desa yang terletak di pinggir hutan jarang sekali begitu sunyi. Angin berhembus pelan, membawa aroma rerumputan basah dan tanah yang baru saja diguyur hujan. Tak ada suara apapun kecuali keinginan angin yang menyapu dedaunan, dan langkah kaki yang terhitung di dalamnya. Namun, di tengah keheningan malam yang biasa ini, ada sebuah kejadian yang akan mengubah segalanya. Kejadian yang tidak akan pernah terlupakan oleh siapa pun yang menyaksikannya—terutama oleh seorang gadis muda bernama Luna.

Desa Akria, tempat Luna dibesarkan, adalah desa kecil yang hampir tidak pernah mendapat perhatian dari dunia luar. Desa ini penuh dengan rumah-rumah kayu sederhana, ladang-ladang hijau di pinggiran kota, dan penduduk yang hidup tenang dengan keseharian mereka. Masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai petani, nelayan, atau pandai besi. Mereka menjalani hidup tanpa terlalu khawatir tentang hal-hal di luar desa mereka. Namun, ada satu hal yang selalu menarik perhatian Luna sejak ia masih kecil: sebuah legenda tua yang dikisahkan oleh orang-orang tua di desa. Mereka sering bercerita tentang gerbang dimensi yang tersembunyi di suatu tempat yang jauh dari desa ini, yang hanya akan terbuka pada saat-saat tertentu, membawa mereka yang dipilih ke dunia lain yang penuh dengan sihir dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Luna selalu mendengarkan cerita-cerita itu dengan penuh perhatian, meskipun ia merasa itu hanya mitos belaka—cerita dari masa lalu yang tidak lagi relevan dengan dunia yang ia kenal. Hingga suatu malam, ketika langit dipenuhi awan hitam dan badai mengamuk dengan ganasnya, sesuatu yang luar biasa terjadi.

Saat itu, Luna baru saja selesai membantu ibunya di dapur dan tengah berjalan pulang menuju rumah mereka yang terletak di pinggir desa. Hujan deras mulai turun, dan petir menyambar dengan suara yang menggelegar. Namun, tiba-tiba, saat ia melewati jalan setapak yang gelap, langit yang tadi kelam itu terbelah oleh sebuah cahaya biru yang sangat terang. Cahaya itu datang begitu cepat dan tiba-tiba, menciptakan sebuah kilatan yang sangat besar, seperti meteor yang jatuh dari langit. Luna berhenti, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di hadapannya, di tengah ladang terbuka yang biasanya sepi, muncul sebuah portal besar yang bersinar terang, berputar dengan kekuatan yang tidak dapat dijelaskan.

Suara angin yang menggelegar menggema di sekitar Luna. Dalam sekejap, portal itu membesar dan melingkupi seluruh langit di atasnya. Cahaya biru yang menyilaukan itu mulai memantul ke segala arah, menyorot setiap sudut desa dengan intensitas yang luar biasa. Dalam sekejap, desa Akria berubah menjadi sebuah tempat yang tidak bisa dikenal lagi—tempat yang seolah-olah berada di antara dunia yang berbeda.

Luna merasa ada sesuatu yang menariknya. Suara-suara aneh terdengar di dalam pikiran, seperti bisikan yang jauh, bertanya, mengundangnya untuk mendekat. Suara itu begitu kuat dan penuh rasa penasaran, seolah dunia menginginkannya berada di sana. Sebuah dorongan misterius muncul dalam dirinya, seolah ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya yang sedang menunggunya di balik gerbang itu.

Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, tubuhnya terasa kaku, seperti dibatasi oleh kekuatan yang tidak bisa ia pahami. Di dalam cahaya itu, Luna melihat bayangan samar-samar—seorang wanita yang melayang di udara, mengenakan jubah putih yang berkilau. Wajah wanita itu tak terlihat jelas, namun matanya yang bersinar biru menyiratkan kekuatan yang tak terhingga. Wanita itu mengulurkan tangannya, seolah mengundang Luna untuk masuk lebih dalam.

“Ayo, Luna,” bisik suara itu dalam pikiran. “Ini adalah takdirmu. Gerbang ini hanya terbuka untukmu.”

Luna terhanyut dalam suara itu, tubuhnya bergerak sendiri, tanpa bisa ia kendalikan. Dengan langkah terhuyung, ia mulai melangkah maju, mendekati cahaya biru yang memandu itu. Sebelum ia menyadari apa yang terjadi, tubuhnya terdorong maju dan terhisap ke dalam pusaran energi yang berputar cepat. Dunia yang ia kenal, desa yang ia cintai, semuanya hilang dalam sekejap mata.

Langit yang gelap berubah menjadi keheningan yang luar biasa. Luna merasakan dirinya terjatuh, seolah jatuh ke dalam ruang tanpa batas. Segala suara, segala cahaya, semuanya lenyap. Waktu seakan berhenti, dan hanya ada kegelapan yang menyelubungi dirinya.

Ketika Luna membuka matanya, ia menemukan dirinya terbaring di atas tanah yang keras dan dingin. Pandangannya kabur, namun perlahan-lahan dunia di sekitarnya mulai terbentuk kembali. Ia melihat langit yang berbeda, berwarna ungu gelap, dengan awan hitam bergerak lambat. Tanah di bawahnya berwarna abu-abu, tampak gersang dan keras. Di kejauhan, ada bayangan besar yang bergerak perlahan, seperti makhluk raksasa yang berjalan dengan anggun. Udara di sekitarnya terasa berat dan penuh dengan energi yang asing, dan Luna merasakan sesuatu yang sangat kuat—sesuatu yang mengalir di dalam dirinya.

