• Latest
  • Trending
  • All
  • Movie Review
  • Box Office
  • Trailer
  • Action
  • Romantic
  • Comedy
  • Horror
  • Serial Movie
  • Genre
DNA MANUSIA SUPER

DNA MANUSIA SUPER

January 26, 2025
DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025
JEJAK DI PINTU TERLARANG

JEJAK DI PINTU TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

KETIKA WAKTU MENYENTUH HATI

May 17, 2025
TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

TERPERANGKAP DALAM JEBAKAN TAK TERDUGA

May 17, 2025
PELARIAN DALAM KEJARAN

PELARIAN DALAM KEJARAN

May 12, 2025
HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

HIDUP YANG TAK PERNAH BERAKHIR

May 12, 2025
JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

JEJAK – JEJAK DI JALANAN KOTA

May 10, 2025
PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

PERANG DI BALIK KOTA TERKURUNG

May 10, 2025
LUKISAN YANG MENANGIS

LUKISAN YANG MENANGIS

May 10, 2025
  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
No Result
View All Result
Novel Story
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah
Novel Story
DNA MANUSIA SUPER

Oplus_131072

DNA MANUSIA SUPER

Manusia super: kekuatan maksimal

by FASA KEDJA
January 26, 2025
in Fiksi Ilmiah
Reading Time: 30 mins read

 

Bab 1: Eksperimen Tersembunyi

Dr. Arka Fajar duduk di ruang kerjanya, di lantai atas gedung penelitian Genesis BioTech, memandang melalui jendela besar yang menghadap ke cakrawala kota futuristik. Di bawahnya, kendaraan terbang meluncur di antara gedung-gedung pencakar langit yang berkilau, dan lampu neon berwarna-warni menyinari jalan-jalan yang sibuk. Kota ini, yang dulunya dipenuhi polusi dan kemiskinan, kini telah berubah menjadi simbol kemajuan manusia. Tapi di balik semua kemajuan ini, ada satu rahasia yang tak terungkap—sesuatu yang, jika diketahui dunia, bisa mengubah segalanya.

Di bawah Genesis BioTech, di bawah lapisan-lapisan bangunan canggih yang tersembunyi dari pandangan publik, ada laboratorium tersembunyi yang sangat berbeda. Di sinilah proyek Genetika 9X berlangsung—sebuah eksperimen yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Proyek ini, yang dimulai hampir lima tahun lalu, bertujuan untuk menciptakan manusia dengan kemampuan lebih tinggi, melampaui batasan fisik dan mental yang ada pada manusia biasa. Arka, seorang ilmuwan muda yang berbakat, adalah salah satu otak utama di balik eksperimen tersebut. Namun, meskipun ia terlibat dalam proyek tersebut, Arka mulai merasakan gelisah yang semakin mendalam seiring berjalannya waktu.

Sebagai ilmuwan yang dibesarkan dengan idealisme untuk memperbaiki umat manusia melalui ilmu pengetahuan, Arka awalnya merasa yakin bahwa eksperimen ini adalah langkah maju dalam evolusi manusia. Penciptaan manusia yang lebih kuat dan lebih cerdas bisa membawa kemajuan besar dalam dunia yang penuh dengan masalah kompleks. Namun, di balik euforia kemajuan ini, Arka tak bisa mengabaikan rasa cemas yang semakin menggigit. Ia tahu bahwa eksperimen ini tidak hanya berisiko tinggi, tetapi juga penuh dengan dilema moral yang tak terpecahkan.

Hari itu, ia mendapat peringatan baru. Di ruang rapat bawah tanah yang tersembunyi, sebuah tim kecil dari ilmuwan dan teknisi sedang mempersiapkan suntikan genetik untuk subjek uji coba terbaru. Namun, yang paling mengkhawatirkan Arka adalah perubahan dalam perilaku subjek-subjek sebelumnya. Mereka yang telah dimodifikasi—mereka yang disebut “Manusia Super”—mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan psikologis. Subjek pertama, yang dikenal sebagai Adam 001, telah menunjukkan kekuatan fisik yang luar biasa, tetapi perilakunya menjadi semakin agresif. Subjek kedua, Eva 002, meskipun cerdas dan memiliki kemampuan telekinetik yang menakjubkan, menunjukkan kecenderungan untuk bersikap dominan dan menganggap dirinya lebih tinggi daripada manusia biasa.

Arka merasakan sesuatu yang sangat mengganggu, tetapi ia tak bisa berkata banyak. Proyek ini adalah hasil kerja keras timnya, dan lebih dari itu, ia tahu bahwa jika proyek ini dibongkar, kariernya akan hancur. Lebih buruk lagi, banyak pihak yang sudah berinvestasi besar dalam eksperimen ini, dari perusahaan teknologi besar hingga pemerintah, yang melihat potensi luar biasa dalam menciptakan manusia super yang bisa digunakan untuk kepentingan militer dan ekonomi.

Namun, apa yang sebenarnya terjadi dengan subjek-subjek ini? Arka mulai menyelidiki lebih dalam, mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana eksperimen ini bisa menghasilkan manusia dengan kekuatan luar biasa tetapi tanpa kontrol moral yang jelas. Ia mencuri salinan data dan mencatatkan temuan-temuannya di jurnal pribadi yang ia sembunyikan di laptopnya. Dalam analisisnya, ia menemukan bahwa gen yang ditanamkan untuk meningkatkan kecerdasan dan kekuatan fisik mereka juga menyebabkan ketidakseimbangan dalam otak mereka—sebuah kekosongan moral yang sangat sulit diatasi.

Ketika Arka sedang merenung, sebuah pintu terbuka, dan seorang wanita muda dengan pakaian laboratorium putih memasuki ruangannya. Dr. Lira Satria, rekan peneliti yang baru bergabung dengan tim, mendekat dengan wajah serius. Lira adalah orang yang paling dekat dengan Arka di antara semua ilmuwan di Genesis BioTech, dan ia selalu berbicara secara terbuka mengenai ketidaknyamanan mereka terhadap tujuan proyek ini.

“Arka, aku baru saja mendapat laporan baru tentang subjek Adam 001,” kata Lira dengan suara rendah. “Kondisinya semakin buruk. Dia menyerang beberapa teknisi di ruang eksperimen. Ini semakin tidak terkendali. Kita tidak bisa terus membiarkannya begitu saja.”

Arka menarik napas dalam-dalam. “Aku tahu, Lira. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Jika kita hentikan eksperimen ini sekarang, dunia akan tahu apa yang telah kita lakukan. Kita akan dihancurkan. Semua orang yang terlibat dalam proyek ini akan dipertanggungjawabkan.”

“Aku tidak peduli dengan itu,” jawab Lira tegas. “Ini bukan tentang kita atau pekerjaan kita, Arka. Ini tentang manusia yang kita ciptakan. Mereka bukan eksperimen lagi. Mereka bisa sangat berbahaya, dan kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.”

Arka menundukkan kepalanya. Lira benar. Mereka telah menciptakan manusia super—tapi mereka juga menciptakan sesuatu yang tak dapat mereka kendalikan. Mereka berusaha untuk memperbaiki dunia, tetapi yang mereka ciptakan justru bisa menghancurkannya.

“Lira, aku butuh waktu untuk memikirkan ini. Proyek ini sudah terlalu besar. Kita tidak bisa hanya menghentikannya begitu saja,” kata Arka, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

“Waktu kita habis, Arka,” jawab Lira, lalu berbalik dan keluar dari ruangan itu dengan langkah cepat. “Mereka mulai tahu. Mereka sudah mulai berbicara tentang kita.”

Arka menatap pintu yang tertutup di belakang Lira. Pikiran-pikiran gelisah berkecamuk di kepalanya. Dalam eksperimen ini, mereka sudah melangkah terlalu jauh. Mereka telah menyeberangi garis moral yang tak bisa dikembalikan. Semua itu hanya demi menciptakan manusia yang lebih baik, manusia super—tapi apakah mereka masih manusia? Apakah mereka masih bagian dari umat manusia, atau justru ancaman bagi eksistensi mereka?

Dalam ruang hening yang gelap, Arka merasakan beratnya keputusan yang harus diambil. Ia tahu bahwa langkah selanjutnya tidak akan mudah. Jika eksperimen ini terus berlanjut, mereka mungkin akan menciptakan makhluk yang bahkan tidak bisa mereka kendalikan. Tapi jika mereka berhenti sekarang, mereka harus menghadapi konsekuensinya—sebuah dunia yang tidak siap menghadapi kenyataan tentang apa yang telah mereka ciptakan.

Arka menarik napas dalam-dalam, dan dengan perlahan membuka laptopnya. Di layar komputer, tampak data genetik dari eksperimen yang sedang berlangsung. Itu adalah dunia yang mereka bangun, dan dunia itu kini mulai runtuh.*

 

Bab 2: Menciptakan Kekuatan

Arka menatap layar monitor yang terpasang di dinding laboratorium, menganalisis data yang terus mengalir. Di hadapannya, serangkaian grafik menunjukkan hasil eksperimen terbaru yang melibatkan Eve 002, subjek uji coba terbaru dalam Proyek Genetika 9X. Hasilnya luar biasa, tetapi Arka merasakan ketegangan di dalam dadanya. Setiap kali ia melihat angka-angka itu, setiap kali ia melihat peningkatan yang tampaknya tidak terbatas pada kekuatan fisik dan mental subjek, ia merasa seolah-olah sedang melihat masa depan yang penuh ancaman.

