Story of Day– Perempuan yang akan dinikahi tidak akan sering keluar rumah. Dia akan membantu ibunya melakukan segala keperluan sang bapak.
Akan tetapi sebelum dinikahi, mereka boleh juga ikut masuk hutan. Tidak ada aturan baku yang menuntut perempuan untuk selalu di dapur. Hanya saja, jika pihak perempuan sudah didatangi laki-laki maka mesti belajar mengurus keluarga.
Dia tidak boleh banyak keluar rumah karena khawatir digoda laki-laki lain, tertimpa musibah hingga nanti tidak bisa mengurus keluarga karena kekurangan ilmu.
Orang tua perempuan akan merasa malu jika anaknya yang telah menikah justru tidak bisa mengurus keluarga, seperti memasak atau mencuci untuk suami dan anak. Sebagaimana pemukiman lainnya, berita buruk akan mudah tersebar ke segala arah.
Perempuan dusun keramat yang akan menikah dilarang untuk pergi ke pasar. Di pasar banyak laki-laki yang masih muda sehingga orang tua khawatir jika anaknya turut membeli kebutuhan maka akan menjadi incaran orang-orang jahat.
Alasannya tidak hanya itu, perjalanan untuk ke pasar sangat jauh dan melewati setapak berdebu yang di sisi kanan dan kirinya masih tumbuh pohon besar rindang dan semak belukar.
Orang dusun sering menjumpai babi hutan atau pun macan belang. Kalau seperti itu, para laki-laki akan bersiaga. Tangan mereka bersiap menarik gagang parang. Ini juga yang menjadi alasan larangan bagi perempuan yang akan menikah untuk bepergian.
Sama seperti perempuan kota, yang di sini juga selalu berdandan, apalagi menjelang pernikahan. Hanya saja mereka menggunakan tumbuh-tumbuhan dan meraciknya sendiri.
Yang paling utama, mereka menggerus suatu buah lalu mengoleskannya saat pagi dan menjelang tidur. Mereka juga menggunakan buah-buahan untuk menyegarkan wajah.
Wajah dan tubuh mereka juga tampak halus, kendati tidak seperti orang kota yang rutin melakukan perawatan. Itu dikarenakan perempuan di sini kerap bersentuhan langsung dengan sinar matahari petang. Tapi mereka tidak pernah malas melakukan perawatan tradisional.