Luna mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa lemah. Ia menatap sekeliling, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ini bukan dunia yang ia kenal. Di tempat ini, semuanya terasa asing. Namun, meskipun ketegangan mulai menyatukan dirinya, ada rasa yang lebih kuat—rasa penasaran yang mendalam, rasa bahwa ini adalah bagian dari takdirnya, takdir yang selama ini ia cari.

Tiba-tiba, suara itu terdengar lagi—suara wanita yang ditemukan, kali ini lebih jelas, lebih dekat.

“Luna,” suara itu berkata lembut, “Kau sudah sampai. Dunia ini adalah milikmu. Kekuatan yang terpendam dalam diri Anda adalah kunci untuk membuka segalanya.”

Luna menoleh, dan merasa aneh, ia melihat sosok wanita yang mengenakan jubah putih bersinar. Wanita itu berjalan menuju Luna, wajahnya tersenyum penuh kasih. Di sekeliling wanita itu, energi yang kuat berputar, seperti aura yang melindungi dirinya.

“Kekuatan yang ada dalam dirimu, Luna,” kata wanita itu, suaranya tenang dan penuh dengan kehangatan, “Adalah kunci untuk membuka gerbang ini. Gerbang yang menghubungkan dua dunia. Dan hanya kamu yang bisa memimpin dunia ini takdir yang sejati.”

Luna tertegun. Kata-kata wanita yang menggema di dalam pikiran, membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Apa maksud dari semua ini? Kenapa dia? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan yang lebih penting, bagaimana ia bisa kembali ke desanya?

Namun, sebelum ia bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, suara itu kembali berbisik, kali ini dengan kekuatan yang lebih besar, memberi seolah-olah petunjuk terakhir.

“Apa yang kamu lakukan telah tiba, Luna. Dunia ini menunggu.”

Di tengah kebingungannya, Luna merasakan ada kekuatan yang terbangun dalam dirinya—sesuatu yang selama ini tersembunyi. Itu bukan hanya sihir. Itu adalah bagian dari dirinya yang sudah lama terpendam. Takdir ini bukan sekedar tentang dunia ini. Ini adalah tentang dirinya sendiri, tentang perjalanan panjang yang baru saja dimulai.

Di tempat yang jauh dari segala yang ia kenal, Luna tahu satu hal dengan pasti—kehidupannya telah berubah selamanya. Dan dunia yang baru ini, dunia yang penuh dengan kekuatan dan misteri, kini menjadi tempat yang akan membawa menuju takdir yang belum terungkap.*

 

Bab 1: Pendaftaran Ke Aetheria

Luna berdiri di depan gerbang besar Akademi Aetheria, menatap dengan campuran rasa takjub dan cemas. Gerbangnya terbuat dari besi berwarna perak yang berkilauan, dihiasi dengan ukiran rumit yang menggambarkanmakhluk-makhluk legendaris dan unsur-unsur alam. Di atasnya tertulis kalimat dengan huruf emas yang bersinar: “Hanya yang dipilih yang dapat melangkah ke dalam dunia ini.”

 

Desa tempat Luna tinggal terletak jauh di pinggiran kerajaan, sebuah tempat di mana sihir hanya ada dalam cerita-cerita yang diceritakan oleh nenek nenek nenek moyangnya. Sejak kecil, Luna selalu merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Di saat teman-teman sebayanya bermain dengan cara yang biasa, Luna sering merasakan dorongan kuat untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Sesuatu yang ajaib.

 

Tahun-tahun berlalu, dan Luna semakin sadar bahwa kemampuannya bukanlah sesuatu yang biasa. Pada suatu malam yang sunyi, saat bulan purnama bersinar terang di atas desanya, sebuah kejadian misterius terjadi. Sebuah portal tiba-tiba terbuka di tengah lapangan terbuka dekat rumahnya. Cahaya biru yang sangat terang keluar dari dalamnya, dan dengan cepat, kegelapan mulai mencakup seluruh desa. Orang-orang berlarian ketakutan, tetapi Luna merasakan sesuatu yang kuat menariknya menuju portal itu.

 

Tak tahu apa yang mendorongnya, Luna berjalan menuju portal yang semakin mengeluarkan suara gemuruh itu. Ketika tangannya menyentuh batas cahaya biru, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang asing mengalir dalam dirinya. Sesuatu yang menggetarkan. Saat itulah, suara seorang wanita yang lembut namun penuh wibawa menyambutnya dalam pikiran.

 

“Luna, kamu telah dipilih. Ini adalah takdirmu.”

 

Setelah peristiwa itu, segalanya berubah. Luna mulai mengalami mimpi-mimpi aneh tentang dunia yang tidak ia kenal, tentang makhluk-makhluk magis dan kekuatan besar yang mengalir dalam dirinya. Keinginan untuk memahami apa yang terjadi semakin membara. Itu sebabnya ketika undangan dari Akademi Aetheria tiba, Luna tahu bahwa inilah kesempatan yang telah lama dinantikannya.