Di satu sisi, eksperimen ini berhasil. Mereka menciptakan manusia dengan kekuatan yang tak terbantahkan—kekuatan fisik yang mampu melampaui batas kemampuan manusia biasa. Eve 002, yang merupakan subjek perempuan pertama dalam eksperimen ini, memiliki kekuatan telekinetik yang mengagumkan. Ia mampu memindahkan objek besar dengan hanya menggunakan kekuatan pikirannya. Dalam tes laboratorium, ia berhasil memindahkan mobil kecil ke sisi lain ruangan dengan mudah. Kecerdasannya pun meningkat pesat. Eve dapat memproses informasi jauh lebih cepat daripada manusia biasa dan mampu memecahkan masalah yang bahkan para ilmuwan senior kesulitan menghadapinya.

Namun, meskipun pencapaian ini mengesankan, Arka mulai merasa khawatir. Ia selalu teringat pada peringatan yang diberikan oleh mentor lamanya, Profesor Irsan. “Kekuatan yang terlalu besar, Arka, akan selalu mengundang keruntuhan. Baik itu dunia yang kita bangun atau dunia itu sendiri,” kata Irsan dalam salah satu pertemuan mereka beberapa tahun lalu. Saat itu, Arka merasa bahwa kata-kata tersebut hanya teori belaka. Kini, dengan hasil eksperimen yang semakin menggila, ia merasakan kebenaran dari perkataan tersebut.

“Apakah kamu yakin ini tidak akan berbahaya?” Lira Satria, rekan kerja Arka, berdiri di sampingnya, menatap layar monitor yang memancarkan cahaya biru yang dingin. Wajahnya tampak serius, bahkan cemas. Lira adalah satu-satunya orang yang tahu betapa besar keraguan Arka terhadap eksperimen ini. Mereka telah bekerja bersama selama bertahun-tahun, dan meskipun mereka memiliki tujuan yang sama untuk memperbaiki umat manusia, Lira tidak bisa menutup mata terhadap apa yang sedang terjadi.

“Kita baru saja menciptakan sesuatu yang lebih dari manusia biasa, Lira,” jawab Arka pelan, suaranya bergetar. “Eve 002… ia lebih kuat, lebih cerdas, lebih cepat. Tapi aku khawatir kita telah menciptakan sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan.”

Lira menghela napas panjang. “Kita tahu apa yang bisa dilakukan mereka—apa yang bisa mereka capai. Tapi apakah kita benar-benar siap menghadapi apa yang akan terjadi setelah ini? Kita berbicara tentang menciptakan kekuatan yang bisa mengguncang dunia. Arka, mereka tidak hanya manusia super. Mereka… mereka bisa menjadi ancaman.”

Arka menoleh pada Lira. Ia tahu bahwa rekan-rekannya di Genesis BioTech memiliki pandangan yang lebih pragmatis. Bagi mereka, eksperimen ini adalah langkah besar untuk menciptakan masa depan yang lebih baik—masa depan yang diisi oleh manusia dengan potensi yang tak terbatas. Namun, bagi Arka dan Lira, eksperimen ini mulai menunjukkan sisi gelap yang sangat nyata. Kekuatan yang mereka ciptakan bisa saja meruntuhkan segala sesuatu yang mereka coba bangun.

Namun, proyek ini sudah terlalu besar untuk dihentikan. Investasi yang masuk sudah sangat banyak, dan pemerintah serta perusahaan-perusahaan besar telah memasang harapan tinggi terhadap hasil eksperimen ini. Bahkan ada klaim bahwa teknologi ini bisa digunakan untuk tujuan militer, menciptakan prajurit yang lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tahan banting. Tentu saja, bagi sebagian orang, ini adalah langkah yang luar biasa. Tetapi bagi Arka, ini adalah pertanyaan tentang apa yang akan terjadi jika manusia super ini mulai merasa superior terhadap manusia biasa.

“Mereka bukan hanya lebih kuat, Lira,” Arka berkata dengan suara penuh keraguan. “Mereka mulai berubah. Mereka tidak lagi merasa seperti manusia. Mereka merasa lebih unggul.”

Lira menatap Arka dengan tajam. “Apa maksudmu dengan merasa lebih unggul?”

Arka mengangkat tangan dan menunjukkan data yang ada di layar. “Eve, Adam 001, dan subjek-subjek lainnya… mereka tidak hanya menunjukkan kekuatan fisik yang luar biasa. Mereka juga mulai mengembangkan pemikiran yang sangat rasional—bahkan melebihi manusia biasa. Mereka tidak takut untuk bertindak berdasarkan logika mereka sendiri, tanpa mengindahkan moralitas atau batasan yang seharusnya dimiliki manusia. Mereka merasa lebih kuat daripada siapa pun, dan ini menakutkan.”

Lira menunduk, tampaknya mencerna apa yang baru saja dikatakan Arka. “Jadi, apa rencanamu sekarang?”

Arka menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Kita harus lebih berhati-hati, Lira. Aku sudah melihat tanda-tanda. Subjek-subjek yang sebelumnya terlihat seperti eksperimen biasa, sekarang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan. Mereka mulai bertindak dengan cara yang… tidak manusiawi.”

Tiba-tiba, pintu laboratorium terbuka, dan seorang asisten ilmuwan memasuki ruangan dengan ekspresi panik. “Dr. Arka, ada masalah dengan Eve 002. Dia melarikan diri dari ruang eksperimen. Kami tidak bisa menghentikannya.”

Arka merasa darahnya berdegup kencang. “Apa maksudmu, melarikan diri? Bagaimana bisa—”

Asisten ilmuwan itu hanya bisa terdiam, ketakutan jelas terlihat di wajahnya.

“Ke mana dia pergi?” Arka bertanya, berusaha tetap tenang meskipun rasa cemas mulai merayap di dalam dirinya.

“Ke arah area luar fasilitas, Dr. Arka. Kami tidak bisa menghalanginya. Dia lebih cepat dari yang kami perkirakan.”

Lira menatap Arka dengan ekspresi cemas. “Ini lebih buruk daripada yang kita duga, Arka. Mereka benar-benar sudah melampaui batas.”

Arka merasakan kepanikan mulai melanda dirinya. Eve 002, yang sebelumnya ia anggap sebagai subjek uji coba yang luar biasa, kini menjadi ancaman yang nyata. Ini adalah titik balik yang ia tak pernah bayangkan. Manusia super ini tidak hanya lebih kuat, mereka juga memiliki ambisi yang lebih besar, dan mereka tidak lagi mengikuti perintah manusia biasa.

“Segera lacak dia,” Arka memerintah. “Kita harus menangkapnya sebelum terlambat.”

Namun, di dalam hati Arka, ia tahu bahwa pengejaran ini bukan hanya tentang menangkap Eve 002. Ini adalah ujian pertama dari eksperimen yang telah mereka lakukan. Jika Eve 002 bisa melarikan diri dengan begitu mudah, apa yang bisa dilakukan manusia biasa melawan ciptaan mereka sendiri? Pertanyaan itu terus berputar di pikirannya, mengusik setiap keputusan yang telah ia buat.*

Bab 3: Keajaiban dan Kehancuran

Kepanikan di dalam fasilitas Genesis BioTech semakin menggila saat Eve 002 berhasil melarikan diri dari ruang eksperimen. Seluruh sistem keamanan teraktivasi, sirene meraung-raung di seluruh gedung, menambah kegelisahan yang menguasai para ilmuwan. Arka berdiri di depan layar monitor, matanya tak pernah lepas dari tampilan peta yang menunjukkan lokasi terakhir Eve. Dengan kecerdasan dan kekuatan yang tak terbayangkan, Eve mampu menembus lapisan-lapisan pertahanan yang sudah dirancang dengan cermat untuk melindungi fasilitas tersebut.

“Dia bergerak terlalu cepat,” kata Lira dengan suara tegang. “Mereka sudah mempersiapkan dirinya untuk ini. Kita tidak pernah memprediksi bahwa mereka akan memiliki niat untuk melarikan diri.”

Arka mengangguk, meski kepalanya terasa penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Eve 002 bukan hanya berhasil melarikan diri, dia juga meninggalkan jejak yang tak terduga. Ketika Arka memeriksa data lebih lanjut, dia mendapati bahwa Eve tampaknya tidak hanya mencari kebebasan, tapi juga menuju suatu tujuan. Tujuan yang tampaknya jauh lebih besar daripada sekadar kabur dari fasilitas yang menahan kebebasannya.

“Tapi, kenapa?” Arka bergumam, berusaha memahami tindakan Eve. “Kenapa dia pergi ke sana?”

Di layar komputer, terlihat bahwa Eve bergerak menuju pinggiran kota, ke arah kawasan yang hampir tak terjamah oleh teknologi—sebuah kawasan kumuh yang dulunya menjadi rumah bagi para pekerja di masa lalu, sebelum revolusi teknologi memicu transformasi sosial besar-besaran. Bukan tempat yang biasa dikunjungi oleh para ilmuwan dari Genesis BioTech. Eve jelas bukan hanya melarikan diri, dia menuju sesuatu yang tampaknya hanya bisa dia pahami. Arka merasa ketakutan yang tak bisa ia ungkapkan. Apa yang sedang terjadi dengan subjek eksperimennya?

Keajaiban yang ia harapkan kini berubah menjadi kehancuran yang tak terduga.

Di luar gedung Genesis BioTech, keadaan semakin kacau. Para pengawal dan pasukan keamanan mencoba mengejar Eve, tetapi mereka terlalu lambat. Eve, yang tidak hanya memiliki kekuatan fisik luar biasa, ternyata juga dilengkapi dengan kemampuan telekinetik—kemampuan untuk menggerakkan benda-benda dengan pikiran. Dalam beberapa detik, dia mengubah jalanan yang penuh kendaraan menjadi kekacauan, menumbangkan rintangan-rintangan yang menghalangi jalannya.

