Story of Day– Pemuda tak pernah sendiri membangun rumah dan gudang penyimpanan beras karena gotong royong adalah warisan turun temurun di dusun Keramat.
Orang tua berpendirian, anaknya takan sanggup menyelesaikan kebutuhan hidup tanpa bantuan dan itu mereka dapat dari melihat kelahiran bayi.
Setiap bayi yang lahir tak pernah keluar sendiri dari rahim. Selalu, dukun beranak membantu ibu hingga memeluk buah asmara itu.
Bukan anaknya yang meminta bantuan tapi orang tua yang selalu mengajak segera membangun rumah. Kalau ada pemuda yang gerak-geriknya menyukai seorang perempuan maka bapak atau ibu selalu berbicara kepada anaknya.
Mereka ingin agar anaknya segera menyiapkan segala keperluan membina rumah tangga, termasuk menabung untuk pesta makan-makan.
Bapak yang mengetahui anaknya akan menikah, selalu mengajak buah cinta itu untuk menemui paman-pamannya serta orang satu kampung, termasuk ke rumah orang tua si perempuan.
Bapak dari pemuda kasmaran terlebih dulu membicarakan niat anaknya kepada pamannya. Lalu dapat dikatakan semacam melamar, mereka ke rumah orang tua si gadis.
Setelah gadisnya berkenan dengan pemuda maka bapaknya mengajak orang-orang kampung untuk mencari kayu dan segala keperluan. Tak luput juga si pemuda turut ke dalam hutan.
Sebagai ujian pertama bagi si pemuda, sang ayah akan memberi beban paling berat kepada sang anak. Tak pernah berganti, beban pemuda adalah membopong tumpukan batang pohon yang paling berat.
Jika pemuda hanya sanggup membopong 50 kilogram maka yang lain tidak sampai sepertinya dan itu terus dilakukan selama turun temurun.
Jika ada pemuda yang sedang membangun rumah dan gudang untuk kekasihnya maka bapak dan keluarganya tidak akan masuk hutan sampai sore. Siang mereka sudah kembali ke rumah. Setelah makan, mereka langsung membantu si pemuda untuk membangun rumah.
Begitu pun dengan yang akan menikah. Sedangkan untuk warga dusun, para lelakinya akan membantu hanya pada hari minggu. Senin sampai Sabtu, mereka masuk hutan sebagaimana biasa.***