 

“Aetheria… Akademi Aetheria,” gumamnya sambil menyajikan surat yang terbuat dari kertas berwarna biru metalik itu. Dengan huruf emas yang tertulis di atasnya, nama akademi itu terlihat seperti sebuah legenda yang hidup. Surat tersebut mengatakan bahwa Luna memiliki potensi luar biasa dalam sihir dan telah diterima untuk belajar di sana. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, hanya kata-kata yang mengundang rasa penasaran mendalam.

 

Tanpa pikir panjang, Luna memutuskan untuk meninggalkan desa. Ia merasa bahwa perjalanan ini adalah satu-satunya cara untuk menemukan penjelasan, untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian misterius yang mengelilingi dirinya. Dengan harapan dan ketegangan yang bersatu, ia meninggalkan rumah dan memulai perjalanan panjang menuju Akademi Aetheria.

 

Perjalanan itu memakan waktu berhari-hari. Luna melewati hutan lebat, melihat sungai yang deras, dan mendaki jalan yang sering kali sepi. Namun, meski tubuhnya lelah, semangatnya tak pernah padam. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan beberapa orang yang memberikan petunjuk tentang tempat yang ia tuju. Mereka berbicara dengan takjub tentang Akademi Aetheria, tentang para penyihir yang mampu mengendalikan alam dan menyeimbangkan kekuatan dunia.

 

Saat akhirnya Luna tiba di kaki pegunungan yang tinggi, ia melihat sebuah lembah yang diselimuti kabut tipis. Di dalamnya, seperti muncul dari cerita kuno, berdirilah sebuah bangunan besar yang megah dan elegan. Itu adalah Akademi Aetheria. Menara-menara tinggi menjulang di atas awan, dan bangunannya terbuat dari batu putih yang berkilauan, seperti diselimuti cahaya abadi.

 

Luna merasakan jantungnya berdebar kencang. Akademi ini tampak lebih dari sekadar sekolah—itu adalah tempat yang penuh dengan kekuatan dan misteri. Dengan langkah penuh tekad, ia berjalan gerbang utama akademi, yang terbuka perlahan menuju seolah menunggu kedatangannya.

 

“Selamat datang, calon siswa,” suara berat menyambutnya dari belakang.

 

Luna terkejut dan segera berbalik. Di belakangnya berdiri seorang pria tinggi besar dengan mantel hitam yang panjang. Wajahnya keras, namun matanya memancarkan wibawa yang luar biasa. Rambutnya yang pendek berwarna abu-abu dan wajahnya menunjukkan tanda-tanda keletihan. Ia tampak seperti penjaga yang telah bertugas di sini selama bertahun-tahun.

 

“Siapa… siapa Anda?” tanya Luna sedikit cemas.

 

“Saya adalah penjaga gerbang,” jawab pria itu dengan suara tenang. “Namaku Fenris. Saya di sini untuk memastikan hanya yang terpilih yang dapat masuk ke dalam.”

 

Luna merasa cemas, namun Fenris hanya melihat ke dalam-dalam, seolah menilai sesuatu yang tersembunyi di dalam dirinya. Setelah beberapa detik yang terasa seperti waktu yang sangat lama, ia mengangguk perlahan dan membuka gerbang besar di depannya.

 

“Masuklah. Takdirmu sudah menunggumu di dalam,” kata Fenris sambil memberikan senyum tipis.

 

Luna melangkah maju, merasakan sensasi kekuatan magis yang kuat begitu ia melewati gerbang tersebut. Di dalamnya, ia disambut oleh pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di tengah halaman akademi yang luas, patung-patung raksasa yang menggambarkan penyihir-penyihir legendaris, sementara terdapat pohon-pohon raksasa dengan daun berwarna perak memberikan kesan magis yang luar biasa.

 

Fenris memimpin Luna menuju gedung utama, yang terlihat seperti sebuah istana megah. Saat mereka memasuki aula besar, Luna melihat beberapa siswa lain sedang berkumpul, berbicara satu sama lain dengan penuh semangat. Beberapa di antaranya mengenakan jubah berwarna-warni dengan simbol-simbol sihir yang berbeda di dada mereka.

 

Luna merasa sedikit aneh di tengah keramaian tersebut, tetapi Fenris membimbingnya menuju seorang pria tua yang berdiri di depan panggung besar. Pria itu mengenakan jubah biru yang tampak seperti langit, dengan rambut putih panjang yang tergerai di bahunya. Tatapan matanya yang tajam membuat Luna seolah merasa-olah dia sedang diperiksa dengan penuh perhatian.

 

“Selamat datang, Luna,” kata pria itu dengan suara tenang, namun penuh wibawa. “Saya Master Alaric, kepala sekolah Akademi Aetheria. Kami telah menunggu kedatanganmu.”

 

Luna tertegun. Ini bukanlah pertemuan biasa. Ada sesuatu dalam kata-kata Master Alaric yang membuat jantung berdegup kencang, seolah-olah takdir besar sedang menunggu di depan mata. Ia tahu bahwa di sini, di akademi ini, ia akan menemukan penjelasannya. Tak hanya mengenai sihir, tetapi juga mengenai dirinya sendiri, kekuatan yang ada dalam dirinya, dan masa depan yang penuh dengan misteri.