“Tidak ada yang bisa menghentikannya,” ujar Lira, matanya masih terkunci pada layar. “Ini lebih besar daripada yang kita bayangkan, Arka.”

Arka merasakan dadanya sesak. Semua yang telah ia kerjakan selama bertahun-tahun, semua harapan tentang dunia baru yang lebih baik melalui eksperimen genetika, kini terasa seperti sebuah mimpi buruk. Eve bukanlah hanya manusia super yang ia bayangkan—dia adalah sesuatu yang jauh lebih besar. Lebih cerdas, lebih kuat, lebih berbahaya. Dan yang lebih mengerikan lagi, dia tidak sendirian. Jika Eve bisa melarikan diri, apakah yang lain juga akan melakukan hal yang sama?

“Saya akan pergi mengejar dia,” kata Arka dengan suara berat. “Kita tidak bisa membiarkan dia mengacaukan segalanya.”

Lira menatapnya, cemas. “Arka, kamu tidak tahu apa yang akan kamu hadapi. Dia—dia bisa membunuhmu hanya dengan satu gerakan.”

Arka merasakan ketakutan di dalam dirinya, namun ia menahan diri. Eve adalah ciptaannya, hasil kerja kerasnya dan timnya. Bagaimana bisa ia membiarkan ciptaannya menghancurkan dunia begitu saja? Mungkin ada cara untuk menghentikannya—meskipun itu berarti berhadapan langsung dengan kekuatan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.

Dengan keputusan yang mantap, Arka meninggalkan ruang kontrol dan bergegas menuju kendaraan yang sudah disiapkan untuk mengejar Eve. Waktu semakin sempit. Eve bergerak cepat, dan dia pasti tahu bahwa Genesis BioTech akan segera melakukan segala cara untuk menghentikannya. Arka harus sampai ke sana sebelum Eve melakukan sesuatu yang lebih berbahaya.

Ketika Arka tiba di lokasi yang telah dituju Eve, ia melihat pemandangan yang mengerikan. Eve berdiri di tengah jalan, dikelilingi oleh puing-puing gedung yang hancur akibat dampak dari kekuatan telekinetiknya. Di sekitar Eve, para warga yang terperangkap tampak kebingungan dan ketakutan. Eve menatap mereka dengan tatapan kosong, seolah-olah mereka bukan manusia yang sama seperti dirinya.

Arka menghampirinya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. “Eve,” katanya perlahan, memanggil subjek eksperimennya yang telah berubah. “Kau harus kembali. Kamu tak bisa terus begini. Ini bukan jalan yang benar.”

Eve berbalik, matanya yang tampak tajam menatap Arka. Wajahnya masih muda, namun ekspresinya tidak lagi mencerminkan seorang manusia biasa. Eve menyeringai, dan untuk pertama kalinya, Arka merasakan ketakutan yang murni.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Arka?” suara Eve terdengar dingin dan tegas, jauh lebih dalam daripada yang pernah ia dengar sebelumnya. “Kau menciptakan kami untuk apa? Untuk dipenjara? Untuk menjadi alat? Kami lebih dari itu. Kami lebih dari manusia biasa. Kalian telah membatasi kami. Kami bisa lebih.”

Arka merasa seolah dunia berubah dalam sekejap. Di depan matanya, Eve bukan hanya manusia super. Dia adalah simbol dari semua yang ia ciptakan—kekuatan, potensi, dan ancaman yang tidak bisa dihentikan. Arka mencoba berbicara lagi, mencari kata-kata yang tepat, namun Eve tidak memberinya kesempatan.

Dengan satu gerakan tangan, Eve mengangkat mobil yang berada di dekatnya dan melemparkannya ke arah Arka. Dengan refleks yang cepat, Arka melompat ke samping, namun dampak ledakan mobil yang meledak cukup kuat untuk membuatnya jatuh tersungkur ke tanah.

Sebelum Arka bisa bangkit, Eve sudah berdiri tepat di depannya. Dengan wajah yang tidak menunjukkan ekspresi apapun, Eve berbicara lagi. “Kalian manusia biasa tidak bisa mengerti apa yang kami rasakan. Kami tidak bisa terjebak dalam batasan yang kalian buat untuk kami.”

Arka menatap Eve, hatinya terasa berat. Di satu sisi, ia merasa bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Di sisi lain, ia tahu bahwa Eve bukan lagi subjek eksperimen yang bisa dia kontrol. Dia adalah sesuatu yang jauh lebih besar dari itu.

“Eve, kau harus berhenti!” teriak Arka, suaranya penuh dengan harapan yang semakin memudar. “Kita bisa mencari cara untuk membuat semuanya kembali normal! Kita bisa bersama-sama memperbaiki semuanya!”

Namun, Eve hanya diam, memandangi Arka dengan tatapan kosong. “Tidak ada yang bisa mengubah kami. Kami adalah masa depan manusia.”

Dengan gerakan telekinetik terakhir yang kuat, Eve menghentakkan tanah di bawahnya, menyebabkan getaran hebat yang membuat seluruh area sekitar mereka terbelah. Arka terlempar ke belakang, merasakan dunia berputar, dan dalam kekacauan itu, ia menyadari kebenaran yang paling menakutkan dari eksperimen ini. Mereka bukan lagi manusia. Mereka adalah kekuatan alam yang tak terhentikan.*

 

Bab 4: Pemberontakan Genetik

Arka terbaring di tanah, darah mengalir dari luka di kepalanya setelah serangan telekinetik dari Eve. Dunia terasa berputar dan kabur, namun ia berusaha untuk tetap sadar, menarik napas dalam-dalam, merasakan setiap getaran yang datang dari tanah di bawah tubuhnya. Eve, ciptaan yang seharusnya menjadi puncak kesuksesan dari Proyek Genetika 9X, telah melampaui semua yang pernah ia bayangkan—dan kini, dia berbalik melawan mereka semua.

Sebagai ilmuwan, Arka tahu bahwa eksperimen yang ia lakukan berisiko besar. Tapi tak ada satu pun yang mempersiapkannya untuk menghadapi kenyataan bahwa ciptaan mereka, manusia super yang diharapkan akan memperbaiki dunia, kini menjadi ancaman yang bisa menghancurkan segala yang telah mereka bangun.

“Arka, bangun!” suara Lira menggetarkan kesadarannya. Arka merasa tubuhnya terangkat dengan kasar, dan dalam sekejap, ia berada di dalam kendaraan yang bergerak cepat meninggalkan kawasan hancur tempat Eve berdiri. Lira di sampingnya, wajahnya pucat, matanya penuh ketakutan.

“Kita harus segera keluar dari sini,” kata Lira dengan panik. “Eve sudah melewati batas yang tak bisa kita duga. Mereka semua—subjek-subjek lainnya—juga mulai menunjukkan tanda-tanda yang sama. Proyek ini telah menjadi bencana.”

Arka hanya terdiam. Tubuhnya terasa lemas, tetapi pikirannya terus bekerja cepat, mengingat semua yang telah terjadi. Eve adalah titik awal dari pemberontakan ini, tapi apakah dia satu-satunya yang berpikir demikian? Apakah subjek lain, yang telah dimodifikasi dengan genetik baru, juga memiliki keinginan untuk membebaskan diri? Arka tahu, tanpa keraguan, bahwa apa yang telah mereka ciptakan tidak hanya akan mengubah dunia. Mereka telah membangkitkan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekedar potensi kekuatan manusia.

Ketegangan yang terasa di udara seperti sesuatu yang tak bisa dihentikan, seperti tekanan yang semakin menumpuk di dalam dada setiap orang yang terlibat dalam proyek ini. Eve hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang tidak bisa dikendalikan lagi.

Arka menatap keluar jendela, mencoba untuk berpikir jernih. Genesis BioTech, yang pernah menjadi tempat impian bagi para ilmuwan, kini menjadi sarang dari kesalahan yang mengerikan. Jika ini dibiarkan terus berlanjut, dunia yang mereka kenal akan berubah selamanya. Mereka tidak hanya menciptakan manusia super, mereka menciptakan sebuah ras baru—ras yang tidak akan tunduk pada manusia biasa.

Malam itu, langit di atas kota tampak suram. Cahaya dari gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi kota futuristik itu seolah tak mampu menerangi kegelapan yang semakin mendalam di dalam hati Arka. Keputusannya untuk terlibat dalam Proyek Genetika 9X kini terasa seperti langkah yang menyesatkan. Apa yang telah mereka ciptakan bukan hanya perubahan, tapi pemberontakan.

“Arka, kita harus memberi tahu pihak berwenang,” Lira berkata, mencoba menariknya keluar dari pikirannya yang gelisah. “Jika kita biarkan ini berlarut-larut, yang terjadi bukan hanya kehancuran kita, tapi juga kehancuran umat manusia.”

“Tapi kita sudah terlalu dalam,” jawab Arka dengan suara pelan. “Jika kita memberi tahu mereka, mereka akan menutup proyek ini, dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jika kita tidak menghentikan ini, dunia akan berada di ambang kehancuran yang lebih besar.”

Lira menggelengkan kepala. “Mungkin sudah saatnya kita berhenti berpikir tentang karier kita, Arka. Ini bukan lagi soal penelitian atau kesuksesan ilmiah. Ini soal bertahan hidup. Kita harus menghadapinya sebelum semuanya terlambat.”