 

“Akademi Aetheria bukan hanya tempat untuk belajar sihir, Luna,” lanjut Master Alaric, “Di sini, kami mengajarkan keseimbangan. Sihir bukanlah kekuatan yang bisa digunakan secara sembarangan. Kamu harus belajar mengendalikan dirimu sebelum bisa mengendalikan sihir.”

 

Luna mengangguk, meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Master Alaric. Ia merasa seperti ia baru saja memasuki dunia yang sangat berbeda, dunia yang penuh dengan keajaiban dan bahaya yang belum ia pahami sepenuhnya. Tapi satu hal yang pasti—perjalanan ini adalah jalan yang tak bisa ia abaikan.

 

Dengan tekad yang lebih kuat, Luna melangkah maju,

siap menghadapi tantangan besar yang menantinya.*

 

Bab 2: Kelas Pertama

Luna memasuki aula besar yang terang benderang, di mana siswa-siswa baru Akademi Aetheria berkumpul. Di dalamnya terdapat puluhan kursi yang teratur rapi, dengan meja yang terbuat dari kayu hitam berkilau. Di atas masing-masing meja, terdapat berbagai peralatan magis—bejana kristal, gulungan pergamen, dan cincin bercahaya yang tampak menyimpan energi misterius. Beberapa siswa tampak antusias, saling berbincang satu sama lain, sementara yang lain terlihat lebih cemas, sepertinya tak sabar untuk memulai pelajaran pertama mereka.

Luna melangkah maju, jantung berdebar, dan mengedipkan mata ke sekelilingnya. Setiap sudut aula dipenuhi aura magis yang terasa kuat, begitu kuatnya sampai-sampai ia merasa seolah-olah berada di dunia yang berbeda. Ia merasa seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali memasuki dunia yang penuh dengan kemungkinan.

Fenris, penjaga gerbang yang membawa, memberi isyarat agar Luna duduk di salah satu bangku kosong di dekat depan. Luna melewati aula, melewati barisan siswa yang terlihat mengenakan jubah berwarna biru, merah, dan hijau, masing-masing melambangkan cabang sihir yang mereka kuasai. Ada sihir api, angin, udara, dan bumi. Meskipun Luna belum mengetahui apa yang akan ia pelajari, ia merasa sedikit cemas. Apakah ia akan cocok dengan salah satu cabang sihir ini? Ataukah dia akan ditayangkan sendiri?

Luna duduk di kursi yang ditunjukkan Fenris, dan langsung terdengar beberapa pasang mata yang mengarah ke sana. Beberapa siswa saling berbisik dan menatap dengan penuh rasa ingin tahu. Ada yang tersenyum ramah, ada juga yang tampak curiga. Salah satu di antara mereka adalah seorang pemuda dengan rambut coklat muda yang terikat rapi, mengenakan jubah merah dengan simbol api di dada. Namanya Kael, dan ia tampak seperti seorang yang sangat percaya diri. Sedangkan di sebelahnya, seorang gadis berambut hitam panjang dan bermata tajam yang mengenakan jubah biru muda, tampak lebih tenang dan lebih serius. Dia adalah Selene, seorang siswa dari cabang sihir angin.

Setelah beberapa saat, suara langkah kaki berat terdengar di aula. Semua mata tertuju pada seorang pria tua yang baru saja memasuki ruangan. Pria itu mengenakan jubah putih panjang dengan simbol Aetheria yang terukir di dadanya. Rambutnya sudah memutih, dan wajahnya dipenuhi kerutan yang menunjukkan pengalaman panjang. Di tangannya, ia membawa sebuah tongkat sihir yang dihiasi dengan batu biru yang memancarkan cahaya lembut.

“Selamat datang di Akademi Aetheria,” katanya dengan suara berat, namun penuh kebijaksanaan. “Saya Master Alaric, pengajar utama di akademi ini. Di sini, kita akan belajar tidak hanya tentang sihir, tetapi juga tentang pengendalian diri. Sihir adalah kekuatan yang luar biasa, tetapi tanpa pengendalian yang baik, kekuatan itu bisa menjadi bencana.”

Luna mendengarkan dengan penuh perhatian. Kata-kata Master Alaric terasa berat dan dalam, seperti petuah yang datang dari seorang guru yang telah hidup selama berabad-abad. Ia merasa seolah-olah ada lebih banyak hal yang perlu dipahami, lebih banyak yang harus ia pelajari, daripada yang bisa ia bayangkan.

“Di Aetheria, kalian akan mempelajari berbagai cabang sihir, mulai dari pengendalian elemen, penyembuhan, hingga sihir ilusi dan penyembuhan. Namun, sebelum itu, kalian harus tahu satu hal: kemampuan setiap orang berbeda. Ada yang lebih unggul dalam satu cabang, ada yang lebih baik dalam yang lain. Dan ada pula yang, seperti kalian, mungkin belum tahu apa yang sebenarnya menjadi kekuatan kalian.”

Luna merasa pernyataan itu seperti sebuah petunjuk. Mungkin inilah saatnya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya ada dalam dirinya. Selama ini, ia hanya tahu bahwa ia memiliki kekuatan yang entah bagaimana ia rasakan, tetapi tidak pernah tahu cara untuk mengendalikannya.

“Namun, sebelum kita mulai, kalian harus mengenal diri kalian terlebih dahulu,” lanjut Master Alaric. “Untuk itu, kita akan mulai dengan tes dasar. Tes ini akan menentukan cabang sihir mana yang paling cocok dengan kalian.”