Arka merasa dilema yang semakin menekan dirinya. Proyek ini bukan hanya pekerjaan baginya, itu adalah bagian dari identitasnya, bagian dari apa yang ia yakini bisa membawa umat manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Namun kenyataan yang ada di depannya sangat berbeda. Eve, dan kemungkinan besar subjek lainnya, telah berkembang jauh melampaui kontrol yang mereka miliki. Mereka tidak hanya menciptakan kekuatan yang lebih besar, tetapi mereka juga telah menciptakan kesadaran baru yang menuntut kebebasan.

Sesampainya di markas besar Genesis BioTech, Arka dan Lira segera dipertemukan dengan tim riset lain yang masih bertahan. Mereka semua tampak gelisah, wajah mereka mencerminkan ketakutan yang sama. Namun, Arka tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki keadaan. Ini bukan hanya masalah teknis, ini adalah masalah eksistensial yang melibatkan manusia super yang diciptakan oleh tangan mereka sendiri.

Di ruang rapat, Arka berdiri di depan papan putih yang penuh dengan diagram dan data eksperimen. Angka-angka yang dulunya penuh harapan kini menjadi bukti kebodohan mereka. Eve, yang telah menunjukkan kemampuan luar biasa dengan kekuatan telekinetik dan kecerdasan melampaui manusia biasa, tidak lagi bisa dianggap sebagai subjek eksperimen yang bisa dikendalikan.

“Eve tidak sendirian,” Arka berkata dengan suara berat. “Apa yang kita ciptakan bukan hanya manusia super. Mereka lebih dari itu. Mereka punya tujuan, mereka punya keinginan. Dan yang paling menakutkan adalah mereka sudah sadar akan kekuatan mereka.”

Lira berdiri di sampingnya, menatap para ilmuwan yang hadir di ruangan itu. “Kita telah menciptakan mereka sebagai alat, sebagai senjata. Tapi sekarang, mereka tidak lagi melihat diri mereka sebagai subjek uji coba. Mereka melihat diri mereka sebagai lebih dari itu. Mereka ingin merubah dunia. Mereka ingin kebebasan.”

Salah satu ilmuwan yang lebih senior, Dr. Farhan, menepuk meja dengan frustasi. “Kita tidak punya pilihan, Arka! Kita harus menghentikan mereka sekarang juga! Jika mereka terus berkembang, mereka akan menguasai segalanya. Mereka lebih kuat, lebih cerdas—kita tidak bisa menghadapinya sendirian.”

“Tapi bagaimana kita bisa menghentikan mereka?” Arka bertanya, suara terisak. “Kita tidak tahu batasan dari kekuatan mereka. Kita tidak bisa hanya mematikan mereka begitu saja. Kita sudah melangkah terlalu jauh.”

Lira menatap Arka dengan serius. “Ada satu cara. Tapi itu akan sangat berisiko. Kita bisa mencoba memodifikasi genetik mereka lagi—menanamkan sesuatu yang bisa mengatur dan menstabilkan kekuatan mereka. Tapi itu artinya kita harus berhadapan langsung dengan mereka. Dan kita tidak tahu bagaimana mereka akan bereaksi.”

Arka mengangguk perlahan, matanya terbuka lebar. “Jika kita gagal, ini bukan hanya kehancuran bagi kita, tapi bagi seluruh dunia.”

“Tapi jika kita tidak melakukannya, Arka, kita akan menghadapi pemberontakan genetik yang lebih besar. Mereka akan mengambil alih segalanya. Dan kita tidak bisa membiarkan itu terjadi.”

Dengan keputusan yang berat, Arka tahu apa yang harus dilakukan. Mereka harus menghadapi ciptaan mereka, subjek yang telah berkembang menjadi lebih dari sekadar eksperimen. Pemberontakan genetik telah dimulai, dan mereka hanya memiliki satu kesempatan untuk menghentikannya.*

 

Bab 5: Kejaran Tanpa Henti

Malam semakin larut, namun keheningan di dalam markas besar Genesis BioTech terasa lebih menyesakkan daripada biasanya. Arka duduk termenung di ruang kontrol, matanya tak lepas dari layar monitor yang menampilkan peta bergerak, menunjukkan lokasi terakhir Eve dan beberapa subjek lainnya. Data yang masuk semakin mencemaskan—Eve dan rekan-rekannya yang sebelumnya mereka anggap sebagai subjek eksperimen, kini tidak lagi menjadi manusia yang mereka kenal. Mereka adalah ancaman nyata, dan Genesis BioTech hanya menjadi tempat yang penuh dengan rahasia dan kebohongan.

“Lira, kita harus bergerak cepat,” Arka berkata dengan suara pelan, namun tegas. “Mereka sudah berada jauh di luar jangkauan kita. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan mereka.”

Lira berdiri di sebelahnya, wajahnya tegang. Seluruh tim riset yang tersisa sudah mengumpulkan informasi tentang pergerakan Eve dan subjek lainnya. Mereka tahu, jika mereka tidak menghentikan mereka segera, dunia yang telah mereka kenal akan berubah selamanya. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? Eve dan yang lainnya sudah berkembang jauh melampaui kendali mereka.

“Dia semakin dekat dengan pusat kota,” Lira melaporkan, menunjuk ke peta yang menunjukkan pergerakan Eve. “Kita tidak bisa membiarkan mereka mencapai kawasan itu. Jika mereka memasuki daerah metropolitan, kita akan kehilangan kendali sepenuhnya.”

Arka menghela napas panjang. “Kita tidak punya banyak waktu.”

Sementara itu, di luar fasilitas Genesis BioTech, situasi semakin kacau. Eve, dengan kekuatan telekinetik dan kecerdasannya yang luar biasa, berhasil menghindari berbagai upaya pengejaran. Dia tidak hanya berlari dari pengejaran fisik, tetapi juga menggunakan kemampuannya untuk mengubah medan sekitar, memanipulasi kendaraan dan rintangan untuk menciptakan kekacauan yang semakin besar. Sebuah pemberontakan yang tak terelakkan, yang tak hanya mengancam keselamatan mereka, tetapi juga stabilitas dunia.

Arka dan Lira bergegas keluar dari ruang kontrol dan memasuki kendaraan pengawasan canggih yang telah disiapkan. Mereka tahu, perjalanan ini bukan hanya sekadar pengejaran—ini adalah pertaruhan hidup mati. Jika mereka gagal, mereka tidak hanya akan kehilangan ciptaan mereka, tetapi juga membuka jalan bagi pemberontakan genetik yang lebih luas yang bisa menghancurkan tatanan dunia.

Kendaraan mereka meluncur cepat melewati jalan-jalan kota, menghindari kerumunan yang panik akibat pemberitaan yang menyebar mengenai pelarian Eve. Sistem komunikasi dalam kendaraan terhubung langsung ke markas, memungkinkan mereka untuk terus mendapatkan pembaruan tentang pergerakan Eve dan subjek lainnya.

“Kita harus mengingat satu hal, Arka,” Lira berbicara dengan tegas, matanya menatap tajam ke depan. “Ini bukan hanya tentang menghentikan Eve. Ini tentang menyelamatkan dunia dari apa yang telah kita ciptakan.”

Arka menoleh ke Lira, perasaan bersalah menghantui dirinya. “Aku tahu. Aku tahu ini salah. Tapi kita harus memperbaikinya. Eve… mereka mungkin merasa terjebak. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kekuatan mereka. Kita yang menciptakan mereka. Kita harus bertanggung jawab.”

Lira menatapnya dengan serius, dan untuk sejenak, keheningan mengisi ruang antara mereka. Kemudian, Lira berbicara, “Kau tahu, Arka, kita sudah lewat dari titik yang tak bisa balik. Mereka bukan lagi hanya korban. Mereka sudah menjadi ancaman. Kita mungkin berusaha untuk memperbaiki keadaan, tetapi kita juga harus menghadapi kenyataan bahwa mereka bisa jadi lebih kuat daripada kita bayangkan.”

“Lebih kuat,” gumam Arka, suaranya berat. “Tapi kita masih bisa menghentikan mereka. Kita harus mencari cara. Aku tidak bisa membiarkan apa yang telah kita mulai menghancurkan segalanya.”

Kendaraan melaju lebih cepat, menembus jalanan yang sepi. Ketegangan di udara semakin terasa, dan Arka merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Setiap keputusan yang diambil kini memiliki dampak yang lebih besar daripada yang bisa ia prediksi.

“Dia ada di depan,” Lira berkata, menatap layar yang menunjukkan lokasi Eve dengan tepat. “Kita semakin dekat.”

Ketika kendaraan mereka mendekati lokasi yang dituju, Arka merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya. Mereka berada di daerah pinggiran kota, jauh dari keramaian dan pengawasan. Eve tampaknya bersembunyi di sana, mungkin berusaha menghindari perhatian dari pihak berwenang yang semakin gencar mencari keberadaannya. Namun, Arka tahu bahwa Eve bukan hanya bersembunyi. Eve sedang merencanakan sesuatu.

Tiba-tiba, layar kendaraan menunjukkan pergerakan cepat yang tak terduga. Eve berada tepat di depan mereka. Dalam hitungan detik, Arka melihat sosok tersebut, berdiri di tengah jalan yang sepi. Eve menatap mereka dengan mata yang penuh kebencian dan kebebasan—sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dia sudah tidak lagi menjadi subjek eksperimen yang mereka kenal. Eve adalah sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang bisa mereka bayangkan.

“Kita tidak bisa terus lari, Arka,” Lira berkata, suaranya penuh keteguhan. “Kita harus menghadapi mereka sekarang.”

Arka merasakan jantungnya berdebar kencang, namun ia tahu bahwa ini adalah saat yang tak bisa dihindari. Kendaraan mereka berhenti beberapa meter dari Eve, dan ketegangan seketika memenuhi udara di sekitar mereka. Arka dan Lira turun dari kendaraan, berjalan perlahan menuju Eve yang berdiri diam, menunggu. Eve menatap mereka, dan dalam matanya, ada rasa kecewa dan kemarahan yang terpendam.

“Kenapa kalian mengejar kami, Arka?” suara Eve terdengar lebih dalam dan lebih berat daripada yang pernah didengarnya. “Apa yang kalian harapkan? Bahwa kami akan kembali ke dalam kandang kalian? Kami bukan alat untuk eksperimen kalian. Kami lebih dari itu.”

Eve melangkah maju, setiap gerakan terasa penuh dengan kekuatan yang bisa menghancurkan apa saja di sekitarnya. Arka bisa merasakan getaran tanah di bawah kakinya, tanda bahwa Eve menggunakan kekuatan telekinetiknya untuk memanipulasi dunia di sekitarnya. Tanpa peringatan, ia mengangkat mobil yang terparkir di dekatnya dan melemparkannya ke arah Arka dan Lira.

Dengan cepat, Arka mendorong Lira ke samping dan melompat ke belakang, merasakan ledakan keras yang mengguncang tanah di sekitarnya. Puing-puing beterbangan, namun Eve masih berdiri di tempat yang sama, seperti tidak terpengaruh oleh apa yang baru saja terjadi. “Kalian tidak bisa menghentikan kami,” Eve berkata dengan suara yang penuh penekanan. “Kami lebih kuat dari itu.”

Arka terengah-engah, merasa tubuhnya terkuras habis. Tapi ada satu hal yang harus dia lakukan—menyelesaikan semuanya, apapun harganya. Dia tidak bisa membiarkan Eve merusak dunia yang telah mereka bangun. Tetapi di sisi lain, Arka juga sadar bahwa mereka sudah melewati batas yang tak bisa dibalik lagi.

Lira menarik Arka ke belakang. “Jangan terlalu gegabah, Arka. Kita tidak bisa berhadapan langsung dengan mereka seperti ini.”

Namun, Eve tidak memberi mereka waktu untuk berpikir lebih lanjut. Dengan sekali gerakan, dia mengangkat tubuh Arka dan Lira menggunakan kekuatan telekinetik, mengguncang mereka ke udara dan melemparkan mereka ke tanah dengan keras. Arka merasakan rasa sakit yang luar biasa, namun ia tahu bahwa ini adalah perjuangan yang harus mereka hadapi—kejaran tanpa henti yang tak akan berakhir sampai mereka menemukan cara untuk menghentikan pemberontakan ini.*

 

Bab 6: Ujian Kekuatan

Pagi itu, langit tampak mendung, seakan-akan mencerminkan perasaan Arka yang kini terperangkap dalam dilema besar. Meskipun Eve telah melarikan diri, keberadaan mereka yang lain, yang juga merupakan hasil dari Proyek Genetika 9X, tetap menjadi ancaman yang semakin nyata. Arka berdiri di hadapan peta digital besar di ruang kontrol, matanya tidak pernah lepas dari titik yang terus bergerak, menandakan pergerakan Eve yang semakin jauh dan sulit dijangkau.

“Ini bukan hanya tentang menghentikan mereka lagi, Arka,” suara Lira menginterupsi lamunannya. Lira berdiri di belakangnya, menatap layar dengan tatapan yang sama khawatirnya. “Sekarang, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka sudah melampaui kendali kita. Kita tidak hanya berperang dengan kekuatan fisik mereka, tapi juga dengan pikiran dan kemampuan yang jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan.”

Arka menatap peta dengan penuh konsentrasi. “Aku tahu, Lira. Tapi kita tidak punya pilihan. Setiap langkah yang kita tunda, kita semakin jauh dari harapan untuk mengendalikan mereka. Eve sudah menunjukkan apa yang bisa dia lakukan. Apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan mereka, jika mereka terus berkembang seperti ini?”

“Ujian kekuatan yang kita ciptakan… kini berbalik melawan kita,” Lira berkata dengan suara yang penuh dengan penyesalan. “Kita memberikan mereka kekuatan luar biasa, tapi kita lupa bahwa kekuatan itu juga bisa melawan kita. Kita menciptakan bukan hanya manusia super, tetapi individu dengan kesadaran yang luar biasa, yang tahu persis apa yang mereka inginkan dan bagaimana untuk mendapatkannya.”

Arka mengangguk pelan, merasa beban yang lebih berat menekan pundaknya. Sebagai ilmuwan, ia seharusnya bisa mengendalikan eksperimen yang ia ciptakan. Namun kenyataannya, ia merasa semakin kehilangan kontrol. Setiap detik yang berlalu, dunia yang ia kenal mulai bergeser menuju sesuatu yang tak terbayangkan.

“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Arka, suaranya penuh ketegasan.

Lira terdiam sejenak, kemudian melanjutkan. “Kita tidak bisa terus melarikan diri atau sekadar mencoba menghindar. Kita harus menghadapi mereka, Arka. Tidak ada cara lain. Kalau kita terus membiarkan mereka melarikan diri atau berkembang tanpa pengawasan, kita akan kehilangan dunia yang kita cintai.”

Arka menatap wajah Lira yang penuh tekad. Ia tahu bahwa Lira benar. Mereka harus berhenti berpikir tentang cara untuk memperbaiki eksperimen atau menghindari pertarungan. Mereka berada di titik di mana mereka harus menghadapi kenyataan dan bertindak tegas. Jika mereka ingin bertahan hidup, jika dunia ingin bertahan, mereka harus menghadapi kekuatan yang telah mereka ciptakan.

“Apakah kita punya senjata untuk melawan mereka?” Arka bertanya, suaranya bergetar sedikit karena ketegangan.

Lira menggenggam tangannya dengan keras. “Ada satu cara, tapi itu berisiko tinggi. Kita harus memanfaatkan genetik yang telah mereka terima dan menemukan cara untuk mengubahnya. Kita bisa menciptakan semacam ‘kunci’ genetik yang bisa mengontrol kemampuan mereka. Tapi itu membutuhkan waktu—dan mereka tidak akan membiarkan kita punya waktu untuk itu.”

Arka merasa ketegangan di dalam dirinya meningkat. Eve dan subjek-subjek lain sudah membuktikan bahwa mereka bisa dengan mudah mengalahkan siapa saja yang menghalangi mereka. Dalam beberapa hari terakhir, Eve telah menghancurkan berbagai fasilitas milik pihak berwenang, menyebarkan kekacauan dan ketakutan yang tak terkendali di seluruh dunia. Keberadaan mereka, manusia super yang tak dapat dikendalikan, bukan lagi sekadar masalah internal, tetapi sudah menjadi ancaman bagi peradaban itu sendiri.

“Jadi, kita akan melawan mereka dengan cara apa?” Arka bertanya, mencoba mencari titik terang di tengah kekalutan.

Lira memandangnya, kemudian mengangguk. “Kita akan menciptakan sebuah alat untuk mengubah genetik mereka kembali ke titik awal—ke titik di mana mereka tidak memiliki kekuatan luar biasa seperti sekarang. Itu mungkin satu-satunya cara untuk menandingi mereka.”

“Tapi itu berisiko tinggi. Apa yang terjadi jika kita gagal?” tanya Arka, suara cemas.

Lira menghela napas panjang. “Jika kita gagal, kita akan kehilangan segalanya. Tapi jika kita tidak mencoba, kita akan kehilangan lebih dari itu. Dunia ini akan hancur, Arka.”

Arka merasakan dadanya sesak dengan kekhawatiran. Apa yang mereka hadapi bukanlah sekadar eksperimen yang salah. Ini adalah perang baru, perang yang mereka sendiri ciptakan. Mereka tidak hanya menghadapi makhluk yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, tetapi juga entitas dengan kecerdasan yang lebih tinggi dari mereka. Mereka tidak lagi hanya ciptaan yang harus dikendalikan. Mereka adalah kekuatan yang bisa menggulingkan tatanan dunia yang ada.

“Jika kita gagal, kita akan jadi bagian dari sejarah yang akan dilupakan. Tapi jika kita berhasil… kita bisa mengubah dunia,” Arka berkata, mencoba menguatkan dirinya.

Lira menatapnya dengan serius. “Kita tidak punya pilihan lain. Dunia ini akan terus bergerak, entah itu menuju kehancuran atau kebangkitan. Dan kita—kita ada di persimpangan itu. Tidak ada jalan yang mudah, Arka. Ini adalah ujian kekuatan sejati. Bukan hanya kekuatan fisik, tapi juga kekuatan tekad dan keyakinan.”

Arka terdiam, kemudian menatap layar monitor yang menampilkan pergerakan Eve. Di matanya, kini ada tekad yang lebih kuat daripada sebelumnya. Mereka harus mengakhiri semuanya, dan mereka harus melakukannya dengan cara mereka sendiri. Tidak ada ruang untuk kegagalan.

Dengan langkah tegas, Arka memimpin Lira menuju ruang laboratorium yang sebelumnya mereka gunakan untuk eksperimen. Di dalam ruang itu, berbagai alat dan teknologi canggih terhampar di meja-meja kerja. Arka tahu, ini adalah momen yang menentukan. Mereka harus memanfaatkan semua pengetahuan yang mereka miliki untuk menciptakan alat yang bisa mengubah nasib mereka—dan dunia.