Luna merasa sedikit gugup mendengarnya. Apa yang akan terjadi jika hasil tes ini tidak sesuai dengan harapannya? Bagaimana jika dia tidak bisa mengendalikan sihirnya sama sekali? Namun, dia menenangkan dirinya. Ini adalah kesempatan untuk belajar, untuk menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang telah mengganggunya selama ini.

Master Alaric melangkah ke depan kelas dan mengangkat tongkat sihirnya. Dengan gerakan lembut, ia memanggil sebuah bola cahaya biru yang terbang mengelilingi ruangan.

“Ini adalah ujian pertama kalian. Kalian akan menghadapi bola energi ini satu per satu, dan tugas kalian adalah mengendalikannya. Jangan khawatir, itu tidak akan membahayakan. Namun, cara kalian berinteraksi dengan bola ini akan memberi saya gambaran tentang kemampuan kalian.”

Satu per satu, siswa-siswa maju dan mencoba mengendalikan bola energi itu. Beberapa berhasil mengarahkan bola ke posisi yang diinginkan, sementara yang lain mengalami kesulitan, bola itu terus bergerak liar, melepaskan cahaya yang menyilaukan. Kael, dengan kemampuan manipulasi api, berhasil mengendalikan bola dengan mudah, mengubah warnanya menjadi merah, dan mengarahkannya dengan presisi tinggi.

Selene, dengan kecakapan angin, membuat bola itu melayang di udara dengan lembut, berputar dengan cepat di sekelilingnya tanpa kesulitan. Setiap gerakan menghasilkan tangan aliran angin yang membuat bola itu bergerak seirama.

Akhirnya, giliran Luna. Ia merasa gugup, namun mencoba mengatur napasnya. Ia melihat bola energi yang melayang di depannya. Cahaya biru yang muncul dari bola itu tampak begitu cerah, dan untuk sesaat, Luna merasakan ada kekuatan besar yang menarik perhatiannya. Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya ke arah bola. Sebuah perasaan aneh mengalir dalam dirinya, sebuah dorongan untuk menyentuh dan mengendalikan bola itu. Saat sentuhannya hampir menyentuh bola, tiba-tiba bola itu memancarkan cahaya yang sangat terang, membuat Luna terkejut.

Namun, alih-alih melayang bebas seperti yang terjadi pada siswa lain, bola itu mulai berputar lebih cepat, mengelilingi Luna dengan intensitas yang semakin meningkat. Luna berusaha mengendalikan perasaan takut yang mulai terjadi di dalam dirinya. Ia menutup matanya dan memusatkan pikirannya. Apa yang selama ini ia rasakan—kekuatan yang ada dalam dirinya—tiba-tiba terasa begitu nyata. Ia merasakan aliran energi yang kuat mengalir dalam dirinya, seperti aliran air yang tak bisa dihentikan.

Dengan satu gerakan halus, Luna merentangkan tangannya. Bola energi itu berhenti seketika, berhenti di udara, dan kemudian dengan gerakan lembut ke tangan Luna, memancarkan cahaya yang lebih tenang. Semua siswa di kelas menjawab. Luna membuka matanya, terkejut dengan apa yang baru terjadi.

Tuan Alaric tersenyum tipis. “Kekuatan elemen air…kamu memiliki potensi yang sangat besar, Luna.”

Luna terkejut. Udara? Saya tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Namun, saat bola itu bergerak dengan lembut di tangannya, dia merasa ada kebenaran dalam kata-kata Master Alaric. Kemampuan untuk mengendalikan elemen udara—mungkin itulah yang menjadi kunci dalam dirinya.

Setelah ujian selesai, Master Alaric memberikan penjelasan lebih lanjut tentang potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Luna, yang merasa sedikit bingung dengan cabang baru yang akan ia pelajari, merasa bahwa hari ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran.*

 

Bab 3: Misteri Portal

Luna berjalan keluar dari ruang kelas, pikirannya masih terfokus pada ujian yang baru saja ia hadapi. Tak bisa dipungkiri, rasakan campur aduk isi dada. Pengendalian bola energi tadi membawa perasaan yang luar biasa—seperti ada sesuatu yang lebih besar, kekuatan yang lebih misterius, yang baru saja ia sentuh. Udara. Kekuatan elemen udara. Itu adalah cabang sihir yang selama ini tidak pernah ia bayangkan akan menjadi kekuatan.

 

Sambil melangkah menuju asramanya, Luna mencoba memahami apa arti semua ini. Selama bertahun-tahun, ia merasa seperti ada bagian dari dirinya yang terpendam, kekuatan yang tak bisa ia pahami. Dan sekarang, di Akademi Aetheria, sepertinya ia mulai mendekati jawaban atas segala pertanyaan yang mengganggunya.

 

Namun, sesuatu dalam dirinya juga mulai muncul—sebuah rasa penasaran yang lebih besar. Kejadian malam itu, ketika portal misterius muncul di desanya, masih terbayang jelas di ingatannya. Rasa aneh yang mengalir dalam dirinya, suara wanita yang masuk ke dalam pikirannya, dan cahaya biru yang menyelubungi desa, semuanya terasa begitu nyata. Apakah itu berkaitan dengan kekuatan yang baru ia temukan? Apakah itu ada secara keseluruhan dengan dirinya?