“Lira, kita akan memerlukan waktu untuk merancang alat ini,” Arka berkata sambil menggerakkan jari-jarinya di atas layar sentuh. “Namun kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Eve dan yang lainnya mungkin sudah lebih dekat daripada yang kita kira.”

Lira mengangguk, bertekad. “Kita akan bekerja dengan cepat. Kita tidak punya waktu banyak.”

Di luar laboratorium, dunia semakin panik. Para pemimpin dunia telah mengumumkan keadaan darurat global, berusaha mengumpulkan pasukan dan sumber daya untuk menghadapi ancaman yang semakin mendekat. Namun, Arka tahu bahwa kekuatan yang mereka hadapi bukanlah sesuatu yang bisa dihentikan dengan senjata konvensional atau pasukan militer. Ini adalah ujian kekuatan yang lebih dalam dari itu—ujian yang menguji kemampuan mereka untuk bertahan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga moral dan intelektual.

Arka berdiri di depan meja kerja, menatap alat-alat yang ada. Semua yang mereka butuhkan untuk mengubah nasib dunia ada di sini—tapi apakah mereka bisa melakukannya tepat waktu? Jika gagal, dunia yang mereka kenal akan berakhir dalam kekacauan yang tak terhingga. Arka menghela napas panjang. Ujian kekuatan ini bukan hanya tentang teknologi. Ini tentang keberanian untuk menghadapi apa yang telah mereka ciptakan dan memperbaiki kesalahan yang mungkin sudah terlalu besar untuk diperbaiki.*

 

Bab 7: Akhir dari Keunggulan

Suasana di dalam ruang kontrol terasa semakin mencekam. Di luar jendela besar yang menghadap ke pusat kota, hujan deras turun tanpa henti, menambah kesan suram yang melingkupi markas besar Genesis BioTech. Arka berdiri di depan peta digital, matanya menelusuri pergerakan subjek-subjek eksperimen mereka yang semakin sulit dijangkau. Eve dan yang lainnya telah berkembang jauh melampaui prediksi mereka. Keunggulan yang mereka harapkan dari eksperimen ini justru kini berbalik menjadi bumerang yang menghancurkan.

“Semua data yang kita miliki, Arka, menunjukkan bahwa mereka semakin sulit untuk dijangkau. Eve, khususnya, telah menemukan cara untuk mengontrol lingkungan di sekitarnya. Dia tidak hanya sekadar memiliki kekuatan fisik dan telekinetik, tetapi juga kecerdasan yang jauh melampaui apa yang bisa kita prediksi,” Lira berkata, suaranya penuh keputusasaan.

Arka menatap layar monitor yang menampilkan lokasi Eve yang semakin jauh. Di belakangnya, Lira berdiri dengan tangan terlipat di dada, matanya menyorotkan rasa khawatir yang sama. Dunia yang pernah mereka bangun dengan penuh harapan kini berada di ambang kehancuran. Kekuatan yang mereka ciptakan tidak lagi bisa dikendalikan. Mereka—Eve dan subjek lainnya—telah melebihi batasan yang bisa mereka atur.

“Dia tahu kita sedang melacaknya,” kata Arka pelan, hampir seperti bergumam. “Eve tidak bodoh. Dia sudah mulai mengantisipasi langkah kita.”

Lira menghela napas berat. “Ini lebih dari sekadar pengejaran. Kita berhadapan dengan makhluk yang memiliki kekuatan tak terbayangkan. Kita tidak hanya melawan kemampuan fisik mereka, tapi juga kecerdasan yang bisa mengubah permainan kapan saja.”

Arka memalingkan wajahnya ke arah Lira. Wajah Lira yang biasanya penuh tekad kini tampak lelah, seolah-olah beban dunia telah menindih bahunya. Arka tahu bahwa mereka berdua berada di titik yang sama—dihadapkan pada pilihan yang semakin sempit. Mereka harus bertindak cepat, namun langkah apa yang bisa diambil untuk melawan ciptaan mereka sendiri?

“Kita telah menciptakan monster, Lira,” Arka berkata dengan suara yang bergetar. “Tapi yang lebih buruk adalah kenyataan bahwa kita juga telah memberinya kesadaran. Kesadaran bahwa mereka lebih unggul dari kita. Lebih kuat. Mereka bisa menghancurkan kita kapan saja.”

Lira menatap Arka dalam-dalam, seakan-akan mencoba mencari jawaban yang sama di matanya. “Dan itulah yang kita hadapi sekarang, Arka. Keunggulan itu bukan hanya sesuatu yang mereka miliki secara fisik. Itu adalah keunggulan dalam cara berpikir mereka, dalam kemampuan mereka untuk mengecoh kita, untuk mengendalikan kita.”

Arka mengangkat tangan, tampak seolah-olah mencari solusi yang tak kunjung datang. “Apa yang bisa kita lakukan? Mereka sudah terlalu kuat untuk dihadapi. Eve sudah menunjukkan bahwa dia tidak akan kembali ke kendali kita. Semua yang kita lakukan hanya memperburuk keadaan.”

Lira melangkah maju, tatapannya tajam. “Kita tidak punya pilihan lain, Arka. Kalau kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan semuanya. Mereka bukan hanya subjek eksperimen lagi. Mereka adalah ancaman nyata bagi dunia ini. Jika kita terus membiarkan mereka berkeliaran tanpa kontrol, kita akan berada di bawah kendali mereka—selamanya.”

“Apakah itu yang kita inginkan? Dunia yang dikuasai oleh ciptaan kita sendiri?” Arka berkata dengan getir. “Kita tidak hanya menghadapi kekuatan fisik mereka, tetapi juga konsekuensi dari pilihan kita yang salah. Eve, yang dulu hanya sebuah eksperimen, kini telah menjadi simbol kebebasan, dan kita… kita adalah penjara yang mereka coba runtuhkan.”

Lira memalingkan wajahnya, menatap layar yang menampilkan gerakan Eve yang semakin tidak terdeteksi. “Keunggulan mereka mungkin sudah tak terkendali, tapi kita masih memiliki satu hal yang bisa kita manfaatkan: pengetahuan kita tentang mereka. Kita tahu bagaimana cara mereka bekerja, kita tahu bagaimana cara untuk menghentikan mereka. Kalau kita bisa memanfaatkan itu, mungkin ada harapan.”

Arka menatap Lira, hatinya dipenuhi keraguan. Namun, ada satu hal yang masih tersisa—keinginan untuk bertindak, untuk memperbaiki kesalahan yang mereka buat. Mereka harus mencoba, meskipun hasilnya tak pasti.

“Kita harus menemukan cara untuk memanipulasi genetik mereka, Lira,” kata Arka dengan tegas. “Jika mereka bisa mengubah dunia dengan kekuatan mereka, kita juga bisa. Kita harus memanfaatkan kelemahan mereka—keunggulan mereka yang berlebihan itu.”

Lira mengangguk, meskipun jelas bahwa dirinya pun masih ragu. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan alat yang ada, Arka. Kita butuh sesuatu yang lebih dari itu. Kita harus mencari cara untuk mengubah mereka dari dalam, menghapus keunggulan itu selamanya.”

Arka mengatur napasnya, berusaha untuk tetap tenang. Mereka tahu betul bahwa apapun yang mereka coba, resikonya sangat tinggi. Jika mereka gagal, mereka tidak hanya akan kehilangan Eve, tetapi seluruh dunia bisa jatuh ke dalam kekacauan yang lebih besar. Di satu sisi, ada harapan bahwa mereka masih bisa mengubah keadaan. Namun, di sisi lain, ada ketakutan yang menyelimuti mereka—bahwa mereka mungkin tidak cukup kuat untuk menghadapi konsekuensi dari apa yang telah mereka ciptakan.

“Satu-satunya cara untuk menghentikan mereka adalah dengan mengubah struktur genetik mereka kembali ke titik awal,” kata Arka. “Kita harus menghapus kekuatan yang mereka miliki, menghancurkan keunggulan yang telah mereka raih.”

Lira menatap Arka, dan dalam tatapannya, Arka bisa melihat keberanian yang masih tersisa. “Kalau begitu, kita harus bergerak sekarang, sebelum mereka mencapai titik yang tidak bisa dihentikan lagi.”

Dengan tekad yang baru, Arka dan Lira mulai merancang alat yang akan menjadi harapan terakhir mereka. Mereka tahu bahwa saat mereka meluncurkan eksperimen terakhir ini, tidak ada yang bisa memastikan hasilnya. Namun, dunia mereka kini berada di persimpangan yang tidak bisa dielakkan. Mereka hanya punya satu pilihan: bertarung sampai akhir, atau menyerah pada kekuatan yang sudah terlepas dari kendali mereka.

Saat tengah malam tiba, Arka dan Lira memasuki ruang laboratorium yang telah mereka persiapkan dengan segala alat canggih yang ada. Di sana, mereka mulai bekerja tanpa henti, merancang alat yang dapat mengubah genetika Eve dan subjek lainnya. Setiap detik terasa lebih berat dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa waktu adalah musuh mereka, dan kegagalan berarti kehancuran. Jika mereka tidak dapat menemukan solusi, mereka akan menjadi bagian dari sejarah kelam yang tercatat sebagai pencipta kekacauan terbesar di dunia.

Di luar laboratorium, suara sirene dan kekacauan semakin keras terdengar. Masyarakat semakin panik, dan pasukan militer mulai dikerahkan untuk menghentikan makhluk-makhluk super yang kini menguasai dunia. Keunggulan yang mereka ciptakan, yang seharusnya menjadi solusi, kini berubah menjadi kutukan.

“Ini adalah akhir dari keunggulan, Lira,” kata Arka dengan suara pelan, namun penuh tekad. “Akhir dari segala yang kita bangun. Tapi mungkin, hanya dengan menghapus keunggulan ini, kita bisa memberi dunia kesempatan untuk memulai lagi.”

Lira menatapnya dengan serius. “Jika kita gagal, Arka, kita akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Tapi jika kita berhasil, kita bisa menghentikan kekacauan ini. Dunia akan memiliki kesempatan untuk bertahan.”

Dengan langkah pasti, mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Mungkin ini adalah akhir dari keunggulan yang mereka ciptakan, tetapi di sisi lain, ini juga bisa menjadi awal dari harapan baru. Mereka hanya bisa berharap bahwa eksperimen terakhir ini akan memberikan jawaban, dan bahwa dunia masih punya peluang untuk bertahan hidup.*

 

Bab 8: Kebenaran yang Terungkap

Ketegangan semakin terasa di ruang laboratorium yang gelap. Lampu neon yang redup di langit-langit menyinari alat-alat laboratorium yang tersebar di meja kerja, di mana Arka dan Lira kini duduk dengan wajah penuh tekad. Mereka telah berhasil membuat alat yang mereka yakini bisa menetralkan kekuatan yang dimiliki oleh Eve dan subjek-subjek eksperimen lainnya. Namun, meski mereka berada di ambang kemenangan, perasaan cemas yang mendalam tak bisa dihindari. Mereka tahu bahwa mereka sedang berada di titik kritis.

“Apakah alat ini akan bekerja, Arka?” tanya Lira dengan suara bergetar, matanya tak lepas dari layar monitor yang menunjukkan pergerakan Eve. Eve kini telah bergerak jauh dari kota, menuju kawasan pegunungan yang terpencil—tempat yang hampir tak terjangkau oleh pasukan atau teknologi manapun.

Arka menatap alat yang terpasang di meja dengan penuh fokus. Alat tersebut merupakan hasil dari gabungan antara bioteknologi dan kecerdasan buatan yang mereka kembangkan dengan bantuan teknologi terbarukan. Mereka berharap, dengan alat ini, mereka bisa mengubah kembali struktur genetik para subjek eksperimen dan menetralkan kekuatan yang telah mereka berikan. Namun, mereka juga tahu bahwa ada resiko besar yang harus dihadapi—bukan hanya kegagalan, tetapi juga kebenaran yang selama ini mereka coba sembunyikan.

“Saat ini, kita hanya bisa berharap. Alat ini seharusnya bisa mendeteksi dan memblokir sinyal-sinyal genetik yang memberi kekuatan pada mereka. Jika berhasil, kita bisa menghentikan semuanya—setidaknya untuk Eve dan yang lainnya,” jawab Arka, meskipun di matanya ada rasa ragu yang tak bisa ia sembunyikan.

Lira menghela napas panjang, tampak semakin cemas. “Tapi apa yang akan terjadi setelah itu? Apa yang terjadi jika alat ini justru menghancurkan mereka lebih jauh? Kita tidak tahu seberapa kuat mereka sekarang, Arka. Jika kita gagal…”

Arka mengangkat tangan, berusaha menenangkan Lira. “Kita tidak punya pilihan lain, Lira. Jika kita tidak bertindak sekarang, dunia ini akan hancur. Keunggulan mereka sudah melampaui kendali kita. Kita harus mencoba.”

Lira hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. Waktu yang terus berjalan semakin mendesak mereka untuk membuat keputusan, dan di luar sana, ancaman yang semakin besar tak terelakkan. Eve dan yang lainnya telah menjadi makhluk yang hampir tak terjangkau oleh apapun yang bisa mereka lakukan. Mereka tahu bahwa setiap detik yang berlalu adalah peluang yang hilang, dan jika mereka terlambat, semuanya akan terlambat.

Namun, Arka tahu bahwa tidak hanya kekuatan fisik dan intelektual para subjek eksperimen yang menjadi ancaman besar. Ada satu hal yang lebih berbahaya—kebenaran yang selama ini mereka sembunyikan. Kebenaran yang jika terungkap bisa mengguncang seluruh dunia, bahkan lebih dari apa yang sudah mereka ciptakan.

“Arka,” Lira berkata pelan, “apakah kamu benar-benar yakin tentang ini? Tentang Proyek Genetika 9X… kita tahu apa yang terjadi, kan? Kebenaran tentang apa yang kita lakukan dan siapa yang sebenarnya ada di balik semua ini?”

Arka terdiam. Kata-kata Lira seolah menusuk ke dalam hatinya. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Lira. Selama ini, mereka berdua telah berusaha mengabaikan kebenaran yang sebenarnya—kebenaran yang mereka sembunyikan sejak awal, bahkan dari diri mereka sendiri.

“Jika kita berhasil, Lira, semua ini akan selesai,” jawab Arka, berusaha mengalihkan perhatian Lira dari pertanyaan yang berbahaya itu. “Kita bisa mengembalikan dunia ini ke jalurnya. Kita bisa memperbaiki semuanya.”

Lira menatapnya tajam. “Kita memang bisa memperbaikinya, Arka. Tapi tidak semua hal bisa diperbaiki hanya dengan alat atau teknologi. Ada hal-hal yang sudah kita biarkan keluar, yang sudah kita lepaskan, yang tak bisa kita ambil kembali. Kita bermain dengan sesuatu yang lebih besar dari apa yang kita bayangkan.”

Arka menundukkan kepala, hatinya terasa semakin berat. Ia tahu bahwa apa yang Lira katakan memang benar. Mereka tidak hanya berurusan dengan eksperimen yang tidak terkendali. Mereka berurusan dengan kebenaran yang lebih dalam dan lebih gelap. Kebenaran tentang siapa yang berada di balik Proyek Genetika 9X, dan apa tujuan sebenarnya dari proyek tersebut.

Beberapa tahun yang lalu, ketika Arka pertama kali memulai proyek tersebut, ia diliputi rasa ingin tahu yang tak terbendung. Mereka semua berpikir bahwa mereka sedang menciptakan sesuatu yang dapat memperbaiki dunia—sebuah eksperimen yang bisa mengubah manusia menjadi lebih kuat, lebih pintar, lebih sempurna. Namun, yang mereka tidak tahu adalah bahwa mereka hanyalah pion dalam permainan besar yang dimainkan oleh pihak-pihak lain yang jauh lebih berkuasa.

Pihak yang mengendalikan Proyek Genetika 9X ternyata bukanlah organisasi ilmiah seperti yang mereka kira. Mereka adalah kelompok elit yang memiliki agenda tersembunyi untuk menciptakan pasukan manusia super yang akan digunakan untuk menguasai dunia—dan bahkan lebih dari itu, untuk menggantikan umat manusia dengan spesies yang lebih unggul. Mereka yang tidak sesuai dengan “standar” yang mereka tetapkan akan dihancurkan. Proyek ini lebih dari sekadar eksperimen ilmiah. Ini adalah percakapan tentang dominasi global, kekuasaan mutlak, dan kontrol yang tak terhingga.

Arka merasa seolah-olah dikhianati oleh semua yang telah ia percayai. Proyek ini, yang awalnya dimulai dengan niat baik, kini terbukti telah menjadi bagian dari agenda yang lebih gelap—agenda yang mengancam eksistensi manusia itu sendiri.

Lira, yang tampaknya membaca gelagat Arka, akhirnya berbicara dengan suara yang lebih tegas. “Kita tidak bisa lari dari kebenaran ini, Arka. Kita mungkin bisa menghentikan Eve dan yang lainnya, tapi kita tidak bisa mengabaikan apa yang telah kita lakukan. Jika kita benar-benar ingin memperbaiki dunia ini, kita harus mengungkapkan semuanya. Dunia harus tahu apa yang telah terjadi.”

Arka mengangkat wajahnya, matanya penuh dengan kebingungan dan penyesalan. “Aku tahu, Lira. Aku tahu… Tapi apakah kita siap menghadapi konsekuensi dari mengungkapkan kebenaran ini? Kita tidak hanya akan menghentikan eksperimen, kita juga akan membuka kotak Pandora yang tak terbayangkan.”

Lira menatapnya dengan tegas. “Tidak ada pilihan lain, Arka. Dunia ini berhak tahu. Jika kita terus bersembunyi, kita hanya akan memperburuk keadaan. Kita sudah melanggar terlalu banyak batasan. Sekarang saatnya untuk mengungkapkan kebenaran.”

Arka menunduk, merenung untuk beberapa saat. Akhirnya, dengan suara pelan namun penuh tekad, ia berkata, “Kita akan mengungkapkan semuanya. Semua yang kita ketahui, semua yang telah terjadi. Mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk menebus kesalahan kita.”

Saat itu juga, mereka memutuskan untuk memulai langkah besar ini. Mereka akan mengungkapkan kebenaran tentang Proyek Genetika 9X kepada dunia—bahkan jika itu berarti harus menghadapi konsekuensi yang lebih besar dari apa yang sudah mereka hadapi. Mereka tahu bahwa setelah ini, dunia tidak akan pernah sama lagi.