 

“Luna, tunggu!” suara Kael muncul.

 

Luna menoleh, dan melihat Kael berlari mendekat. Kael, dengan rambut coklat muda yang terikat rapi dan jubah merah yang mencolok, tampak penuh semangat. Ia adalah tipe orang yang langsung berbicara dengan lugas, tanpa banyak berpikir.

 

“Ada apa?” tanya Luna, sedikit terkejut. Kael biasanya tidak begitu banyak bicara, apalagi dengan seseorang yang baru ia kenal.

 

“Aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini,” jawab Kael, matanya berbinar. “Kau juga merasakannya, kan?”

 

Luna mengernyit. “Apa maksudmu?”

 

Kael menariknya ke samping, jauh dari telinga-telinga lain yang mungkin mendengarkan. “Ada kekuatan yang lebih besar di Akademi ini, Luna. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan jelas, tapi aku bisa merasakannya. Sesuatu yang gelap. Sihir yang tidak biasa. Bahkan Master Alaric, meskipun terlihat bijaksana, tidak memberi tahu kita semua yang sebenarnya terjadi di sini.”

 

Luna terkejut dengan kata-kata Kael. Selama ini, ia juga merasakan ada yang aneh, tetapi tak bisa menjelaskannya. Ia merasa bahwa Akademi ini lebih dari sekadar tempat untuk belajar sihir. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua ini—sesuatu yang sangat besar.

 

“Aku tahu apa yang kau maksud,” kata Luna akhirnya. “Ada sesuatu yang aneh dalam diri kita semua, kan? Seperti… seperti kita sedang berada dijebak dalam sebuah permainan yang lebih besar. Aku merasakannya sejak pertama kali melihat gerbang itu.”

 

Kael mengangguk, sepertinya lega karena Luna akhirnya mengerti. “Aku sudah menyelidiki sedikit. Ada banyak ruang di akademi yang terkunci, bahkan beberapa ruang yang tidak seharusnya ada. Saya merasa kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang ini.”

 

Luna merasa ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengikuti ajakan Kael. Sejak pertama kali sampai di Aetheria, ia merasakan ada banyak hal yang tak terungkap, banyak bagian dari teka-teki ini yang harus ditemukan. Namun, pertanyaannya adalah, dari mana mereka harus memulai?

 

“Apa yang kamu temukan?” tanya Luna dengan suara rendah, berusaha agar percakapan mereka tidak terdengar oleh orang lain.

 

“Di ruang bawah tanah,” jawab Kael dengan serius. “Saya sempat melihat sesuatu yang aneh di sana beberapa malam lalu. Ruang itu terkunci, tetapi ada bau kertas tua, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan di sana. Saya yakin, itu adalah petunjuk.”

 

Luna merasakan ketegangan di dadanya. Ruang bawah tanah? Tempat tersembunyi yang jarang dijamah oleh siswa. Tempat yang bahkan mungkin hanya diketahui oleh para pengajar senior. Ini adalah langkah berisiko, namun rasa ingin tahu lebih besar daripada rasa takut yang akan terjadi dalam dirinya.

 

“Baiklah,” kata Luna setelah beberapa detik berpikir. “Aku akan ikut. Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang ada di sana.”

 

Kael tersenyum lebar. “Aku tahu jalan masuknya. Kita bisa pergi malam nanti, setelah semua orang tidur.”

 

Malam itu, setelah akademi benar-benar sunyi, Luna dan Kael menyatakan keluar dari asrama mereka. Langit di luar sudah gelap, dan udara malam terasa sejuk. Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan melewati koridor panjang yang gelap, mencari pintu menuju ruang bawah tanah yang misterius itu.

 

Luna menahan napas saat mereka tiba di pintu yang tertutup rapat. Di atasnya terdapat simbol kuno yang tampak sangat tua, hampir pudar. Kael mencoba memutar gagang pintu, namun mengunci rapat. Luna merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan sebuah cincin kecil yang ia temukan di ruang kelas beberapa hari yang lalu—sebuah cincin bercahaya biru yang tampaknya memberikan kekuatan magis. Ia merasakannya mengalir dalam dirinya, memberikan keyakinan bahwa ini adalah alat yang tepat.

 

“Cincin ini…” kata Luna sambil meletakkan cincin itu di atas pintu. “Aku rasa ini bisa membuka pintu ini.”

 

Dengan perlahan, cincin itu memancarkan cahaya biru lembut, dan seketika, suara terdengar terdengar, diikuti oleh pintu yang perlahan terbuka. Mereka melangkah masuk, dan begitu memasuki ruangan yang gelap, Luna merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Udara di dalam ruang bawah tanah terasa berat, seolah ada sesuatu yang menunggu mereka.

 

Di dalamnya, mereka menemukan sebuah lorong yang gelap, dipenuhi rak-rak kayu tua yang dipenuhi buku-buku yang tampaknya sudah berdebu dan belum pernah dibuka selama bertahun-tahun. Kael menyalakan api dari tangan, menciptakan cahaya yang cukup untuk melihat sekeliling.

 

“Lihat ini,” Kael berbisik, menunjuk ke sebuah meja kayu besar di sudut ruangan. Di atasnya, ada sebuah buku tua yang terbuka, dengan halaman-halaman yang tampaknya sudah berumur berabad-abad.