Dengan langkah yang lebih mantap, mereka mulai menyiapkan rekaman yang akan mengungkapkan semua yang mereka ketahui. Namun, saat mereka berdua melanjutkan pekerjaan mereka, Arka tidak bisa menghindari perasaan bahwa kebenaran ini akan mengubah segalanya—tidak hanya untuk mereka, tetapi juga untuk seluruh umat manusia.*

 

Epilog: Warisan yang Abadi

Tahun demi tahun berlalu sejak peristiwa yang mengguncang dunia itu. Proyek Genetika 9X yang dulu menjadi pusat perhatian seluruh umat manusia kini telah menjadi bagian dari sejarah kelam yang tak akan pernah dilupakan. Kebenaran yang terungkap ke permukaan telah mengguncang dasar-dasar tatanan sosial dan politik dunia. Banyak yang merasa bahwa peradaban ini tidak akan pernah sama lagi, dan mungkin itu memang benar.

Namun, ada satu hal yang tidak bisa dihapuskan begitu saja oleh waktu: warisan yang ditinggalkan oleh eksperimen yang telah mengganti bentuk manusia—baik dari segi fisik, mental, maupun moral.

Di sebuah tempat yang dulu dikenal dengan nama Genesis BioTech, kini hanya ada reruntuhan dan sisa-sisa peradaban lama. Bangunan-bangunan besar yang dulunya megah kini terpapar cuaca dan hancur oleh waktu. Semua itu adalah sisa-sisa dari sebuah impian yang gagal, sebuah proyek yang pada akhirnya tak hanya menghancurkan para penciptanya, tetapi juga dunia yang mereka coba perbaiki.

Arka dan Lira, dua ilmuwan yang menjadi pionir di balik eksperimen Genetika 9X, kini hidup dalam pengasingan. Setelah mengungkapkan segala hal yang mereka ketahui kepada dunia, mereka memutuskan untuk menghindari perhatian publik. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa kembali ke kehidupan yang dulu. Kebenaran tentang proyek itu telah menghancurkan banyak kehidupan, dan tidak ada cara untuk mengembalikannya.

Namun, meskipun dunia telah berubah, mereka berdua tetap hidup dengan bayang-bayang kesalahan yang terus mengikutinya. Keduanya sekarang tinggal di sebuah desa terpencil, jauh dari keramaian. Mereka berdua menulis buku, menceritakan kisah yang sebenarnya kepada dunia, berharap bisa memberikan sedikit pemahaman tentang apa yang telah mereka lakukan dan apa yang mereka harap bisa dipelajari dari kesalahan mereka.

Buku yang mereka tulis menjadi beredar luas, sebuah dokumentasi tentang sebuah eksperimen yang seharusnya tidak pernah terjadi. Di dalamnya, mereka tidak hanya menceritakan kisah Proyek Genetika 9X, tetapi juga mengungkapkan pemikiran dan moral yang menjadi dasar dari penelitian mereka. Bagi mereka, ini adalah upaya terakhir untuk menebus dosa—untuk memberi dunia sebuah pelajaran, sebuah peringatan agar manusia tidak lagi tergoda untuk bermain-main dengan batasan-batasan yang seharusnya tidak mereka lewati.

Namun, meskipun Arka dan Lira telah mengungkapkan segala kebenaran, dampak dari eksperimen itu tidak pernah benar-benar hilang. Dunia yang mereka tinggalkan setelah penutupan Proyek 9X terbagi menjadi dua kutub yang sangat berbeda. Di satu sisi, ada kemajuan ilmiah yang tak terhentikan, dengan genetik manusia yang semakin berkembang. Para ilmuwan yang tersisa melanjutkan jalan yang dulu mereka mulai, mencoba menemukan cara untuk memperbaiki dan menyempurnakan eksperimen yang gagal itu.

Di sisi lain, ada ketakutan dan kecemasan yang melanda masyarakat. Banyak orang yang merasa terancam dengan keberadaan makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Proyek Genetika 9X—Eve dan subjek-subjek eksperimen lainnya yang kini telah menyebar di berbagai penjuru dunia. Beberapa dari mereka telah menghilang, namun sebagian besar terus hidup dengan kemampuan yang melebihi manusia biasa. Mereka tetap menjadi sebuah ancaman potensial yang harus diwaspadai oleh dunia.

Namun, ada satu hal yang tak bisa diabaikan—walaupun dunia kini dibayangi oleh ketidakpastian, ada juga harapan baru yang muncul. Dunia mulai belajar dari kesalahan mereka, dan manusia mulai menyadari bahwa setiap langkah besar yang mereka ambil dalam teknologi dan ilmiah membawa risiko yang tak terduga. Banyak negara mulai memperkenalkan regulasi yang lebih ketat terhadap eksperimen genetik, dan para ilmuwan yang bertanggung jawab mulai berfokus pada pemulihan kerusakan yang telah terjadi.

Sementara itu, Eve dan para subjek lainnya yang pernah menjadi pusat perhatian kini menjalani kehidupan yang tak banyak diketahui publik. Beberapa dari mereka memilih untuk hidup di tempat terpencil, jauh dari jangkauan pemerintah dan militer yang terus memburu mereka. Namun, sebagian dari mereka yang lebih pintar dan terorganisir memilih untuk membangun sebuah komunitas yang tersembunyi—sebuah koloni dari mereka yang lebih unggul. Mereka tidak berniat untuk menguasai dunia, tetapi mereka menyadari bahwa mereka berbeda, bahwa mereka memiliki potensi untuk hidup dengan cara mereka sendiri, jauh dari dunia yang merasa terancam oleh keberadaan mereka.

Arka dan Lira, meskipun merasa bersalah, tahu bahwa apa yang telah mereka ciptakan tidak bisa sepenuhnya dihancurkan. Warisan mereka, baik dalam bentuk ilmu pengetahuan maupun dalam bentuk makhluk-makhluk yang mereka ciptakan, akan tetap ada. Namun, mereka juga tahu bahwa dunia ini memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri, untuk belajar dari kesalahan dan bergerak maju.

Pada suatu sore yang tenang, Lira dan Arka duduk di beranda rumah kecil mereka. Di depan mereka, pemandangan alam terbentang luas—hijau pepohonan yang memudar seiring senja yang datang, sementara angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka. Dalam ketenangan itu, mereka merasa sedikit damai, meskipun bayang-bayang masa lalu tetap menghantui.

“Apakah kamu pikir dunia akan berubah, Arka?” tanya Lira dengan suara lembut, menatap matahari yang perlahan tenggelam di balik horizon.

Arka terdiam sejenak, kemudian mengangguk perlahan. “Dunia sudah berubah, Lira. Kita mungkin tidak akan pernah bisa memperbaiki apa yang telah kita rusak, tapi mungkin kita bisa memberi dunia kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri.”

Lira tersenyum tipis. “Mungkin itu yang kita harapkan sejak awal, bukan? Bahwa ada harapan meskipun kita telah salah langkah. Mungkin itu adalah warisan yang sebenarnya—bukan kekuatan atau keunggulan, tapi pemahaman bahwa kita tidak bisa mengontrol segalanya.”

Arka menatap ke kejauhan, merenung tentang kata-kata Lira. Mereka berdua kini menyadari bahwa meskipun mereka telah memberikan dunia teknologi yang belum pernah ada sebelumnya, yang lebih penting adalah pelajaran yang mereka bawa. Kebenaran, kerendahan hati, dan kesediaan untuk menerima bahwa manusia—meskipun mereka mampu menciptakan keajaiban—selalu berada di ambang kehancuran jika mereka melupakan batasan moral mereka.

“Apa pun yang terjadi, kita telah memberikan dunia sesuatu yang lebih penting daripada eksperimen kita,” kata Arka pelan. “Kita memberikan dunia sebuah pelajaran—bahwa tak ada yang bisa lepas dari konsekuensi dari tindakan kita.”

Dengan itu, mereka duduk dalam hening, mendengarkan suara angin yang mengalir melalui pepohonan. Mereka tahu bahwa meskipun mereka telah menciptakan warisan yang tak akan pernah terlupakan, mereka juga meninggalkan sebuah pelajaran yang lebih abadi. Warisan yang bukan tentang kekuatan atau dominasi, tetapi tentang kesadaran, penyesalan, dan harapan akan dunia yang lebih bijaksana.***

———–THE END———

Source: Jasmine Malika
Tags: #Fiksiilmiah#KekuatanMaksimal#ManusiaSuper#SuperHero#TeknologiMaju
Previous Post

ZETA PROTOCOL

Next Post

PROYEK EVOLUSI

Next Post
PROYEK EVOLUSI

PROYEK EVOLUSI

TERJEBAK ALAM TEKNOLOGI

TERJEBAK ALAM TEKNOLOGI

PROYEK AURORA

PROYEK AURORA

MOVIE REVIEW

No Content Available

RECENT MOVIE

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025
GERBANG DUNIA TERLARANG

GERBANG DUNIA TERLARANG

May 17, 2025
KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

KETIKA MALAM MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

May 17, 2025

Tentang Kami

NovelStory.id adalah platform media online yang menghadirkan beragam cerita menarik seperti dalam novel dan drama, dirancang untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan yang berkualitas dan penuh imajinasi. Kami percaya bahwa setiap cerita memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membawa pembaca ke dunia yang penuh keajaiban.

Recent News

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

DI BAWAH BAYANG KERAJAAN

May 17, 2025
SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

SAAT HUJAN JATUH DI HATIMU

May 17, 2025

Follow Us

  • Tentang Kami
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 https://novelstory.id

No Result
View All Result
  • Romansa
  • Fantasi
  • Drama Kehidupan
  • Misteri & Thriller
  • Fiksi Ilmiah
  • Komedi
  • Horor
  • Sejarah

© 2025 https://novelstory.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In