 

Luna mendekat dengan hati-hati, matanya terfokus pada tulisan yang terukir di halaman buku itu. Tulisan-tulisan kuno yang hampir tidak bisa dibaca, namun Luna merasa ada sesuatu yang sangat familiar dari tulisan itu. Itu seperti sesuatu yang berhubungan dengan… dirinya.

 

“Tunggu,” kata Luna, mencoba membaca lebih lanjut. “Ini… ini tentang portal. Portal antar dimensi. Ada yang berusaha membuka portal besar, dan… dan itu adalah sumber dari kekuatan gelap yang mengancam dunia kita.”

 

Kael memandang dengan serius. “Jadi ini bukan hanya tentang kita, Luna. Ini tentang dunia.”

 

Luna merasakan ketegangan yang luar biasa. Apa yang mereka temukan di ruang bawah tanah ini lebih dari sekedar buku tua. Ini adalah petunjuk tentang sebuah ancaman yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan. Sesuatu yang telah tersembunyi di dalam Akademi Aetheria selama berabad-abad.

 

Dengan perasaan yang semakin tidak nyaman, Luna dan Kael memutuskan untuk melanjutkan pencarian mereka. Mereka tahu bahwa apa pun yang ada di depan mereka, ini adalah awal dari petualangan yang akan mengubah hidup mereka selamanya.*

 

Bab 4: Gerbang Dimensi

Keheningan yang mendalam membuat ruang bawah tanah Akademi Aetheria, tempat Luna dan Kael berdiri di tengah lorong yang penuh dengan buku-buku kuno. Buku yang tergeletak di atas meja itu kini terbuka lebar, halaman-halamannya dipenuhi dengan simbol-simbol yang mengandung kekuatan dan misteri. Luna merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat, seolah dunia di sekelilingnya perlahan-lahan berubah menjadi nyata, menciptakan sebuah kenyataan yang lebih besar dan lebih menakutkan dari yang pernah ia bayangkan.

“Luna, kita harus berhati-hati,” bisik Kael, matanya memandang sekeliling dengan penuh kewaspadaan. “Ada sesuatu yang sangat gelap di sini. Aku bisa merasakannya. Kita tidak tahu apa yang menunggu di depan.”

Luna mengangguk, namun hatinya dipenuhi rasa ingin tahu yang lebih besar daripada rasa takut yang melanda. Apa yang mereka temukan di buku ini—tentang portal antar dimensi dan kekuatan gelap yang mengancam dunia mereka—adalah sesuatu yang tidak bisa mereka abaikan. Itu adalah petunjuk pertama yang nyata tentang kebenaran yang tersembunyi di balik Akademi Aetheria, sebuah kebenaran yang mungkin bisa menjawab semua pertanyaan tentang kekuatannya sendiri.

“Ini… ini bukan hanya tentang sihir, Kael,” kata Luna pelan, tangannya meraba simbol-simbol kuno di halaman buku itu. “Ini lebih besar dari sekedar akademi ini. Aku rasa, portal ini… ada kaitannya dengan kejadian yang terjadi di desaku.”

Kael menoleh, wajahnya serius. “Apa maksudmu?”

Luna menarik napas panjang. “Malam itu, ketika portal muncul di desaku, aku merasakannya. Sebuah suara, panggilan yang datang entah dari mana. Aku merasa seolah-olah itu adalah bagian dari diriku, sesuatu yang terhubung dengan kekuatan dalam diriku. Dan sekarang, setelah membaca ini, aku mulai mengerti. Portal yang dibicarakan di sini—mungkin itu adalah gerbang menuju dimensi lain. Dimensi yang penuh dengan sihir yang tidak terkendali. Dan kekuatan itu… kekuatan yang saya rasakan dalam diri saya… mungkin berhubungan dengannya.”

Kael mengerutkan kening. “Luna, kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Jika portal itu memang ada, dan jika memang ada kekuatan gelap yang ingin menggunakannya, kita harus menghentikannya. Apa pun caranya.”

Luna mengangguk, namun merasa bingung masih menguasai pikirannya. Sihir itu—kekuatan yang ada dalam dirinya, yang membuat bola energi bergerak dengan begitu mudah—rasanya seperti sesuatu yang lebih dari sekadar pelajaran di kelas. Itu adalah kunci untuk memahami segalanya, untuk memahami portal yang disebutkan dalam buku tua itu.

Namun, sebelum mereka bisa berbicara lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari jauh, membuat kedua pemuda itu terkejut. Tiba-tiba, seluruh ruang bawah tanah terasa bergetar, dan langit-langitnya dipenuhi cahaya yang berkilauan. Luna dan Kael saling memandang dengan cemas. “Apa itu?” tanya Kael, suaranya terdengar penuh ketegangan.

“Gerbang…” Luna berkata lirih, matanya terbuka lebar. “Dimensi Gerbang.”

Seketika, sebuah pusaran energi biru muncul di depan mereka, melayang di udara seperti tornado yang terkandung dalam bola energi. Pusat itu berputar semakin cepat, mengeluarkan cahaya yang begitu terang sehingga hampir membutakan mata. Luna bisa merasakan kekuatan yang mengalir dari pusaran itu, seperti aliran arus yang begitu kuat dan tidak terkendali. Portal ini, apa pun itu, tampaknya benar-benar telah terbangun.

“Luna, kita harus pergi sekarang!” Kael berteriak sambil menarik tangannya, tapi Luna tidak bergerak. Dia hanya memancarkan refleksi biru itu, matanya penuh dengan rasa ingin tahu dan ketakutan yang sama.

Tiba-tiba, suara yang begitu familiar muncul lagi—suara wanita yang pernah ia dengar sebelumnya, suara yang terdengar begitu dekat di telinga.

“Luna… Luna… datanglah padaku. Gerbang telah dibuka. Kekuatan sejati yang telah lama terkubur kini akan terungkap.”

Luna tertegun, tubuhnya merasa kaku, seolah suara itu menguasai pikirannya. Rasa penasaran dan rasa takut bercampur, dan tanpa sadar, ia mulai melangkah maju, mendekati portal yang berputar di hadapannya.

“Luna, jangan!” teriak Kael, tapi sudah terlambat. Luna sudah terlalu dekat dengan pusaran energi, dan sebelum ia bisa berhenti, sebuah dorongan kuat yang menghempasnya ke dalam pusaran tersebut.

Kael berlari ke arahnya, tetapi tubuh Luna sudah menghilang, ditarik oleh energi yang begitu kuat. Dalam sekejap, ia merasa seolah-olah berada di ruang yang sangat luas, tak terhingga. Cahaya biru menyelubungi dirinya, dan sebelum dia bisa mengerti apa yang terjadi, dunia sekitar Luna berubah menjadi kegelapan.

Luna terjatuh di permukaan yang keras, tubuhnya terhempas ke tanah. Ia bangkit dengan kesulitan, dan perlahan-lahan membuka matanya. Di sekelilingnya, ia melihat sebuah pemandangan yang begitu asing. Sebuah dunia yang berbeda, dengan langit berwarna ungu tua, dilapisi awan hitam yang bergerak perlahan. Tanah di bawahnya berwarna abu-abu gelap, dan di kejauhan, tampak bayangan raksasa yang bergerak dengan lambat, seolah-olah dunia ini tidak seperti dunia tempat ia berasal.

Luna berdiri, tubuhnya terasa lemah karena perjalanan yang begitu cepat melalui portal. Namun, rasa bingung dan cemas menguasai dirinya. Ia mendongak, dan di atas langit yang gelap, sebuah bentuk raksasa melayang di udara—sebuah makhluk yang tampaknya terbuat dari energi murni, dengan mata yang bersinar terang, memandang ke bawah dengan penuh kekuatan.

Luna menggerakkan tubuhnya, tetapi langkahnya terasa berat. Semua yang ada di sekitarnya tampak sangat asing, namun ada satu hal yang sangat jelas—kekuatan besar yang ada di sini. Kekuatan yang sudah lama terpendam, yang kini bangkit kembali. Kekuatan yang ia rasakan dalam dirinya, yang kini terasa lebih nyata dari sebelumnya.

“Tunggu,” Luna mendengar suara itu lagi, kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Itu adalah suara wanita yang ditemukan. “Kau telah tiba. Gerbang dimensi telah terbuka, dan kekuatan yang ada di dalam diri Anda adalah kunci untuk membuka segalanya.”

Luna menatap ke arah suara itu berasal, dan dari kejauhan, ia melihat sosok wanita mengenakan jubah putih yang berkilau. Wajahnya sangat familiar, meskipun Luna tidak pernah melihatnya sebelumnya. Wanita itu tersenyum, dan perlahan mendekat.

“Kau adalah kunci, Luna,” kata wanita itu dengan lembut, “Kekuatan udara yang ada dalam dirimu adalah bagian dari segalanya. Kekuatan ini akan membawamu ke tempat yang lebih besar, untuk melawan ancaman yang akan datang.”

Luna mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab. “Apa maksudmu? Apa yang harus aku lakukan?”

Wanita itu hanya tersenyum. “Kamu sudah melakukan langkah pertama. Sekarang, kita akan bersama-sama melawan kegelapan yang akan menghancurkan dunia.”

Dengan terwujudnya penuh harapan dan kekuatan, wanita itu mengulurkan tangan, dan Luna merasakan aliran energi yang kuat mengalir dalam dirinya, lebih besar dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia di sekitarnya berubah, menjadi lebih terang, dan dalam sekejap, Luna tahu bahwa petualangan yang lebih besar menunggunya.

Dimensi portal itu bukan hanya tentang menghubungkan dua dunia. Ini adalah permulaan dari sebuah pertempuran besar, sebuah perjalanan yang akan mengubah segalanya.***

……………………TAMAT………………..

 

 

Source: Jasmine Malika
Tags: #Sihir #PetualanganFantasi #GerbangDimensi #TakdirTerungkap #DuniaLain #AkademiSihir #PahlawanMuda #PerjalananEpik #KekuatanTersembunyi #SihirAir #LegendaTua #PerubahanTakdir #Misteri #DuniaFantasi
Previous Post

KOTA TANPA NAMA

Next Post

MAHKOTA AJAIB

Next Post
MAHKOTA AJAIB

MAHKOTA AJAIB

BAYANG DI BALIK KABUT

BAYANG DI BALIK KABUT

JURU MASAK YANG SALAH DENGAR

JURU MASAK YANG SALAH DENGAR

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In